【 O4 】

137 28 0
                                    

Beberapa hari telah pun berlalu dari pertemuannya dengan sosok yang membuatnya cari eksistensi, menanyakan nama, dan buat obrolan upaya Gaming bisa mengenal sang insan dan melakukan hal-hal yang disebutkan di atas.

Gaming berharap semesta akan mempertemukan mereka lagi dalam waktu dekat, tapi sepertinya ada halangan yang membuat hal tersebut tak terwujud.

Setelah usai mengantar seluruh barang yang memang jadi pekerjaan, Gaming nampak terdiam meratapi hiruk-pikuk di pelabuhan Liyue Harbor yang para manusianya tengah melakukan tugas dan kegiatan yang seharusnya.

Tiga hari lampau, Gaming mengunjungi lagi Xinyue Kiosk untuk memenuhi kebutuhan perutnya sekaligus ingin menemui gadis yang ingin ia traktir dim sum jikalau bertatap wajah lagi dipertemuan selanjutnya.

Tetapi seketika masuk ke dalam tempat makan itu, Gaming langsung menyadari bahwa seorang penjaga kasir kali ini bukan gadis yang ia cari melainkan seorang wanita yang biasa sudah ia lihat sebelum (Name) menggantikan sementara.

Kalau begitu hanya salah satu tujuannya saja yang akan tercapai, yakni untuk memenuhi hasrat perut yang telah meminta asupan di siang hari itu.

Walau mengetahui fakta yang sedikit mengecewakan baginya, Gaming tetap berjalan masuk dan mengambil langkah duduk berniat memesan makan siang untuk dirinya.

Toh, masih ada hari lain kalau dia ingin menemui gadis yang masih tinggal disatu kota dengannya.

Tapi pemikirannya hari itu seakan menjadi hal yang menyerang dirinya. Karena sudah lewat beberapa hari dan Gaming masih belum bertemu dengan sosok yang memang ingin dijumpa.

Dia belum sempat bertanya di daerah mana dari Liyue tempat (Name) tinggal. Gaming pun tak bisa bergerak untuk mencari karena dia tak mempunyai satu pun petunjuk.

Obrolan terakhirnya belum begitu intens dan baru sampai tahap 'saling kenal'. Obrolan hari itu juga terdistraksi karena adanya suatu urusan yang harus dijalani oleh Gaming. 

Selagi merenung dengan mata yang terus menatap ke depan, tanpa terencana, Gaming menangkap suatu hal yang membuat kakinya melangkah pada sosok yang menginterupsi renungannya di sana.

Gaming melihat anak kecil yang dia kenal sedang tertunduk dengan wajah yang terlihat sendu. Lantas buat ia menghampiri anak perempuan yang suasana hatinya tidak bagus karena alasan yang belum ia ketahui.

"Changchang?" Gaming bersuara dan menyentuh lembut bahu anak perempuan bernama Changchang.

Yang tadinya tertunduk refleks menghadap pada yang menyebut nama. Changchang langsung bersitatap dengan Gaming yang sudah menatapnya lebih dulu.

"Kak Gaming?" Changchang tidak menduga akan ada sosok yang dikenalnya sekarang.

Gaming kini menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu, "Apa ada masalah? wajahmu terlihat sedih." Gaming pun inisiatif bertanya.

Changchang mengetahui kalau ternyata yang memanggil adalah orang yang dikenal, ditanyai begitu membuat Changchang langsung menceritakan alasan yang membuat dia terlihat sedih saat ini.

Ternyata mainan miliknya tanpa sengaja jatuh dari kantungnya karena dirinya yang sempat berlari terlalu cepat, mainan itu merupakan hadiah yang harus dijaga dari teman yang memang berharga bagi Changchang sendiri.

Gaming mendengarkan dan memahami keseluruhan cerita walau kosakata yang dipakai Changchang ada beberapa yang tak dimengerti olehnya. Wajar, karena Changchang masih menyesuaikan kalimat dengan umurnya yang sekarang.

"Jadi karena itu kamu kelihatan sedih. Dan yang ada di tanganmu itu mainan yang kamu ceritakan ya." Gaming berceletuk setelah Changchang selesai dengan cerita dibalik raut wajah yang dibuatnya.

Changchang mengangguk sebagai respon, "Biasanya kak (Name) akan dengan mudah memperbaikinya, tapi beberapa hari ini aku tidak melihat ataupun bertemu dengannya."

Suatu nama yang Gaming dengar dan ia kenali membuatnya mengajukan sebuah tanya, "Kak (Name).. kamu kenal dengan (Name)?" Itulah hal yang Gaming ingin ketahui.

"Iya. Aku ingin pergi ke rumahnya tapi karena rumahnya sedikit jauh daris ini aku tidak bisa kalau pergi sendirian."

Sekon kemudian Gaming menganggap ini sebagai kesempatan bagus yang mungkin tak akan datang dua kali. Tanpa membuat tanya lagi, pemuda tersebut tembakkan kalimat yang diharap tak dapat penolakan dari sang lawan bicara.

"Kalau begitu ayo pergi bersamaku, Changchang.

,ADMiRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang