𖣘Prologue𖣘

41 3 0
                                    

📌📌 Ini alur yang Author pikirin sendiri yaa, jadi kalau ada yang ngerasa beda dari karya asli (One Piece), ya jelas beda lah, Author cuma pinjem karakternya saja.

Play song 🎵 - "Two Birds" Regina Spektor while reading this Chapter

💙🎩💛

----
--------

'Dingin'

Matanya perlahan tertutup, rasa dingin menjulur keseluruh tubuhnya, dunia seakan berubah menjadi hitam, putih dan sunyi.

Waktupun terasa berhenti, bersamaan dengan ambruknya tubuh orang yang digadang-gadang sebagai Kaisar Api, tubuhnya terkapar tak berdaya di tanah, dengan raut kesedihan yang seakan telah ia tahan lama, Sangat lama.

Hanya suara tangis yang terdengar di telinganya, sedang matanya sama sekali tidak mampu untuk dibuka, ia bahkan tidak memiliki tenanga untuk membuka matanya. ia tak tau siapa yang sedang menangis sekarang? Luffy? hah dia harap bocah itu bisa bahagia sekarang, dia harap bocah itu bisa mencapai impiannya menjadi raja lautan, tidak. Itu pasti terjadi.

Yah.. mati demi Luffy juga bukanlah hal buruk, setidaknya demi impiannya yang selangkah lagi akan tercapai.

Hari ini, Sabo Sang Kaisar Api mati, menyusul Ace, Sang Tinju Api.





Ting..





Matanya terbuka, sejauh matanya memandang ia hanya melihat tembok putih yang mengelilinginya, namun berbeda dengan yang ia lihat, yang mengelilinginya hanyalah bayangan hitam nan gelap, layaknya bayangan yang selalu menyertai cahaya.

Disana ia melihatnya, Pria bersurai gelap yang tengah menatapnya dari kejauhan, berdiri disisi cahaya.

"Ace?"

Kakinya otomatis bergerak mendekat pada sosok itu, sosok yang telah ia rindukan bertahun lamanya, sosok yang seperti matahari baginya.

Namun ketika ia mengejar sosok Ace, sosok Ace malah berjalan pergi, jarak yang semakin jauh membuat sosok Ace kian kabur, hingga ia tersandung dan terjatuh, sosok itu tak kunjung berhenti.

"Ah iya.."

Ia memutuskan untuk menyerah, menatap pilu dataran putih yang menjadi tempat untuknya menapakkan kakinya.

"Ace kan sudah meninggal"

Ia mengepal erat tangannya, penyesalan lama perlahan muncul di benaknya, kata 'Andai' memenuhi pikirannya, namun perlahan itu semua hancur, bagai bilah kaca yang dihancurkan.

"Tunggu sebentar.. Aku kan juga sudah mati"

Ia mengerjapkan matanya, bangkit dan kembali mencari sosok Ace yang sedari tadi berjalan pergi.

"Ace!! Tunggu!!"

Namun sekuat apapun usahanya ia tak kunjung bisa menyusul Ace, seketika membuat beribu pertanyaan muncul di kepalanya.

'Tunggu, kenapa aku tak bisa menyusul Ace?'

'Jangan bilang kalau aku hanya pingsan dan tidak mati?'

'Hei kumohon jangan begitu!'

'Kenapa aku tidak mati saja?!'

Akhirnya sosok Ace resmi menghilang dari pandangannya, air matanya menetes, Kenapa aku tidak mati saja? itu yang ia pikirkan saat ini, beberapa kali ia mengutuk dirinya karena tidak mati, sungguh, ini akan menjadi penyesalan terbesarnya jika saja ia benar tidak mati.

Not Anymore! Where stories live. Discover now