chapter 1

8 4 0
                                    

Hari ini Tante Helen datang ke rumah.

Kami banyak mengobrol, dia menceritakan kehidupan nya yang kurang lebih sama seperti aku, bisa melihat.

Bedanya, dia itu indigo yang bisa melihat hantu. Mana yang lebih menyeramkan daripada punyaku?

Dia datang kerumah, bercerita dan mengajarkan aku untuk bisa menerima kenyataan takdir.

Ternyata memang kemampuan ini turun menurun, tapi hanya aku satu-satunya keturunan yang bisa melihat kematian, keturunan yang dulu paling mentok-mentok hanya bisa melihat dan berinteraksi dengan hantu.

Tante bilang,

"Dunia itu indah, kamu hanya harus mengikuti dan menjalani nya dengan damai. Kamu mau terus stuck diposisi seperti ini?"

Baiklah, siapa yang akan hidup damai jika setiap menutup dan membuka mata hanya terlihat spoiler umur seseorang dan bagaimana dia mati?

Dan jika ditanya, apakah aku mau terus stuck diposisi ini? Jawabannya adalah tidak. Aku ingin kembali merasakan kehidupan, aku sadar aku harus hidup dengan kemampuan ini.

Mungkin, aku harus mencoba.

Atensi Amber yang tengah menulis catatan hariannya beralih pada suara ketukan pintu diluar kamar nya, dia menoleh saat mendengar suara sang ayah yang memanggil namanya disana.

" Iya sebentar ayah"

Segera Amber bangkit lalu berjalan untuk membuka pintu. Memutar gagang pintu, pintu terbuka menampilkan ayahnya yang sedang berdiri sambil tersenyum, ditangan ayah nya terdapat sebucket bunga mawar berwarna biru dan satu loyang kue bertuliskan "17th beauty princess" .

"Happy sweet seventeen sayang" kepala Amber dielus ayahnya sambil tersenyum lebar. Mata Amber terdiam terharu, ia bahkan lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun nya langsung saja Amber memeluk sang ayah.

"Ayah ingat?bahkan Amber lupa... yang Amber ingat hari ini adalah hari peringatan kematian bunda" hati ayahnya berdenyut sakit mendengar perkataan sang puteri dipelukannya.

Antonio La' Lorens, mendorong pelan bahu sang puteri dengan lembut. Memberikan bucket bunga ketangan Amber, lalu Antonio mengusap air mata dipipi Amber dan mengusap lembut rambut hitam panjangnya.

"Amber, setiap kelahiran dan kematian adalah momen yang harus diingat. Yang pupus dikenang dan yang terlahir dirayakan." Antonio menggiring Amber berjalan memasuki kamar. Amber duduk diatas kasur dengan Antonio berlutut menghadap puteri bungsunya, dia menyalakan kedua lilin dengan korek api.

"Sekarang buat permohonan dan tiup lilinnya, sayang" Amber menutup mata dan membuat permohonan didalam hatinya.

"Aku menerima nya, ku mohon permudah hidupku dan keluarga"

Amber membuka mata kemudian meniup lilin angka 17 itu, menatap ayahnya dengan raut bahagia lalu Amber mengecup kedua pipi ayahnya dengan sayang.

"Terimakasih ayah"

"Tentu saja, apa keinginan mu tahun ini? Ayah pasti mengabulkannya" ucap Antonio lembut sambil mengusap-usap kepala puteri nya. Sebenarnya Antonio ingin membuat pesta untuk ulang tahun puteri bungsu dan satu-satu nya ini, tapi mengingat bahwa Amber menarik diri dari sosial membuat Antonio mengurungkan niatnya dan memilih untuk merayakan nya hanya dengan bunga favorit Amber dan kue ulang tahun.

"Oh iya, kakek nenek mu nanti malam mengadakan acara makan malam keluarga dirumah besar"

"Beneran? Memang nya ada apa?"

"Merayakan ulang tahun cucu perempuan satu-satunya ini" ucap Antonio sambil sedikit tertawa kecil. Amber adalah anak dan cucu perempuan satu-satunya didalam keluarga besar, bisa dibilang kelahiran Amber adalah sebuah penantian.

