ii (She is Diego)

83 79 9
                                    

Mereka bilang, 'Tak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya, tak ada yang muncul setelah kesedihan selain kegembiraan.' Namun sepertinya kata-kata itu hanya berlaku untuk mereka yang memiliki anugerah keberuntungan lebih dalam hidup.

Selalu ada cahaya, kebahagiaan, kasih sayang dan juga cinta, siapa yang tak mendambakan semua itu? Ibarat 'sudah jatuh tertimpa tangga pula', hal itulah yang selalu terjadi pada Diego. Bukan, dia bukan seorang anak adam, akan tetapi seorang gadis yang berpenampilan tulen, tomboy seperti seorang lelaki.

Bukanlah hal yang mudah bagi seorang Diego dalam menjalani kehidupannya, penuh dengan kekangan yang membelenggu dirinya. Cacian, hinaan, kekerasan fisik dan mental bagai makanan sehari-hari baginya, yang lebih parahnya lagi ia dapat dari kedua orang tuanya sendiri.

Tak ada angin maupun hujan, penyiksaan itu selalu datang menghampiri, seolah ada suar dalam diri Diego. Bukanlah soal mental yang kuat hingga tahan akan semua itu, ini semua sudah di luar batas dalam kesadaran hidupnya. Bahkan berjalan pun seakan melayang bagi Diego, sorot matanya seolah redup bagai cahaya lilin yang hampir padam.

Rumah seakan neraka bagi Diego, tak ada cinta dan perhatian dari kedua orang tuanya, seakan tak ada tempat baginya di dalam sana. Diego bertanya tentang apa kesalahannya yang membuat hidupnya seakan tak pernah keluar dari semua penyiksaan itu? Perlakuan yang seharusnya tak pernah ia dapat bahkan semenjak dirinya lahir ke dunia ini.

Apakah ini hukuman dari sebuah dosa yang harus ia tanggung dalam kehidupannya?

'Dosa', satu kata yang melekat dalam diri seseorang, tak terlihat juga tiada terasa dalam melakukannya. Diego tak mengerti, dosa yang bahkan bukan keinginannya untuk melakukan juga bukan kesengajaan, apakah itu adalah dosa yang harus ia tanggung seumur hidup?

Diego tak menampik jika dirinya harus di salahkan, gadis itu akan tetap diam dan mendengarkan setiap gunjingan yang menusuk telinga dari kedua orang tuanya sendiri. Dia tidak akan menangis, tak pernah mengadu dan mengeluh, wajahnya selalu mengatakan jika ia baik-baik saja. Jika orang lain yang di posisinya, mungkin saja orang itu sudah di pastikan g*l4 karena mendapatkan semua hal keji itu bahkan sejak usia belia hingga saat ini.

Selama itu Diego dapat bertahan, bukan karena dirinya kuat, akan tetapi sesuatu dalam dirinya telah tiada. Tidak ada kebahagiaan, senyumannya hanya palsu dan tidak pernah nyata. Tak pernah ada tawa yang menampilkan barisan gigi putinya yang rapi, iris matanya hitam legam seakan penuh kebencian. Raga yang seolah terlihat tangguh, namun jiwanya seakan tak bernyawa, itulah Diego.

Hati yang telah lama tiada | On Going✔Where stories live. Discover now