66

960 90 7
                                    

Seperti biasanya Elena terlihat baik-baik saja di mata semua orang. Pagi ini dengan langkah anggun ia datang ke perusahaan. Tak lama kemudian Theodor datang dan menyodorkan amplop berwarna coklat.

"Apa ini?".

Sebelum Theodor memberikan jawaban, mata Elena sudah membaca tulisan yang tertera di sana.

"Kau boleh pergi Theodor ".

Theodore menunduk hormat lalu berbalik pergi. Ada perasaan sedih melihat ekspresi Elena namun ia tidak bisa melakukan apa-apa. Elena membuka kertas itu perlahan dan membaca bagian terakhirnya. Ia menelan ludah dengan sesak.

Kemudian ia melihat arloji di tangannya. Dengan bergegas ia memakai mantelnya lalu turun ke lobi. Sebelum masuk ke mobil ia melihat ke halaman parkir. Tidak ada mobil Frank di sana. Itu artinya...

Rupanya kau memiliki niat yang besar...

Mobil Elena melaju menuju kantor pengadilan sesuai apa yang tertera di kertas tadi. Ya. Itu adalah undangan sidang putusan perceraian. Elena sedikit heran bahwa tidak ada ruang mediasi seperti biasanya. Namun ia tahu bahwa di sana, segala tanda tanya akan terjawab.

Tiba di halaman kantor pengadilan ia tidak melihat mobil Frank. Perasaan aneh mulai muncul namun ia segera menyingkirkan itu semua. Setelah melaporkan tujuan kedatangan dirinya di bagian resepsionis, Elena diarahkan untuk menuju ruangan sidang.

Begitu masuk ia terkejut bahwa ayahnya sudah ada di sana. Namun Frank belum juga terlihat. Ia duduk di samping ayahnya dengan gugup.

"Semuanya akan baik-baik saja,my dear Elly".

Elena hanya mengangguk. Ia tahu ayahnya sedang membesarkan hatinya. Tak jauh dari situ duduk seorang pria. Wajahnya sedikit familiar namun Elena lupa siapa dia.

Seorang pria muda masuk dari pintu yang lain dan memberitahukan bahwa sidang akan segera dimulai. Mata Elena masih menatap ke arah pintu dan berharap sosok yang ia tunggu segera muncul.

Deretan pengacara dan Jaksa Penuntut masuk. Juga Hakim yang akan memutus perkara. Elena diminta untuk duduk di tempat yang ditentukan.

Sidang sudah dimulai tanpa kehadiran Frank. Hati Elena begitu sakit dan penuh amarah. Ia hanya bisa menahan semua itu dengan gertakan gigi berulang kali.

".... mengabulkan permohonan perceraian yang diajukan Nyonya Elena Mayer kepada Tuan Frank Jensen. Keputusan ini bersifat tetap dan mengikat. Selanjutnya mengenai ...".

Elena tidak bisa mencerna kalimat yang lain karena kepalanya berdengung hebat. Keringat dingin membasahi keningnya. Ia mencoba bernapas normal. Segalanya bercampur dan menyerang jiwanya. Tak ada yang bisa ia lakukan karena ini pukulan hebat untuknya.

Ia memang menginginkan perceraian ini. Namun, ia tak menduga rasanya akan sesakit ini. Dan di atas semuanya, Frank tidak datang. Ia masih bertanya-tanya bukti apa yang telah membuat hakim memutuskan ini dengan cepat tanpa mediasi.

Sidang sudah selesai. Elena masih duduk di tempatnya. Ayahnya datang dan memeluknya.

"Tidak apa-apa...".

Tuan Mayer menuntun Elena keluar dari gedung pengadilan. Ia memberi isyarat pada Tue untuk membuka pintu mobil.

"Tidak ayah. Aku harus kembali ke kantor".

"Tapi sayang...".

"Aku baik-baik saja ayah. Jangan cemas".

Elena berjalan menuju mobilnya tanpa menoleh pada ayahnya. Dunia di sekitarnya sudah runtuh. Ia pernah melihat ibunya meninggal dan ia merasa sedih. Ia pikir itu adalah kesedihan terbesarnya. Namun... ternyata ia keliru. Ia tidak sanggup untuk kenyataan ini.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now