4

5 4 0
                                    

Assalamu'alaikum buk" Salam Avika berdiri di depan pintu kelasnya. Bu Lilis yang sedang mengajar melihat ke arah pintu saat ada yang mengucapkan salam.

"Avika?" Ucap bu Lilis saat melihat Avika di depan pintu.

Avika tersenyum pada bu Lilis, "Sini masuk" Ucap bu Lilis.

Avika berjalan memasuki kelas dan segera menghampiri bu Lilis.

"Kamu dari mana, Kenapa terlambat?" Tanya bu Lilis.

"Eh itu buk, tadi saya kesiangan" Ucap Avika pada bu Lilis.

Bu Lilis hanya mengangguk mempercayai ucapan Avika, bukan tanpa sebab karena Avika tidak pernah terlambat dan orangnya rajin jadi bu Lilis percaya kalau gadis itu benar-benar kesianganan.

"Setelah ini kamu ke ruangan saya ya, untuk mengambil soal ulangan harian Matematika. Setelah itu langsung di kerjakan ibu tunggu di ruangan ya" Avika mengangguk dan setelahnya bu Lilis mempersilahkan Avika untuk duduk.

"Udah mulai nakal lo" Ucap Yalisa tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang sedang di kerjakannya.

"Sedikit" Ucap Avika sambil terkekeh.

Yalisah hanya mendengus mendengar jawaban Avika.

.
.
.

Ketika jam sudah menunjukkan waktu istirahat, seluruh penghuni SMA Tuna Bangsa berbondong-bondong menuju kantin, Kecuali Avika. Gadis itu memilih pergi menuju ruang guru untuk mengambil kertas  ulangan yang tadi di katakan bu Lilis.

"Assalamu'alaikum" Ucap Avika ketika sudah sampai di depan pintu ruangan bu Lilis. Avika melihat pak Abian sedang berbicara sesuatu dengan bu Lilis. Bu Lilis yang menyadari keberadaan Avika langsung menyuruh Avika masuk.

"Permisi buk, saya mau mengambil kertas ulangan yang tadi ibuk bilang" Ucap Avika.

Abian menolehkan pandangannya pada suara yang sepertinya dia kenal abian melihat gadis di belakangnya yang ternyata adalah gadis yang tadi pagi dia hukum.

"Baik Avika, tunggu sebentar ibu ambilkan ya" Ucap bu Lilis.

"Iya bu" Jawab Avika.

Bu Lilis segera mengambil kertas ulangan yang terletak di mejanya. Setelah kepergian bu Lilis, Avika hanya diam sembari menundukkan pandangannya. Abian menatap sebentar Avika yang sedang menunduk. Tak lama setelah itu bu Lilis datang dengan kertas di tangannya.

"Ini Avika, segera di kerjakan ya ibu tunggu secepatnya" Ucap bu Lilis.

"Baik bu, kalau gitu saya permisi bu, pak" Ucap Avika setelah itu berlalu dari hadapan kedua guru tersebut.

"Siapa namanya bu?" Tanya Avika setelah kepergian Avika.

"Oh itu, namanya Avika Azanda. Pak Abian " Abian hanya mengangguk setelah itu mereka kembali pada percakapan semula.

.
.
.

Setelah menerima kertas ulangan harian dari bu Lilis, di sini lah tempat Avika sekarang, di taman dekat kelasnya. Avika tampak serius membaca dan mengerjakan soal Matematika dari bu Lilis tersebut.

"DOR!"

Avika terlonjak kaget ketika ada seseorang yang mengejutkan, Avika memegangi jantungnya yang berdebar lebih cepat akibat terkejut.

"Lo ngapain di sini?" Tanya gadis itu sembari duduk di samping Avika.

Itu Diah yang mengejutkannya, teman Avika tapi berbeda kelas dengannya.

"Menurut lo?" Kesal Avika masih dengan degup jantungnya yang tak beraturan.

"Yak elah jangan marah dong Vika, gue cuma iseng doang tadi ngejutin lo" Ucap Diah.

Avika hanya mendengus mendengar perkataan Diah, "Gue gak marah Diah, lagian udah biasa sama sikap lo yang kayak gitu" Kata Avika dengan senyum tipis di bibirnya.

"Ini lo ngerjain apaan?" Tanya Diah masih penasaran dengan kertas yang di hadapan Avika.

"Ini ulangan harian Matematika" Jawab Avika.

"Oh"

Setelah mengucapkan itu Diah segera pergi ke kelasnya karena bu Tiah akan segera masuk ke kelas.

.
.
.

"Akhirnya selesai juga" Ucap Avika.

"Gue balikin sekarang ke bu Lilis sekarang aja deh" Lanjutnya.

Avika bernjak dari duduknya dan segera menuju ruangan bu Lilis, tapi ketika di depan kelas Ips tiga yang sudah dekat dengan ruangan guru langkahnya terhenti ketika ada dua orang laki-laki yang tiba-tiba mengganggunya.

"Ada ukhty ni" Ucap Herian dengan senyum miring di wajahnya.

"Minggir jangan ganggu gue" Avika memasang wajah datarnya, malas meladeni dua orang di hadapannya yang sering sekali mengganggunya.

"Dih belagu bener ni orang" Timpal Erpan

"Tau ni, sok cakep amat" Herian melangkah lebih maju ke arah Avika, dengan cepat Avika memundurkan langkahnya agar tidak terlalu dekat dengan laki-laki di depannya itu.

"Gue bilang minggir nggak usah dekat-dakat" Kesal Avika dengan tingkah kedua orang itu.

"Heh Avika! Gak usah sok kecakepan deh, lo pikir lo tu siapa? Cuma karena lo pakai hijab tutup aurat, lo pikir lo udah paling benar hah?" Herian meninggikan nada bicaranya pada Avika.

"Perasaan gue nggak pernah bilang kalau gue paling benar" Balas Avika tak kalah sinis.

"Banyak omong" Timpal Erpan yang ikut memajukan langkahnya.

"Mau kalian apa sih, kenapa gangguin gue terus?" Avika kesal dengan tingkah kedua manusia itu.

Tanpa menjawab ucapan Avika, Erpan dan Herian mendorong bahu Avika hingga jatuh ke lantai. Bertepatan dengan itu seorang guru mudah baru saja keluar dari ruangan bu Lilis dan melihat kejadian itu.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara tegas itu membuat mereka menoleh pada pemilik suara itu. Erpan dan Herian tampak ketakutan dengan wajah datar dan sorot mata tajam pak Abian sang pemilik sekolah ini.

"Saya bertanya pada kalian berdua!" Kata Abian dengan tegas

.
.
.

Bersambung...




Me And My WoundsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon