Part 27: Abscond

863 144 110
                                    

Halo semuaa!! Gimanaa kabarnyaa hehee maaf telat seminggu karena gak mood 😭😭 tapi selamat membaca yaaa jangan lupa vote dan comment 😚😉😉🫶🏻

Halo semuaa!! Gimanaa kabarnyaa hehee maaf telat seminggu karena gak mood 😭😭 tapi selamat membaca yaaa jangan lupa vote dan comment 😚😉😉🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayu diam, menatapi Ana menangis bisu di sampingnya. Air mata itu seperti tak dapat ditompang.

"Aku gak tau harus apa. Aku merasa terancam, dia mau ambil Shea karena aku lengah." Ana menarik napas, terisak anatara tangisnya yang perih. "Satu kali..."

"Arkha bakal terus kekang aku, Bayu. Selain dia punya kuasa atas Shea, dia rasa punya kendali atas aku di tangannya." Tatapan Ana menyihir Bayu, mengutuknya untuk merasakan sakitnya dan Bayu jelas mengenal Arkha.

"Semua ini ulahnya, mulai dari pekerjaan, kontrak, lalu sekarang Shea," ucap Ana meski terkadang ragu untuk mengatakannya. "Aku gak tau ini bakal terjadi yang kedua kalinya dia menarik aku ke dalam keinginannya. Tapi sekarang beda, ini karena dendam."

Ana mengubah perspektif Bayu dengan sempurna, lelaki itu dapat memahami apa situasi saat ini. Sejak satu minggu Ana sulit dihubungi, mungkin ini ulah Arkha yang gemar menyalah gunakan kuasa.

"Aku gak punya siapa-siapa selain Shea..."

"Oh, Ana..." lirih Bayu, menggenggam tangannya, lekas menyeka rambut yang menutupi wajah. Sejenak dalam keheningan, Bayu memandangi netra berlinang.

Sayang. Air mata yang dangat disayangkan. Bayu seharusnya tidak berpikir pendek untuk memutuskan meninggalkannya lagi.

"Aku bersedia jadi relawan sebagai pengacara kamu."

Ana mengatup bibir rapat-rapat, menelan ludah susah payah hanya untuk mengerti maksudnya. "Bayu—"

"Aku tak akan mengambil langkah pergi untuk kedua kalinya, Ana," ungkap Bayu tanpa keraguan sekali pun. Dia merapat guna mendekap tubuh itu dan membiarkan Ana menangis di kemejanya. "Don't worry, I'm on your side..."

***

Arkha mengeratkan jemari pada kemudi, benaknya dihantam habis-habisan oleh kenyataan bahwa Bayu adalah ancaman baginya. Di satu sisi dia kurang yakin Ana akan jujur sepenuhnya.

Selama perjalanan ke rumah utama Arkha bungkam, tidak banyak menyahuti setiap perbincangan yang Megan berikan untuknya. Wanita itu kini lelah, sama diamnya hingga mereka tiba di pekarangan rumah dan Arkha turun lebih dulu.

Megan memainkan lidah di dalam mulut, mengintai sikap semena-mena Arkha meninggalkannya. Mau bagaimana lagi, Megan akhirnya membuka pintu dan keluar dari mobil. Namun, sebelum ia menutupnya kembali, satu hal mencegahnya.

Sehelai rambut. Megan mengerutkan dahi, segera melihatnya lebih jelas di antara sinar senja. Sehelai rambut panjang berwarna hitam pekat di jok. Sangat tidak mungkin miliknya jika saja dia baru mewarnai rambutnya ash brown dua hari lalu dan mereka belum bertemu sejak seminggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARCHETYPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang