VI

82 8 0
                                    

"FERRAL??!!"

Teriakan itu muncul saat Ferral melewati dapur, bisa diduga suara itu sampai kepada tetangga mereka. Suara wanita yang tak lain dan tak bukan adalah ibu Ferral.

Ferral menutup telinganya, ia yakin ayahnya juga melakukan hal yang sama. Dengan gugup ia menatap ibunya yang sudah berada di hadapannya, dengan wajah yang sulit diartikan (?) Tapi Ferral yakin bahwa ibunya sedang menahan amarah serta rasa khawatirnya.

"Apa yang terjadi??" sekali lagi, ia tak mampu menjawab. Ferral tak ingin berbohong kepada ibu yang sangat menyayanginya itu, ia hanya bisa menundukkan kepalanya kembali.

Berbeda dengan ayahnya, ibunya ini lebih lembut walau terkadang sedikit lebay terhadap dirinya. Tapi mau bagaimana juga dia adalah orang yang paling menyayangi Ferral.

Ferral tetep menunduk, sampai akhirnya ia merasakan tubuh seseorang mendekapnya. Itu adalah ibunya, suara isakan terdengar tepat di telinga Ferral, entah harus bagaimana. Rasanya, ia kecewa akan dirinya sendiri.

"Maaf." Ferral menutup matanya, menerima pelukan hangat yang diberikan ibunya. Suara isakan semakin terdengar ditelinga Ferral, serta terasa tubuh yang mulai gemetar dari ibunya.

"Ferral, cepat bersihkan dirimu" bersamaan dengan kalimat itu, pelukan hangat yang ia rasakan menghilang. Ferral dengan berani membuka matanya, ia melihat bahwa sang ibu sudah ditenangkan oleh ayahnya.

Sial. Ferral semakin membenci dirinya sendiri, ia selalu saja mengecewakan kedua orang tuanya, itu yang selalu ada didalam pikirannya.

Dengan cepat Ferral berjalan membelakangi kedua orang tuanya, sejujurnya ia sudah tak sanggup dengan sakit yang ia rasakan, sakit di tubuhnya serta sakit yang ada di hatinya.

Aryan dengan telaten menenangkan istrinya, sesekali ia menatap punggung anaknya sampai tak terlihat lagi. "Dia anak yang hebat, kamu tidak perlu khawatir." Aryan mengecup pucuk kepala istirnya dengan tulus serta penuh kasih sayang.

"Aku tidak mampu melihat dia terus menerus seperti ini, mas." Kaira terus menangis, dengan posisi dirinya yang berada di dada bidang milik Aryan.

Lavendra Aryan Sanjaya, seorang ksatria yang melepas jabatannya untuk cinta. Dahulu, pria ini sangat dikenal dengan sebutan nafas naga, tentu banyak wanita yang mencintainya. Namun, ia malah luluh kepada seorang wanita biasa, yang saat ini berada di pelukannya.

"Andai kamu tau Ferral, kerajaan tak akan pernah berhenti sebelum kamu benar-benar menjauhi gadis itu. Bahkan sampai kamu mati," kata yang selama ini ai pendam, atau lebih tepatnya tak mampu ia ucapkan kepada Ferral, pada akhirnya hanya bisa ia ungkapkan melalui batin.

-

Satu jam berlalu, sekarang keluarga kecil itu sedang berada di meja makan. Tak ada suara selama penyajian berlangsung, apa lagi dari Ferral. Ia tak berani menatap kedua orang tuanya, walau hanya seperkian detik.

"Cepat makan." Aryan membuka suara, sepertinya ia muak melihat Ferral yang terus menunduk dan tak menyentuh makanan yang t'lah ibunya siapkan.

Ferral tersentak, ia terkejut dengan nada bicara ayahnya itu. Namun, ia tetap menjalankan perintah sang ayah, dengan perlahan ia mulai menyentuh makanannya. Tak ada suara selama makan malam berlangsung, hanya ada suara alat makan yang mereka gunakan.

Beberapa menit berlalu, akhirnya makan mereka selesai. Kaira dengan cepat membereskan meja, mulai dari piring hingga gelas yang sudah mereka gunakan.

"Ceritakan apa yang telah mereka dan kamu lakukan." Ferral kembali tersentak, terkejut karna nada bicara ayahnya yang penuh penekanan.

Dunia Kala ItuWhere stories live. Discover now