Lantas Shenina berdiri. Namun sepertinya kakinya juga terdapat luka. Ia tiba-tiba meringis kesakitan dan tidak bisa berdiri.

Melihat Shenina yang meringis kesakitan membuat Anggara sedikit panik. Kemudian ia juga membantu Shenina berdiri dan memapah gadis ini menuju kursi yang tak jauh dari mereka.

“Lo gapapa Shen?”

“Menurut lo aja gimana?” ucap Shenina kesal.

“Lagian lo gimana sih? Naik sepeda tuh pake mata.”

Anggara tak menanggapi celotehan Shenina. Ia sibuk celingak-celinguk.

“Iyaa, sorry Shen, lo tunggu sebentar yaa disini gue mau cari obat dulu.”

Shenina masih sangat sebal dengan Anggara. Bahkan ia sangat begitu malas menatap lelaki yang sedang berdiri di depannya.

“Hmm ”

Tak cukup sampai lima menit. Anggara berlari dengan membawa plastik putih bening yang berisikan obat merah dan plester.

“Gue obatin Shen.”

“Gausah gue bisa sendiri.”

“Gue yang bikin lo luka, jadi gue yang obatin,”

“Yaudah,” ucap Shenina yang masih bersikap ketus terhadap Anggara.

Anggara duduk di sebelah Shenina. Dengan telaten ia mengobati luka yang berada di lengan gadis mungil ini dengan sangat hati-hati.

Diam-diam Shenina memperhatikan lelaki yang tengah sibuk mengobatinya dengan serius. Ia menatap lekat wajah lelaki ini begitu intens.

Entah apa yang sedang dipikirkan Shenina. Seakan atensinya tidak ingin ia lepaskan dari lelaki yang sudah menjadi label musuh bebuyutannya.

Ditambah sapuan deru nafas Anggara yang hangat terasa di kulit pipi kirinya membuat sekujur tubuh Shenina dibuat merinding, merinding geli maksudnya Shen? Wkwkwk. Sebab jarak mereka begitu dekat.

Shenina meneguk salivanya. Berusaha menyadarkan yang entah ia sendiri pun bingung ia kenapa.

“Udah belom sih? Lama amat.”

“Bawel banget sih.”

Anggara mendadak merubah posisinya berjongkok di atas tanah dengan bertumpu pada satu kakinya yang lain.

“Lo mau ngapain?!”

“Apasih? Gue mau ngobatin lutut lo yang luka.”

Shenina menatap sinis Anggara seraya menganggukkan kepalanya.

“Udah selesai.”

Masih dengan tatapan sinisnya, Shenina menatap Anggara menajam.

Sorry, gue ngga sengaja.”

“Lagian lo ngapain sih disini?”

“Ya rumah gue disini, lo yang ngapain di sini?”

“Ya rumah gue juga di sini.”

Anggara menatap heran Shenina, “Lo balik lagi ke sini?”

“Ahh.. kepo lu, lagian dari sekian banyak tempat tinggal kenapa harus disini sih? Bosen gue ketemu lo lagi.. lo lagi.”

“Gue juga bosen ketemu lo lagi.. lo lagi.”

“Yaudah pindah aja sana, ngapain lo juga balik lagi ke sini.”

“Enak aja kalo ngomong, suka-suka gue lah. Udah ayo gue anter lo pulang”

Shenina menatap Anggara, “Naik sepeda ini?”

HOLD MY HANDWhere stories live. Discover now