🏰6🏰

6 9 0
                                    

6. A little attention

.
.
.
🏰🏰
.
.
.

Semilir angin membuat terik matahari tak terasa panas. Dedaunan yang telah gugur terbang rendah karena tiupan angin. Sebagian rumput yang telah memanjang bergoyang mengikuti kemana arah angin melaju.

Rae, Lily dkk terkecuali Ane telah berdiri sejajar sambil menghadap Yui. Kurcaci itu baru saja menaiki bangku kayu yang membuat tingginya sejajar dengan mereka.

"Kalian harus janji ya untuk tidak melaporkan aku pada petugas keamanan akademik." Yui bersuara. Ia kembali memastikan kesepakatan yang telah mereka buat.

Sebelum mereka sampai ke tempat ini--halaman belakang perpustakaan, Yui mengajukan permintaan kalau latihan ini tidak boleh ada yang tau selain mereka saja. Lalu Thalia dkk serta Rae juga berjanji tidak akan melaporkan Yui kepada Professor ataupun petugas keamanan akademik.

Kemampuan sihir Yui memang sudah ahli, tapi Yui tidak punya hak untuk mengajarkan sihir.

"Kami janji, Yui." Luna menyahut, mengangkat jari telunjuk dan jari tengah hingga membentuk huruf V.

"Ingat, pastikan untuk tidak melukai satu sama lain." Yui berpesan dan disambut anggukan oleh mereka semua.

"Sekarang arahkan telunjuk kalian ke arah depan," Yui berkata sambil turun dari bangku kayunya. Kemudian ia mendorong bangku tersebut untuk segera menyingkir. Yui tidak akan berdiri di hadapan mereka. Jika Yui memaksa, bisa dipastikan Yui terkena sihir yang mereka ucapkan.

Yui menempatkan bangkunya disamping Ane. Anak kecil itu sedang duduk anteng dengan ditemani Koal--seekor bayi naga hitam kecil yang memiliki mata merah. Koal adalah hewan peliharaan Yui.

"Tangan kalian harus lurus dan tegak, tidak boleh bengkok." Yui mengoreksi. Beberapa diantara mereka membetulkan posisi anggota tubuhnya.

"Di depan kalian ada banyak daun yang telah gugur. Fokus lah pada satu daun kemudian ucapkan de espretawo."

"De espretawo...," Semuanya serempak mengucapkan mantra. Percikan sihir keluar dari masing-masing setiap jari telunjuk.

Sedetik setelahnya, mulut mereka kompak menganga lebar. Bahkan Sera si manusia kaku pun menganga lebar dengan tidak percaya.

Dedaunan yang tadi mereka fokuskan menghilang tiba-tiba. Kepulan asap tipis muncul sebagai tanda keberhasilan.

"Daunnya kemana?" Ela bertanya heboh. Ia menoleh pada Yui menuntut jawaban.

"Ada. Kalian bisa mengembalikan daun tadi dengan mengucapkan mantra sihir de espretasy." Kata Yui.

"De espretasy," Ela yang tidak sabaran mengucapkan mantra lebih dulu. Kemudian kedua matanya berbinar saat daun miliknya kembali muncul di posisi dan di letak yang sama.

"Keren!" Rae berseru. "Kalau begini aku bisa bersembunyi dari Professor Thaddeus." Rae menyeringai jahil.

"Kau benar!" Rora menjentikkan jari heboh. "Kita bisa bersembunyi dari Professor Thaddeus dan tidak perlu belajar."

Seringai di bibir Rae dan Rora kompak merekah lebar. Kedua matanya saling bertatapan dengan penuh arti.

"Jangan coba-coba. Professor Thaddeus masih bisa mendeteksi kalian." Yui memperingati.

Rora menghembuskan napas kasar begitupun dengan Rae. Niat terselubung untuk kabur saat pelajaran Professor Thaddeus sudah pupus.

Thalia terkikik. Ia memberi tepukan ringan di bahu Rae dan Rora. Thalia mengatakan, "ini saatnya kalian menjadi anak yang baik." Itu adalah sebuah ejekan.

The Princess : The Light of Life and DeathTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon