Chapter 14.

5K 260 9
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Setelah dari rumah sakit kini Gilang dan Rizal berada di kafe dekat dengan kampus. Seperti rencana tadi Gilang akan mengatakan semuanya pada Cindy untuk mengakhiri hubungan keduanya.

Sejak tadi Gilang hanya diam saja melihat raut wajah Cindy yang tampak marah, meski tadi sudah mengumpulkan keberanian tapi saat bertemu dengan Cindy semuanya langsung berubah. Gilang yang biasanya berbicara tanpa berhenti seperti kerena mendadak mati kutu.

"Kamu mau bilang apa sih?" Cindy mulai kesal dengan Gilang yang sejak tadi hanya diam sambil melihatnya bolak-balik.

"Jadi gini aku mau jujur sama kamu" Gilang berhenti sejenak menarik nafas untuk menenangkan dirinya "jadi aku mau kita putus, ini semua bukan salah kamu kok tapi emang aku gak bisa lanjutin hubungan kita" Gilang melanjutkan penjelasnya dengan pelan-pelan berharap jika Cindy tidak akan mengamuk.

"Alasan kamu pengen putus dari aku itu karena ada cewek lain yang deketin kamu?" Cindy menatap tajam Gilang, siklus hubungan Gilang akan berakhir jika ada perempuan lain yang lebih menarik.

"Bukan gitu, aku sama sekali gak punya cewek lain" Gilang menggeleng dengan cepat menyangkal tuduhan yang Cindy berikan. Meski sebelumnya memang Gilang seperti itu, tapi sejak berpacaran dengan Cindy Gilang tidak pernah dekat dengan perempuan lain.

"Terus apa alasannya Gilang? masa kita putus gitu aja padahal sebelumnya gak ada masalah" Cindy tidak lagi memanggil Gilang dengan panggilan sayang.

"Gue bakal bilang tapi gue mohon banget jangan kasih tau siapa-siapa karena ini rahasia kita" Gilang menatap Cindy dengan memelas berharap jika Cindy akan kasian padanya.

Jujur saja Gilang masih belum siap jika teman-temannya tau jika dia menjadi gay, meski mereka tidak akan menghina atau memakinya Gilang hanya belum siap jika nantinya di ejek karena jadi boti.

"Oke ini rahasia, jadi apa alasannya" Cindy ingin mendapatkan penjelasan secepatnya.

"Em jadi ini aku jadian sama pak dokter" Gilang menunduk tidak ingin melihat wajah sangar Cindy saat mengatakan ini.

Cindy masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya jadi dia menatap Rizal untuk meminta penjelasan, Gilang bisa saja mengerjainya dengan mengatakan ini tapi Rizal tidak mungkin mendukung kebohongan seperti ini kan.

"Saya tau kamu pasti kecewa dan marah tapi saya harap kamu mengerti, Gilang menyukai saya begitu sebaliknya" Rizal menggenggam tangan Gilang dan mengelusnya agar lebih tenang.

Rizal mengambil alih untuk menjelaskan, Cindy butuh penjelasan yang masuk akal dan logis jadi harus dijelaskan dengan perlahan. Gilang terlalu gugup pasti semua perkataannya akan berantakan dan berbelit-belit

"Kalian..." Cindy tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi, otaknya terasa berhenti bekerja mendengar pengakuan keduanya.

Jujur saja dia tidak menyangka Gilang akan berpacaran dengan laki-laki karena selama ini sudah banyak perempuan yang mencoba untuk menjodohkannya dengan laki-laki dominan tapi semuanya gagal.

Cindy saja masih memikirkan langkah-langkahnya agar sukses, tapi kabar gembira ini datang dengan sendirinya. Cindy akan melupakan janjinya jika pembicaraan keduanya ini rahasia, perempuan satu angkatan harus tau jika Gilang sudah sukses jadi uke dan semenya juga bukan orang biasa.

"Cindy, aku benar-benar minta maaf, kamu jangan putus asa aku yakin kamu bakal dapet cowok yang lebih baik" Gilang merasa bersalah saat melihat Cindy terdiam dengan ekspresi kosong.

"Jangan terlalu dipikirkan kamu bisa lakuin apapun, ya selamat buat hubungan kalian berdua" Cindy beranjak dari duduknya tidak ingin lebih lama lagi bersama mereka dan menahan diri untuk tidak berteriak saat melihat interaksi keduanya.

Cindy ingin memaki-maki keadaan kenapa status fujoshi nya tidak bisa dikatakan ke Gilang. Berita Gilang jadian dengan pria tampan yang seperti sugar daddy membuat heboh di grup.

