MKSUK 23

7.1K 627 58
                                    

RAMAIKAN! AYOOOOOK RAMAIKAN! 

HAPPY READING!!!!!

Seiring berjalannya waktu, pernikahan Bhumi dan Naina berjalan layaknya pasangan suami istri sesungguhnya. Dua orang yang awalnya asing itu, kini berubah menjadi sepasang insan yang saling mencinta. Bhumi seakan menjadikan Naina sebagai dunianya. Ada harapan yang besar yang ingin diraihnya, sebuah keluarga utuh dan bahagia. Bhumi tak ingin anak-anaknya dengan Naina kelak merasakan apa yang ia rasakanmenyaksikan perceraian kedua orangtuanya.

Awalnya memang aneh bagi Bhumi karena harus menjalankan sebuah hubungan baru dengan orang yang baru ditemuinya. Harus diakui memang kalau rasa kasihan menjadi satu di antara beberapa alasan kenapa akhirnya dirinya menikahi Naina. Ide itu muncul begitu saja, bahkan papanya yang saat itu harus mendapatkan perawatan di rumah sakit karena cidera yang diakibatkan oleh kecelakaan itu pun tidak tahu. Keputusan untuk menikahi Naina saat itu diambil setelah dirinya mengetahui bahwa kecelakaan itu membuat Naina harus hidup sebatang kara.

Sebelum akhirnya menikah dengan Naina, Bhumi pernah beberapa kali menjalani hubungan dengan beberapa wanita. Namun, Naina sangat berbeda jika harus dibandingkan dengan mereka. Naina adalah wanita yang terbiasa hidup sederhana, meskipun sebenarnya dia berasal dari keluarga berkecukupan. Naina tak pernah menghabiskan uang belanja yang ia berikan tiap bulanannya. Naina juga tak pernah membeli barang-barang mahal seperti layaknya wanita lainnya. Dan yang paling penting adalah ... Naina tak pernah menuntut besarnya nominal uang bulanan, mengingat Bhumi yang masih menjadi dokter umum. Wanita itu pandai mengatur arus pengeluaran rumah tangga.

"Kamu betah banget di dapur," gerutu Bhumi saat memasuki dapur. "Aku pulang sampai nggak tau."

"Loh, kok kamu pulang, Mas?" tanya Naina. Suaminya terlihat segar dengan balutan kaos oblong dan celana pendek. "Katanya dapat jadwal jaga malam?"

"Aku minta tukar," sahut Bhumi lesu. "Rasanya pengin cepat-cepat selesai."

Naina mengerutkan kening, tapi tak lama kemudian wanita itu tersenyum lembut. Senyuman yang selalu Bhumi rindukan. Senyuman yang membuat Bhumi rela bertukar jadwal jaga malam demi bisa melihatnya. Naina melepas apron dan membawa hasil masakannya ke meja makan.

"Karena kamu bilang dinas malam, aku masak khusus untuk kamu. Rencananya mau aku kirim ke sana supaya kamu bisa makan bareng teman-teman yang lain."

"Nggak perlu," sahut Bhumi. "Keenakan mereka karena sering makan makanan enak."

"Nggak boleh begitu, Mas." Naina ke dapur dan kembali dengan sebuah piring di tangannya. Ia mengisi piring itu dengan nasi dan lauk-pauk yang dimasaknya. "Makan dulu. Kamu pasti lapar, kan."

"Kamu nggak makan?" tanya Bhumi. Naina menggeleng. "Kenapa?"

Naina tersenyum seraya mengusapi lembut perutnya yang sudah semakin membuncit.

"Kami sudah kenyang, Ayah," canda Naina yang berhasil membuat Bhumi ikut tersenyum. "Sudah kebanyakan ngemil, ditambah minum susu."

Bhumi ikut mengusap perut Naina. Ia tersenyum saat mendapatkan respons tendangan dari dalam sana. Ia akan menjadi seorang ayah.

"Anak kita pasti cantik kayak kamu."

"Mungkin juga bakal jago main bola," seloroh Naina. "Sudah jago nendang sejak di dalam perut."

"Ayah nggak sabar ketemu kamu, Nak."

"Bunda juga."

***

MENJADI KISAH SEMPURNA UNTUK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang