1

16 8 0
                                    

...

Di sebuah bangku taman yang terlihat sepi, ada seorang gadis yang sedang duduk dan menatap kosong kearah depan. Meski langit sudah hampir menjatuhkan rintik hujannya, gadis itu tak memberikan tanda kalau dirinya akan beranjak dari sana.

"Huft" Helaan napas terdengar. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap langit yang sangat gelap, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

"Kapan kalian akan kembali?" gumam gadis itu.

Gadis itu adalah Avika Azanda. Saat ini Avika sedang duduk di bangku kelas dua belas SMA dan sebentar lagi akan lulus sekolah.

Saat rintik hujan mulai terasa mengenai punggung tangannya Avika menatap langit yang sudah mulai menjatuhkan bulir bening itu. Avika mulai beranjak pergi ketika rintik hujan itu mulai lebat.

.
.
.

Setelah sampai di Rumahnya, Avika segera membuka pintu Rumahnya dan menutupnya kembali setelah dirinya masuk. Avika menatap sekeliling tempatnya berada, Rumah itu tampak sepi seperti biasanya. Avika melangkahkan kakinya menuju lantai dua tempat kamarnya berada.

Ketika sudah sampai di kamarnya, Avika langsung menjatuhkan badannya di atas kasur dan tanpa sadar mulai terlelap.

Setelah terlelap cukup lama Avika kembali membuka matanya dan melihat ke arah jendela kamarnya, disana ia melihat bahwah langit tak lagi menurunkan buliran bening itu. Avika segera beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi Avika langsung melaksanakan sholat Ashar. Ketika sudah selesai, Avika sudah bersiap-siap untuk keluar membeli perlengkapan di dapurnya yang sudah habis.

.
.
.

Avika berjalan sendiri di dalam supermarket, gadis itu mendorong troli belanjanya dan mulai memasukkan barang-barang yang di perluhkannya di rumah.

Avika mengambil beberapa sayuran untuk bahan masakan tak lupa mie instan yang selalu menemaninya ketika sedang malas untuk masak.

Avika tinggal sendiri di rumahnya sedangkan orang tuanya bekerja di luar negeri, mereka hanya akan mengirim uang setiap bulannya pada Avika untuk memenuhi kebutuhan gadis itu.

Setelah selesai memilih barang-barang belanja Avika kembali menatap troli belanjanya dan melihat apa yang kurang dari belanjaanya.

"Apa ya yang belum ada?" gumam Avika.

"Oh iya, gue belum ambil pembersih lantai" lanjutnya.

Avika berjalan kearah deretan sabun dan mencari pembersih lantai yang di maksudnya.

"Ini dia," ucap Avika setelah menemukannya.

.
.
.


S

etelah sampai di rumahnya, Avika langsung masuk dan membawa semua belanjaannya ke dapur. Meletakkan semua belanjaannya pada tempat semestinya, setelah selesai Avika langsung merebus air panas.

Setelah air panasnya mendidih Avika langsung mematikan kompornya dan langsung mengambil mie instan untuk di masak dengan air panas.

"Umm, baunya enak banget" ujar Avika.

Avika duduk di depan televisi dan duduk di sofa dengan mie instan yang sudah di masak sebagai temannya.

Tok... Tok...

Avika segera menoleh kearah pintu ketika ada yang mengetuk pintu rumahnya. Avika berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Lama banget bukain pintunya" ketus Yalisa teman dari Avika.

Avika hanya mendengus kesal mendengar temannya itu marah-marah padanya.

"Mau masuk gak ni?" tanya Avika setelah tak ada percakapan antara keduanya.

"Ya maulah, lo kira gue datang kesini buat ketemu ni pintu doang"

Avika dan Yalisa berjalan kearah ruang tamu dan segera duduk di sofa.

"Mau minum apa sa?" Avika menawarkan minum kepada temannya itu.

"Jus baygon" jawab Yalisa ngasal.

"Oke"

Avika berjalan kearah dapur dan membuatkan Yalisa jus jeruk seperti biasanya. Walaupun dia mengiyakan ucapan Yalisa yang meminta jus baygon bukan berarti Avika tidak tau kalau temannya itu menyukai jus jeruk, ketika sudah selesai membuat jus jeruk untuk temannya. Avika segera pergi menuju ruang tamu.

Avika menatap pasrah kearah Yalisa yang sedang memakan mie instan yang di buatnya tadi. Padahal dia sudah sangat lapar dan belum mencicip sedikitpun mie yang di buatnya, tapi apalah daya melihat Yalisa yang sangat menikmati mie instan itu membuat Avika hanya tersenyum pasrah.

"Ni jusnya" Avika meletakkan jus itu ke hadapan Yalisa.

"Lama banget sih"

"Ya maaf sa, namanya juga bikin jus butuh belender, butuh es batu dan gue harus ngambil duluh barang-barang itu" ucap Avika.

.
.
.

Keesokan harinya. Avika sudah siap dengan seragam sekolahnya, segera turun untuk sarapan sebentar sebelum berangkat ke sekolahnya.

Setelah selesai sarapan Avika segera berlari menuju sepeda motor maticnya yang ada di teras depan, Avika segera naik keatas motor dan melanjukannya ke arah sekolahnya.

Tepat ketika bel berbunyi Avika sampai di sekolahnya. Dengan napas sedikit ngos-ngosan gadis itu terus berlari kearah kelasnya.

Setelah sampai di kelasnya ia langsung masuk dan duduk di kursinya.

"Huftt" Avika menghembuskan napasnya sedikit kasar.

"Tumben agak siang berangkatnya?" tanya Yalisa tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

"Semalem gue tidur sedikit larut sa" balas Avika.

Yalisa menolehkan kepalanya "Ngapain lo begadang?" tanya Yalisa mengerutkan keningnya.

"Nggak bisa tidur aja" jawab Avika.

Yalisa tidak melanjutkan ucapannya ketika seorang guru sudah masuk ke kelas mereka.

.
.
.


Bersambung...

Me And My WoundsWhere stories live. Discover now