Singto menyiram baju krist dengan air, lalu dia terdiam, apa yang harus di lakukannya lagi?

"Bagaimana cara mencuci baju?" Tanya singto.

Krist tak menjawab, dia benar-benar malas bicara dengan singto, krist mengambil bajunya dari tangan singto kemudian memilih untuk keluar dari toilet tentunya dengan diikuti oleh singto dari belakang, krist berjalan ke tempat parkir kampus, dia mengambil motornya berniat untuk pulang namun singto malah menghalanginya.

"Mau kemana?" Tanya singto.

"Pulang" jawab krist singkat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pulang" jawab krist singkat.

"Bukankah kita masih ada kelas nanti!?" Ucap singto.

"Aku tak peduli" ucap krist, suasana hatinya benar-benar sudah rusak oleh singto sejak di kantin tadi.

"Baiklah, aku ikut pulang" ucap singto sembari naik ke atas motor krist.

"Sing..." Ucap krist.

"Ayo pulang" ucap singto.

"Apa kamu pernah merasa sedikit bersalah setelah mengerjai ku?" Ucap krist.

Singto bersikap seakan dia tak mempunyai salah sedikitpun pada krist.

"Pulang!!" Tekan singto.

Krist menjalankan motornya keluar dari parkiran kampus. Di sepanjang jalan hanya ada keheningan, krist dan singto bahkan bersikap jika tubuh keduanya tak pernah menyatu dan seakan melupakan malam itu.

"Aku tak ingin pulang ke mansion" ucap singto saat krist membelokan motornya ke arah mansion miliknya.

"Lalu kemana?" Tanya krist.

"Rumah mu?" Ucap singto.

"Aku tak mau membawa mu ke rumah ku" ucap krist.

"Ke rumah mu, krist!!" Teriak singto marah sambil memukul punggung krist, sehingga membuat krist terpaksa menjalankan motornya ke rumahnya.

***
"Apa bi ayu ada?" Tanya singto setelah dia turun dari motor, singto berjalan masuk ke rumah krist setelah krist membuka pintu.

"Ibu keluar kota" ucap krist.

"Oh, jadi kamu sendiri?" Ucap singto.

"Ya" jawab krist singkat.

"Mana bajumu tadi? Biar aku mencucinya?" Ucap singto sembari mengarahkan tangannya ke arah krist.

"...."

"Bukankah ibumu tak ada? Kamu pasti belum mencuci bajumu kan? Biar ku cucikan?" Ucap singto sembari berjalan ke belakang rumah.

Singto melihat di kamar mandi banyak tumpukan baju kotor krist, dia menatap sekitar mencari keberadaan mesin cuci namun ia tak menemukan itu.

Singto mengambil sabun cuci dan menuangkan semuanya ke dalam bak lalu memasukan semua baju krist disana.

"Dimana mesin cucinya? Bagaimana cara mencuci pakaian?" Gumam singto bingung.

"Tolong jangan samakan aku dengan kamu, aku bisa mencuci bajuku sendiri!" Ucap krist.

"Aku?? Aku juga selalu mencuci bajuku sendiri" ucap singto.

"Benarkah?? Ku pikir para maid yang melakukan itu?" Ucap krist.

"Aku bisa mencuci baju, dimana mesin cucinya?" ucap singto.

"Tak ada?" Ucap krist.

"Lalu bagaimana caranya mencuci baju jika tak ada mesin cuci?" Tanya singto.

"Siapa yang menyuruh tuan muda untuk mencuci pakaian di rumah ku?" Ucap krist.

"Baiklah, bagaimana dengan memasak? Aku sering memasak sendiri" ucap singto berbohong, dia bahkan tak pernah menyentuh dapur selama 20 tahun hidup.

"Jangan bohong, kita tumbuh besar bersama, kapan kamu memasak?" Ucap krist.

"Semenjak kamu tak kembali ke mansion??" Ucap singto.

"Itu bahkan baru terhitung 7 hari?" Ucap krist.

Wajah singto memerah menahan amarah, dia kesal pada krist sekarang.

"Jadi kamu lebih suka gun!?" Ucap singto.

"Kita tidak sedang membahas gun 'kan?" Ucap krist.

Singto menghampiri krist dan mendorong tubuh Krist.

"Antar aku pulang!!!" Ucap singto dengan nada tinggi.

"Pulang sendiri" ucap krist santai.

"Apa kamu pikir aku tahu jalan pulang? Aku bahkan tak tahu ini dimana? Alamat rumah mu di jalan apa?!" Ucap singto kesal.

"Lain kali jangan bersikap sok tahu, tuan muda" ucap krist.

*Bughh... Singto memukul krist dengan sangat kuat, dia benar-benar kesal pada krist.

"Aku membenci mu!!" Ucap singto sembari memukul dada krist dengan membabi buta.

"Aku tahu itu" ucap krist tanpa berniat untuk menahan tangan singto agar berhenti memukulnya.

"Aku sangat membenci mu, krist!!" Ucap singto sambil menangis, dia benci krist tak memperdulikannya bahkan seolah tak peduli padanya.

"Aku akan melaporkan mu pada mama dan papa karna membuat ku menangis" ucap singto.

Krist menahan tangan singto agar berhenti memukulnya, ia menatap wajah singto yang memerah, air mata bahkan membasahi pipi bulatnya.

"Cukup, sing" ucap krist lembut.

Krist mengusap pipi singto membuang air matanya. Mata singto membengkak, pipinya memerah, bahkan itu berimbas ke bibirnya yang ikut memerah karna dia menangis, krist mengusap bibir singto sesekali menatap mata singto, krist bingung apa yang terjadi pada singto, singto terlihat membencinya tapi kadang krist merasa singto suka mencari perhatiannya.

"Kamu jahat!!" Lirih singto.

Krist membawa singto masuk ke dalam pelukannya dan mengusap punggung singto dengan lembut.

"Maafkan aku" ucap krist namun singto masih menangis di dalam pelukan krist.











Tbc.

Mpreg, jangan?

You're Mine✓Where stories live. Discover now