Antonio sendiri adalah anak pertama dengan satu adik laki-laki. Tak heran jika Amber menjadi kesayangan keluarga, bahkan sangat dijaga.

Amber menghela nafas kemudian tersenyum, tangannya menyentuh tangan besar sang ayah.

"Padahal tidak perlu seperti itu ayah, Amber merayakan dengan ayah saja sudah sangat bahagia"

"Jika mereka mendengar ini mereka pasti akan marah, hanya makan malam keluarga" Antonio tertawa sambil menggelengkan kepalanya, mengingat bahkan kakek nya Amber mempunyai rencana untuk merayakan nya digedung dengan mengundang banyak orang, saat ditanya olehnya beliau hanya menjawab "apa salah memamerkan cucuku?" .

Tentu saja ide itu langsung Antonio tolak demi kenyamanan puteri nya.

"Kakak akan datang, ayah?"

Antonio mengusap rambut Amber.

"Jika dia tidak datang, maka kakek mu akan menggantungnya ditaman rumah besar" ucap Antonio dengan nada bercanda.

Antonio mengambil pisau kue lalu memberikan nya ketangan Amber

"Ayo dipotong kue nya, sayang" Amber tersenyum kemudian memotong kue bolu ulang tahun nya, lalu memberikan potongan itu untuk menyuapi ayah nya, begitu pula Antonio yang berbalik menyuapi Amber, Antonio mengecup kepala puteri nya dengan sayang.

Sesudahnya, Amber meletakan kue di nakas.

"Sudah sekarang kamu tidur, sudah tengah malam, ayah pergi yaa" Antonio mengusap rambut Amber lalu berdiri akan beranjak untuk mengambil kue nya untuk disimpan didapur, tapi saat akan mengangkat kue nya Amber dengan cepat berkata tentang keinginan nya yang mengurungkan kegiatan Antonio.

"Ayah aku ingin belajar"

Antonio berbalik,

"Guru mu tidak akan datang besok, besok kamu libur dulu sayang"

"Tidak ayah, aku ingin belajar" Amber menahan nafas dengan lantang dia melanjutkan ucapannya "Aku ingin belajar disekolah, ayah".

Mata Antonio berkaca-kaca mendengar permintaan dari sang puteri nya.

"Kamu yakin?"

Amber mengangguk yakin,

"Iya aku yakin, bolehkan ayah?" menerima takdir dan kenyataan yang selalu Amber tolak dan benci.

Antonio langsung memeluk puteri nya, sambil menahan tangis nya ia mengusap rambut Amber.

"Tentu, ayah akan mengurus semuanya. Dimana kamu ingin bersekolah, hmm?"

"Terserah ayah"

"Baiklah, ayah bangga padamu"

Antonio melepaskan pelukannya, lalu mencubit kedua pipi puteri nya dengan gemas dan rasa bangga akhirnya puteri nya mengambil langkah untuk keluar dari keterpurukan.

"Sekarang kamu tidur, ayah akan mengurus nya mulai besok agar kamu bisa cepat pergi ke sekolah ya?" Amber mengangguk, senyum tak lepas dari wajah Antonio.

Setelah berpamitan, Antonio keluar dari kamar Amber dengan membawa kue ulang tahun untuk disimpan dilemari es didapur. Masih dengan senyum, Antonio memasuki kamar nya, Antonio langsung berhadapan dengan potret pernikahan nya.

"Hera, puteri kita akan selalu bahagia, aku berjanji" ucapnya didalam hati sambil memandang ke arah potret besar didinding kamarnya dengan tersenyum.

Kembali ke dalam kamar Amber, ia menaruh bucket bunga mawar biru dari ayahnya dinakas samping kasur didekat sebuah figura kecil. Figura itu berisi kan foto keluarga kecilnya, dimana ada ayahnya, bunda, kakak laki-laki nya dan Amber. Foto itu diambil satu tahun sebelum Amber kecelakaan dan mengalami koma, Amber menghela nafas panjang.

"Bunda, do'akan Amber" sambil terus menatap potret bahagia itu Amber perlahan menutup matanya tertidur.

* * *

Mang Agus beli manggis
Biar makin bagus vote nya dong manis🥴😖

The Amber [On Going]Where stories live. Discover now