Prolog

271 23 0
                                    

Sebagian besar orang pasti akan mengatakan kebahagiaan yang sebenarnya datang dari kasih sayang, keluarga, dan apapun itu. Namun tidak bagiku, tidak sependapat. Menurutku, kebahagiaan itu berasal dari kekayaan.

Saat kau punya banyak uang, kau bisa bahagia dan bisa membeli apapun.

Siapa yang setuju denganku?

Aku yatim sejak masih berusia delapan tahun. Ayahku meninggal karena penyakit yang dideritanya setelah sekian tahun. Aku sangat terpukul menerima kenyataan itu. Karena aku lebih dekat dengan ayahku ketimbang ibuku sendiri.

Sejak saat itu, ibu lah yang menyangga kehidupan kami. Oh iya, aku punya seorang adik laki-laki.

Danniel Riverie.

Aku tumbuh besar di lingkungan kumuh di sudut kota. Yeah, ekonomi kami memburuk sejak ditinggal pergi oleh Ayah. Tapi tidak mengapa, selagi kami bertiga masih bisa bersama-aku senang.

Ibuku masih bisa dibilang masih muda, wajahnya cantik dan tubuh yang proporsional. Berhasil memikat hati seorang pria kaya raya beranak satu. Perempuan.

Tanpa pikir panjang, Ibu menerima lamaran pria dan langsung memboyong kami ke rumah besarnya.

Mortheos Dawson.

Hidup kami yang awalnya tinggal di kontrakan kumuh selama lebih kurang empat tahun, kini berada disebuah rumah besar dengan desain mewah.

Hidup kami sudah layak. Aku dan adikku diperlakukan dengan pantas oleh ayah sambung kami dan juga anak perempuannya. Anak perempuannya lebih muda satu tahun dariku, otomatis membuat posisiku menjadi seorang kakak.

Grace Dawson, namanya.

Dia sangat baik dan cantik. Sifatnya anggun dan tutur katanya lembut. Sebagai sesama perempuan, dia suka berbagi barangnya denganku. Membuatku sangat menyayangi dan menjaganya, terutama di sekolah.

Kami tumbuh bersama, hingga tak terasa aku sudah delapan belas tahun. Beberapa bulan lagi aku akan melanjutkan belajarku di perguruan tinggi.

Dan disaat itulah, semua perseteruan itu terjadi.

"Apa maksud Ibu? Aku menghormati Tuan Dawson seperti ayahku sendiri. Tapi bukan berarti Ibu dapat mengubah nama belakangku dan Danniel!"

"Jika kau tidak bisa membalas kebaikan Mortheos, setidaknya kau bisa menggunakan nama belakang beliau!"

"Alasan macam apa?"

Aku bertengkar dengan ibu. Kami tidak saling bicara atau saling menyapa pun tidak. Tuan Dawson-maksudku, Ayah, Grace, dan Danniel tidak menyadari perubahan sikap antara aku dan Ibu.

Maksudku, apa hubungannya aku mengubah nama Riverie manjadi Dawson membuat Tuan Dawson senang? Membalas kebaikan katanya? Tidak masuk akal.

Pertengkaran itu tak hanya antara aku dan ibu, juga antara aku dengan Grace. Entahlah, sepertinya aku orang yang problematik. Eits, tapi jangan salah. Aku salah satu siswi teladan selama masih bersekolah.

Semenjak aku menduduki bangku kelas sebelas dan Grace di kelas sepuluh, Grace menunjukkan sikapnya yang berbeda. Entahlah, aku merasa dia iri denganku. Merasa tersaingi.

Dalliance : you own me.Where stories live. Discover now