Ada aturan tidak tertulis di grup fujoshi dan fudan di universitas, setiap anggota hanya boleh mengatakan jika mereka fujo atau fudan pada pasangan yang memang ingin menjalankan hubungan terbuka, contohnya saja trio cabe-cabean yang emang mengaku sebagai uke.

Untuk kasus Gilang jelas statusnya harus di sembunyikan karena Gilang masih pemula jika Cindy mengatakan jika Gilang menjadi targetnya yang ada anak itu akan tantrum. Harga diri Gilang itu tinggi jadi tindakan seperti itu akan melukai harga dirinya, Cindy salut dengan Rizal yang bisa mendapatkan Gilang.

###

Setelah bertemu dengan Cindy di kafe keduanya pergi untuk berjalan-jalan santai, Rizal merasa rasa lelahnya hilang saat menghabiskan waktu dengan Gilang. Senyumnya membuat hati Rizal hangat dan berbunga-bunga.

"Pak dokter tau gak sih selama tiga hari ini gue overthinking" Gilang menceritakan kekhawatirannya selama tiga hari ini. "Gue kira pak dokter gak puas sama dan ngerasa kecewa makanya pak dokter ngilang" Gilang melanjutkan kalimatnya, kepalanya tertunduk lesu.

Rizal mengerti apa yang Gilang rasakan karena sejujurnya setelah kejadian itu dia jika overthinking takut jika Gilang membencinya atau lebih parahnya lagi merasa jijik dengannya.

"Saya justru yang lebih takut kamu menjauh, setelah kejadian itu kamu jadi pendiam bahkan saat sampai rumah kamu langsung masuk begitu saja" Rizal memilih untuk mengatakan kekhawatirannya juga, karena baginya komunikasi dalam hubungan itu perlu agar tidak ada kesalahpahaman.

"Pak dokter tau gak sih apa yang gue rasain waktu itu? sakit tau gak. Gue harus tahan sakit dan perih pak dokter, karena udah gak tahan makanya langsung masuk gitu aja" Gilang mengatakannya dengan nada tersakiti, masih teringat jelas betapa tersiksanya dia saat pulang dari camping naik motor.

"Kenapa kamu tidak bilang, jika seperti itu saya akan meminta untuk dibawakan mobil" Rizal tidak tau jika rasa sakitnya akan benar-benar parah.

"Gue takut, pak dokter waktu itu kelihatan beda" Gilang mengatakan ini dengan nada pelan mengingat raut wajah Rizal waktu itu membuat dua ingin menangis saja.

"Maaf ya, saya malah sibuk pas kamu sakit" Rizal memeluk Gilang, saat Gilang mengirimkan pesan jika sedang demam Rizal ingin langsung mengunjunginya hanya saja saat itu UGD benar-benar ramai.

Cuaca yang tidak menentu membuat banyak orang sakit ditambah lagi dengan penyakit demam berdarah yang mewabah di musim hujan seperti ini. Rizal benar-benar tidak bisa meninggalkan rumah sakit selama dua hari penuh, waktu istirahat juga terganggu karena diminta untuk membantu saat UGD sibuk.

"Pak dokter kan harus nolongin orang, gue ngerti kok" Gilang mengerti resiko jika berpacaran dengan Rizal yang seorang dokter, prioritasnya adalah nyawa seseorang dan Gilang mengerti betul.

"Makasih sudah mengerti saya" Rizal memeluk Gilang dengan erat sambil memberikan kecupan di pipinya. Beruntung Gilang bukan tipe yang rewel, Rizal bersyukur Gilang mengerti kesibukannya.

"Pak dokter harus inget ya meski sibuk harus kasih kabar, gak masalah kalo pak dokter chat aja nanti" Gilang tidak masalah jika Rizal hanya sempat mengirimkan satu pesan dalam sehari.

"Maaf ya jadwal saya sibuk jadi waktu kita terbatas"

"Gue ngerti kok pak dokter, lagian kalo gue emang mau punya pacar banyak waktu tinggal cari yang pengangguran" Gilang tersenyum sampai matanya menyipit.

Gilang bisa mengerti jika Rizal mengirimkan pesan menceritakan apa yang dilakukan hari ini di tengah malam pasti akan langsung di balas asal Gilang tidak ketiduran saja. Gilang paham resiko berpacaran dengan laki-laki pekerja pasti hanya bisa saling menunggu kabar saat sibuk.

Love DiagonosisWhere stories live. Discover now