22

3.5K 497 59
                                    

Happy reading

***


Jam di dinding menunjukkan angka sembilan malam, dan wanita itu baru sampai ke flat miliknya setelah seharian berkeliaran di luar.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan sekolah baru untukku?" Nadanya sungguh tidak enak di dengar, apalagi ketika sampai ke telinga sang ibu yg sedang dalam keadaan lelah, lelah hati, dan juga lelah pikiran.

Wanita itu menghela nafas, meneguk air dalam gelas yg baru saja ia tuang sebelum menjawab pertanyaan sang anak.

"Tidak ada satupun sekolah yg mau menerimamu." Ujarnya datar. Seharusnya putrinya itu sudah tahu jawabannya, sebab sebelum ia memindahkannya ke sekolah Gusu ia sudah mewanti-wantinya jika ini bukanlah sembarang sekolah yg bisa ia perlakukan sesukanya.

"Kenapa tidak ada?! Nilaiku sudah di atas rata-rata? Kenapa mereka tidak mau menerimaku?"

"Seharusnya kau sudah tahu jawabannya. Aku lelah, aku ingin tidur." Ia tidak ingin lagi mendengar amarah sang anak yg pasti akan membuatnya bertambah sakit kepala.

"Hey!! Kau mau kemana?! Aku masih ingin bicara denganmu! Hey-..." wanita itu menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Ocehan Song Yuzhi makin menjadi-jadi, dan itu sungguh membuat kepalanya pusing.

Sudah seminggu ini Song Yuzhi menganggur, dan juga sudah seminggu ini pula sang ibu berusaha mencarikannya sekolah kesana kemari. Tapi, segala upayanya ternyata tidak pernah membuahkan hasil, wanita itu kira rumor yg beredar hanyalah sebuah omong kosong yg terlalu dilebih-lebihkan, ternyata itu bukanlah sekedar isapan jempol. Semua sekolah yg ia datangi awalnya menyambutnya dengan baik, tapi ketika ia mengisi formulir pendaftaran dan menulis nama sekolah yg terdahulu adalah Gusu Lan, mereka dengan cepat mengubah ekspresinya dan menolaknya.

Tidak hanya itu yg membuatnya lelah, kondisi kejiwaan sang putri juga semakin meresahkan, emosi anak itu semakin tak terkendali, dan meledak-ledak. Sepertinya tidak ada pilihan lain baginya selain pindah dari kota ini.
.
.
.

"Apa kau serius membawanya ke negara X?" Lan Qiren bertanya setelah menyelesaikan makannya terlebih dahulu.

Wang Yibo mengangguk, "aku akan membawanya, dia adalah istriku, bagaimana aku bisa tenang jika berada jauh darinya." Wang Yibo menoleh dan menatap lekat pada orang disebelahnya. Bibirnya tersenyum ketika menangkap daun telinga sang istri berubah warna. Kini, pria itu seakan memiliki hobi baru, dan menggoda Xiao Zhan adalah hal yg paling ia sukai, karena istrinya itu berwajah tipis, jadi dengan menggodanya sedikit saja, itu pasti akan membuatnya tersipu dan merasa malu.

"Tapi aku yg tidak merasa tenang jika kau membawanya kesana. Bagaimanapun, kau mewarisi darah keturunan keluarga Wang, dan aku khawatir kau akan mewarisi sifat buruk juga."

"Paman, separuh darahku juga dari mengalir darah keturunan Lan. Paman jangan terlalu berburuk sangka padaku."

"Aku harap aku bisa begitu. Xiao Zhan, apa kau benar-benar ingin mengikuti suami pindah ke tempatnya, kalo kau keberatan, katakan saja padaku. Aku selalu berada dipihakmu, dan aku tidak akan membiarkan dia untuk memaksakan kehendaknya padamu." Lan Qiren kini menanyakan pendapat pemuda itu.

"Paman, paman tidak perlu khawatir. Laoshi tidak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Dan sebagai seorang istri aku yg seharusnya tahu diri, aku tentu harus mengikuti kemanapun suamiku pergi." Jawabannya begitu memuaskan untuk seorang Wang Yibo.

MBA (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang