11

7 4 0
                                    

𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨

Avika menatap sedih telornya yang sudah gosong di hadapan nya, dengan berat hati Avika menambahkan nasih di piring telur yang gosong itu dan mulai menyantap nya. Avika menikmati telur gosong itu dengan rasa pahit yang menjadi pelengkap nya.

"Mana ini telur satu-satunya lagi, terus nanti malam dan seterusnya mau makan apa gue? Sih mama juga belum transfer uang lagi. Mana uang yang tersisah tinggal buat uang bulanan sekolah lagi"

"Haduh!" Avika di buat frustasi.

"Apa gue pakai duit tabungan ya" Gumamnya lagi.

"Tapi kalau gue pake tuh uang dan keterusan ke pake karena mama belum kirim duit, bisa-bisa nggak jadi buat biaya kuliah di luar negeri dong" Lanjutnya lagi.

Avika mengambil ponselnya dan segera menghubungi mamanya.

"Kalau nggak di angkat gue banting ni handphone" Avika mulai menelpon mamanya.

"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰 𝘈𝘷𝘪𝘬𝘢" Avika bernapas lega setelah telponnya tersambung dengan mamanya.

"Hallo ma"

"𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘬?" Tanya Lisa langsung.

"Uang buat keperluan Avika habis ma, tadi aja cuma sarapan sebutir telur gosong" Ucap Avika yang berhasil membuat sang mama sedikit merasa bersalah.

"𝘒𝘰𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘨𝘰𝘴𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨?" Tanya Lisa pada anaknya.

"Tadi Avika tinggal angkat telpon bentar, eh pas balik udah gosong aja, yaudah karena nggak ada lagi yang bisa di masak Avika makan aja telur gosong nya" Jawab Avika.

"𝘠𝘢𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘭𝘱𝘰𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘧𝘦𝘳 𝘺𝘢"

"Oke ma" Jawab Avika semangat.

"Cair-cair mantap betul dah ATM berjalan gue" Lanjutnya sembari terkekeh, tak lama kemudian ada notifikasi masuk dan ternyata mamanya sudah mengirim uang padanya.

"Wihh ni mama beneran ngasih sebanyak ini?" Ucapnya saat melihat jumlah uang yang di transfer oleh mamanya.

.
.
.

Setelah menerima transferan dari sang mama Avika langsung pergi ke bank untuk menarik uangnya dan segera pergi ke supermarket untuk belanja bulanan.

"Ah mie instan kesukaanku, aku sudah lama tidak memakanmu" Avika mengambil mie instan sebanyak-banyaknya dengan rasa yang berbeda.

Setelah selesai dengan mie instannya Avika kembali mendorong troli belanjanya dan membeli bahan masakan yang lainnya.

Setelah selesai berbelanja Avika segera membayar belanjaannya dan pergi dari dari supermarket menuju rumahnya.

.
.
.

Avika sampai di depan Rumahnya. Namun saat Avika ingin membuka kunci Rumahnya, ponselnya yang berada di tas berbunyi menandakkan ada panggilan masuk.

"Yalisa?" gumam Avika ketika melihat siapa yang menelponnya.

Avika menarik tombol hijau mengangkat telpon dari sahabatnya itu.

"𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢?" suara Yalisa terdengar serak namun seperti di tahan supaya tidak ketahuan seraknya.

"Ini gue baru sampai ke Rumah. Tadi gue habis belanja. Kenapa suara lo serak gitu Sa?" Tanya Avika namun Yalisa malah mengganti topiknya.

"𝘎𝘶𝘦 𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱 𝘥𝘪 𝘙𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘭𝘰 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪"

𝘛𝘶𝘵... 𝘛𝘶𝘵... 𝘛𝘶𝘵...

"Halo Sa hallo. Kok malah di tutup sih?" gumam Avika lalu masuk ke dalam Rumahnya.

Avika membawa semua belanjaannya ke dapur. Meletakkannya di kulkas. Ketika akan pergi dari dapur ponsel Avika kembali bergetar.

"Siapa lagi ni?" Avika mengambil ponselnya yang terletak di meja makan. Avika mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang menelponnya.

'Pak Abian' batin Avika.

Avika menimang-nimang kembali apakah ia harus mengangkat telponnya atau tidak. Setelah berfikir sebentar akhirnya Avika memutuskan untuk mengangkat telponnya.

"H-hallo pak!"

"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰 𝘈𝘷𝘪𝘬𝘢. 𝘔𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬?"

"E-enggak pak, emangnya kenapa pak?" Tanya Avika dengan jantung yang berdegup kencang.

"𝘔𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢"

Avika mengerutkan keningnya. Ada apa ibu dari pemilik sekolah, tempat belajarnya mengundang dirinya ke Rumah?

"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰, 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘈𝘷𝘪𝘬𝘢?"

"Eh iya Pak, nanti saya ke sana"

"𝘠𝘢𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘴𝘶𝘱𝘪𝘳 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘬𝘢𝘮𝘶"

Baru saja Avika akan membantah dan mengatakan akan pergi ke sana tanpa di jemput. Abian sudah lebih duluh memotong ucapannya.

"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘈𝘷𝘪𝘬𝘢" serobot Abian yang sepertinya tahu kalau Avika akan membantahnya.

Setelah mengatakan itu panggilan keduanya berakhir, dengan Avika yang terlihat kesal.

"Hiss memangnya dia siapa? Seenaknya saja mengatur ku" ketus Avika.

.
.
.

Tok
Tok
Tok

Pintu utama Rumah Avika terketuk menandakan ada yang datang. Avika berjalan membukakan pintu Rumahnya.

Cek lek

"Yalisa, masuk Sa" Avika membukakan pintu untuk sahabatnya itu.

Avika berjalan masuk di ikuti oleh Yalisa di belakangnya.

"Silahkan duduk Sa" Avika menyuruh Yalisa untuk duduk dan ia berlalu ke dapur untuk membuatkan minuman. Avika datang dengan membawa nampan berisih Jus jeruk untuk temannya.

"Silahkan di minum Sa" Avika meletakkan minuman itu di hadapan Yalisa.

Avika duduk bersebelahan dengan Yalisa. Namun, ada yang menarik perhatian Avika ketika Yalisa hanya diam dan menatap kosong ke depan.

"Sa!" panggil Avika menyentuh bahu Yalisa namun Yalisa masih diam saja.

"YALISA!" pekik Avika kesal karena temannya itu tidak merespon panggilannya.

"Hah! Apaan?" Yalisa cukup terkejut ketika Avika meneriakinya tepat di telinganya.

.
.
.

𝗡𝗲𝘅𝘁...

Me And My WoundsWhere stories live. Discover now