Bagian Satu

27 7 2
                                    

Setelah pertemuan sengit antara Shenina dan Anggara. Anggara pergi meninggalkan ruangan tersebut. Shaka yang melihat hal itu lantas saja menyusul Anggara yang telah pergi meninggalkan ruangan lebih dulu.

"Ga lo mau kemana?"

Anggara tak mengindahkan panggilan Shaka dan masih terus berjalan menelusuri koridor kantor Emily Group.

"Woyy.. Anggara?!" Teriak Shaka dengan berusaha berlari kecil menyusul Anggara.

"Lo mau kemana? Lo Kenapa sih?"

Tanya Shaka ketika berhasil mencegat Anggara yang telah berdiri di depannya. Mau tak mau Anggara menghentikan langkahnya serta menatap Shaka dengan raut wajah dan sorot mata yang tak bisa Shaka tebak.

"Lo kenapa Anggara?" Tanya Shaka kembali karena Anggara hanya diam menatapnya.

"Lo kenapa ngga bilang kalau itu Cenin?"

Shaka mengerutkan dahinya hingga kedua alisnya saling bertautan.

"Cenin? Cenin siapa?"

Anggara tak menjawab pertanyaan Shaka dan hanya menundukkan kepalanya dengan helaan nafas yang kasar.

"Mana gue tau kalau Cenin itu Shenina," ucap Shaka asal. Merasa telah mengingat sesuatu Shaka menatap Anggara.

"Wait.. Cenin? Cenin itu Shenina?"

Anggara memajukan dagunya ke arah Shaka.

"Hmm,"

"Lo kenapa ngga bilang kalau itu Cenin?"

Anggara menatap sengit Shaka

"Menurut lo aja gue tau darimana kalau itu Cenin, kan lo yang urus recruitment,"

"Emang dasar atasan cuma mau tau beresnya aja,"

"Lo ngatain gue?"

"Ngga... gue ngatain atasan yang lain bukan LO,"

"Yaudah, bukannya bagus ya lo ngga perlu cari Cenin lagi kan?"

"Ngga gitu,"

"Terus kenapa?"

"Ngga tau deh, banyak tanya lo," Lantas Anggara pergi meninggalkan Shaka sendirian.

"Woy Ga! Mau kemana lo?! Balik lo kerja!"

"Beli kopi,"

"Berasa gue yang jadi atasannya, sabar banget punya temen sekaligus atasan macam Anggara yang moody-an sama tukang marah-marah,"

"Gue denger!"

Shaka terpelonjak kaget mendengar teriakan Anggara.

Pasalnya Shaka hanya mengucapkannya dengan pelan,

"Buset kuping lo, nitip kopi lah satu!"

Anggara hanya mengacungkan jempolnya ke udara dengan isyarat menyetujui permintaan Shaka.

Anggara dan Shaka ini sudah berteman sejak lama, sedari duduk dibangku SMA sampai mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi pun mereka selalu bersama.

Teman seperjuangan, teman satu kostnya. Bukan rahasia lagi bagi Shaka bagaimana kehidupan Anggara. Bagaimana tabiat Anggara begitupun sebaliknya.

"Kayaknya mulai hari ini gue harus mulai extra sabar dan siap-siap melihat kejadian-kejadian yang akan datang,"

***
Sudah sekitar hampir 20 menit Shenina bergerak mondar-mandir seperti setrikaan di depan Ody dan Sean dengan tangan disimpan di dagunya tak lupa raut wajahnya yang terlihat sedang berpikir keras.

HOLD MY HANDOn viuen les histories. Descobreix ara