Bab 01

13 4 0
                                    

Villa Mandala.

Abigail berdiri di gerbang vila dengan barang bawaan kecilnya. Setelah beberapa kali menarik nafasnya, dia membunyikan bel pintu.

Bel pintu berdering tiga kali, dan seorang wanita tua keluar dan membuka pintu.

Sepasang mata mendung menatapnya dari atas ke bawah di malam hari, tatapan ini membuat Abigail merasa tidak nyaman dari lubuk hatinya, dan dia berkata dengan tidak sabar, "Bisakah saya masuk?"

"Apakah Anda ini nona Abigail?" Suara serak rendah itu seperti cabang kering di musim dingin yang dihancurkan ke tanah.

Abigail sangat tidak nyaman mendengarkan suaranya itu dan dengan canggung menarik kemeja putih di tubuhnya, "Ya. Saya Abigail anak terlarang tuanmu, puas dengan jawabanku?"

Pelayan itu terkejut lalu mengajak Abigail masuk dan berjalan menuju gedung di luar halaman rumah utama. Ini adalah rumah dimana pekerja baru akan memulai bekerja di kediaman Hyde.

Pelayan tua terbatuk beberapa kali. Mata keruh wanita itu melirik ke arahnya, dan senyum tiba-tiba muncul di bibirnya, "Tenggorokanku terluka dan ada yang salah dengan tenggorokan setelah kesembuhan saya."

"Aku mengerti." Abigail memandang lingkungan sekitarnya dengan acuh tak acuh, "Di mana saya akan tinggal?"

Wanita tua itu membawanya ke kamar di ujung koridor, "Ini kamarmu, istirahatlah, aku akan membawamu menemui tuan ketiga nanti."

"Baiklah," Abigail menutup pintu dan melihat sekeliling ruangan. Kamarnya besar, dengan tirai putih, meja dan lemari pakaian, di sebelah toilet, dan itu adalah kamar tamu pada pandangan pertama. "Ibu, mengapa kamu pergi tanpa menungguku datang?"

Dia menghela nafas dan berbaring di tempat tidur besar, menatap langit-langit yang menguning di atas dengan linglung.

Sebulan yang lalu, Abigail dipanggil kembali ke rumahnya. Dia sama sekali tidak memiliki kesan yang baik tentang keluarga ayahnya.

Sebagai anak haram yang tidak pernah dilihat langsung oleh ayahnya, pasti bukan hal yang baik untuk dipanggil kembali secara tiba-tiba.

Dia mengulurkan tangannya yang ramping dan kurus, melepas liontin giok di lehernya dalam sekejap, berbalik dan melemparkannya ke tempat tidur sebelum berjalan menuju pintu.

Baru saja mendekati pintu, pintu yang tidak terkunci didorong dengan kasar dari luar, ada teriakan tidak sabar berkata : "Anda nona besar, jika tidak tepat waktu saat dipanggil tuan besar, maka tidak ada yang akan menyelamatkan anda dari amarahnya"

"Aku sudah akan pergi keluar tanpa perlu dipanggil," ucap Abigail.

Pengasuh paruh baya yang berdiri di depan pintu jelas menyadari bahayanya, tetapi tidak ada permintaan maaf di wajahnya, "Oh, apakah kamu akhirnya mau keluar?"

"Menyingkir dari pintu," bentak Abigail.

"Aku bilang kamu beruntung menikah! Orang bodoh masih tahu bagaimana menjadi keras kepala dalam masalah ini? Sungguh aneh, izinkan aku memberitahumu ..."

Abigail menatap wajah pengasuh yang menyendiri, dan menyipitkan matanya tanpa terasa, dengan rasa dingin di matanya. Pengasuh itu pelupa, tetapi begitu dia mengangkat kepalanya dan saling memandang, dia membeku di tempat.

Abigail pun tertawa marah, "Pria besar macam apa yang membuatmu menghabiskan begitu banyak usaha sehingga bahkan anak haramnya akan dimasukkan ke dalam goa iblis sebagai penebusannya?"

Dengan mengatakan itu, dia menyelinap keluar dari kamar tidur.

Begitu Abigail akan meninggalkan vila, sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu. Jendela belakang diturunkan, memperlihatkan seorang pria paruh baya berpakaian bagus.
Pihak lain memandang Abigail, yang datang terlambat, dengan ketidakpuasan di alisnya, "Apa yang masih kamu lakukan dengan berdiri seperti orang bodoh? Cepat dan masuk ke mobil !"

When the Cat's Meeting the Wolf's Where stories live. Discover now