16 Sciences

82 6 41
                                    

Ketika seorang plagiat mencuri pada orang famous
- Otak Raya -

___________
____

Seorang adik kelas tiba-tiba menemui perempuan tampan itu dengan wajah penuh senyum dan gigi yang rapi. Dia terlihat pendek dan seperti tidak asing saat Raya melihatnya.

"Kak, gue mau lo jadi partner gue buat kejuaraan sekolah nanti. Lo mau, ya?!" pintanya seperti pemaksaan.

Raya masih bingung. Event itu akan diadakan besok dan dengan gilanya perempuan itu mengajaknya secara dadakan.

"Gue enggak bisa," balas Raya.

"Aduh, Kak!" Ia duduk di kursi di depan Raya, "ini seseruan aja kok dan panitianya emang nyuruh kita buat nyari kakak-kakak kelas tiga buat partner," jelasnya meyakinkan Raya.

Raya berusaha untuk tidak menanggapi, tapi perempuan itu terus memaksanya hingga ia pusing sendiri.

"Oke, oke. Gue temanin lo aja, sisanya lo yang kerjain," tutur Raya.

Sindi tersenyum kegirangan, ia berlari dengan senyum merekah sepanjang koridor hingga sampai ke kelasnya.

Kak, gue bakalan balas dendam.

Mungkin ini terakhir kali Raya mengikuti kegiatan sekolah. Otak dan badannya sudah butuh istirahat. Ia keluar kelas menuju perpustakaan. Mengambil beberapa buku di sana. Beberapa pertanyaan dibuku itu sudah ia jawab semua. Sepertinya Raya hanya perlu berlatih ringan saja.

"Gue enggak tau kalau lo juga suka ke sini," celetuk Gio.

Musuh kelas Raya yang entah apa maksud dari perkataannya.

"Gue rasa semua orang perlu ke sini," balas Raya.

Ia mengambil buku, lalu duduk di pojok ruangan. Gio mengikutinya dan duduk di sebelahnya. Raya risih dengan situasi seperti ini, setidaknya biarkan ia sendiri.

"Iya, benar."

Gio termaksud saingan Raya yang sangat besar. Meskipun juara umum 1 masih dipegang oleh dirinya, tidak menutup kemungkinan Gio akan menggesernya ke peringkat 2 atau lebih dari itu.

Gio tersenyum menatap mata yang seksama melihat buku yang penuh angka di depannya. Tulisan di samping buku yang penuh angka membuat Gio terkesima. Memang sudah seharusnya Raya mendapatkan peringat pertama itu.

"Lo enggak bosan lihat angka?"

"Enggak."

Gio tertantang. Sepertinya perempuan itu berbeda dengan teman-teman di kelasnya. Mengapa ia baru bertemu dengan perempuan tampan seperti Raya dengan otak seperti Jerome?

"Apa yang bikin lo bosan?"

"Suara lo."

Terdengar sarkas dan to the point. Ini yang tidak ia suka dari Gio. Sebagai teman, bertingkah saja seperti teman. Prinsip Raya, jangan pernah menanyakan apa pun yang membuatnya naik darah, jika tidak balasannya bukan lagi satu kata, melainkan satu bogeman mendarat tepat di pipinya.

"Oke, gue minta maaf. Lanjut aja belajarnya," ucap Gio kemudian.

Ia berpaling, membiarkan Raya yang sibuk dengan buku kesayangannya.

I'm the Middle (Completed) (PROSES TERBIT)Where stories live. Discover now