"Hic .. mommy, abang nakal! Pipi Key sakit!"

Tiffany mendudukkan Keyla di sampingnya, lalu mengelus pipi gadis itu yang sedikit memerah.

"Ututu baby nya mommy. Tenang saja, nanti abang Erllan akan mommy hukum!"

"Harus! Abang nakal lin Key terus soalnya." Ucap Keyla menggebu-gebu, lalu memeluk Tiffany dengan erat. Tidak lupa gadis itu menjulurkan lidahnya mengejek Erllan.

Para atma yang berada di sana, tertawa melihat tingkah menggemaskan Keyla. Tapi tidak dengan Erllan yang wajahnya berubah masam.

Sungguh keluarga yang cemara, ya.

Di tengah keasikan mereka, tiba-tiba handphone Alex berbunyi. Pria itu dengan malas mengangkat panggilan dari bawahannya.

"Ada apa?" Tanya pria itu.

"Di luar, ada seorang tamu yang ingin menemui anda, tuan." Jawab yang di sebrang.

Alex mengerutkan keningnya bingung, siapa yang ingin menemuinya malam-malam begini?

Alex melirik keluarga nya yang dengan gencar sedang menggoda Keyla, sedangkan gadis itu sangat malu dan semakin mengeratkan pelukannya pada Tiffany.

"Beritahu pada orang itu jika saya sedang sibuk. Dan silahkan berkunjung di lain waktu."

Terjadi keheningan selama beberapa saat, Alex akan mematikan sambungannya. Namun tidak jadi karena bawahnya kembali mengatakan sesuatu.

"Ti-tidak bisa tuan, ini sangat penting."

Alex menghela nafas kasar, "Baiklah, biarkan mereka masuk." Final pria itu.

Tidak ada lagi jawaban, karena sambungannya telah di matikan.

Sedangkan di sisi lain, seseorang yang baru saja menelepon Alex, tubuhnya sudah terkapar di tanah dengan dahi yang berlubang.

"Shi." Panggil Jhonatan.

Shi yang tengah mengukir kalimat 'bajingan' pada dahi seorang bodyguard, menoleh ke arah Jhonatan. "Hm?"

"Hentikan itu, ingat tujuan kita kesini untuk apa? Jangan buang-buang waktu."

Shi berdecak kesal, beranjak dari tempatnya dan memasuki mansion seorang diri.

Jhonatan gemas sendiri melihatnya. Astaga.

"Singkirkan mayat-mayat itu." Perintah Jhonatan segera di laksanakan oleh bawahannya.

Pria itu ikut masuk ke dalam dan menyusul Shi.

***

Alex sedang berada di ruang tamu, menunggu dengan sabar seseorang yang katanya ingin menemui dirinya.

Alex melihat jam tangan miliknya, sudah menunjukkan pukul 9:23 pm. Sudah sekitar tiga belas menit pria itu menunggu.

"Sial, ada yang ingin main-main dengan ku!"

Pria itu beranjak dari tempatnya, dengan perasaan dongkol kembali ke ruang keluarga untuk menemui keluarga tersayangnya. Namun hal mengejutkan terjadi, seseorang memukul keras kepalanya hingga Alex jatuh tidak sadarkan diri.

***

Di ruang bawah tanah yang lembab dengan pencahayaan temaram dan bau anyir yang menyengat. Terdapat enam Atma yang tidak sadarkan diri, dengan tubuh yang terikat di sebuah kursi dengan tali simpul mati.

Kondisi mereka benar-benar memperihatinkan.

Seorang remaja lebih dulu sadar, dia Keyla. Gadis itu menatap bingung pada sekitarnya. Seingatnya tadi, dia sedang bercanda ria dengan keluarganya. Namun tiba-tiba sebuah asap muncul, dan di balik asap itu samar-samar Keyla bisa melihat seseorang menatap nya penuh dendam. Setelah itu, entah dia tidak ingat lagi.

Keyla kembali memperhatikan sekitarnya walaupun samar-samar, karena pencahayaan yang temaram membuat penglihatan gadis itu memburuk.

"D-daddy? Mo-mommy?"

Keyla terkejut saat melihat bukan hanya dirinya yang berada disini. Tetapi, Alex, Tiffany, Joseph, Erllan dan Aland juga berada di sini. Dan sama-sama terikat seperti dirinya.

Sebenarnya apa yang terjadi di sini, kenapa dia dan keluarganya berada di ruang bawah tanah milik keluarganya sendiri. Ini mengerikan.

"DADDY! MOMMY! OPA! ABANG! ALAND BANGUN!" Keyla berteriak, berusaha membangunkan mereka, tetapi itu sia-sia.

Keyla dengan panik berusaha melepaskan tali yang mengikatnya, namun itu sulit, karena tali itu mengikatnya dengan keras.

Keyla tersentak kecil saat ada seseorang yang memanggil namanya, dan ternyata itu Aland. Remaja itu juga sudah terbangun dari pingsannya.

"Kak kenapa kita bisa ada di sini!" Tanya Aland.

"Keyla nggak tau, waktu Keyla bangun. Kita udah ada disini. Aland gimana ini? Keyla takut, disini gelap .. bau." Keyla menjawab dengan terisak kecil.

"Kakak tenang dulu, biar Aland cari cara buat lepasin ikatannya. Dan kita keluar dari sini."

Aland celingukan mencari sesuatu yang mungkin bisa melepaskan ikatannya, namun nihil. Ruangan itu sangat gelap, Aland nyaris tidak bisa melihat apa-apa.

"Huaa Aland, tangan Key sakit. Kulit Key juga gatel gatel! Cepetan cari sesuatu biar kita bisa keluar dari sini." Ucap Keyla merengek.

"Ck, sabar!"

Aland emosi sendiri mendengarnya, apa gadis ini hanya bisa merengek? Bukannya cari sesuatu yang bisa melepaskan mereka.

Lampu tiba-tiba menyala, membuat Keyla dan Aland reflek memejamkan mata saat cahaya memasuki pupil matanya.

Saat keduanya kembali membuka mata, mereka bisa melihat Alvias—yang saat ini tubuhnya masih di kuasai oleh Shi— Berjalan ke arah mereka dengan senyuman mengerikan terpatri di wajah bengisnya. Hilang sudah wajah manis menenangkan milik Alvias.

"kenapa dia masih hidup? Harusnya dia sudah mati!"

"Hai, nice to meet you again!"

"BANGSAT! APA YANG LO LAKUIN DISINI?! LEPASIN GUE SEKARANG!" Aland berteriak dengan marah, meluapkan emosi nya. Remaja itu meronta-ronta hingga kursinya sedikit bergeser.

Shi mengorek sebelah telinganya dengan jari kelingking, telinganya berdengung. Suara Aland astaghfirullah banget, nggak bohong.

Seorang bawahan dari Jhonatan, membawakan sebuah kursi untuk Shi. Shi mengambil kursi itu lalu menyeretnya ke hadapan Aland. Tanpa aba-aba, Shi menghantam kan kursi itu ke kepala Aland, membuat remaja itu terjatuh bersama dengan kursinya dan Keyla yang melihat hal itu berteriak dengan histeris.

Shi berjongkok di hadapan Aland, menatap remaja itu dingin.

"Kau tau, aku paling tidak suka di teriaki .. apalagi di abaikan. Itu membuatku muak."

Shi menarik rambut Aland dan menghantam kan kepalanya berkali-kali ke lantai marmer. Wajah yang rupawan itu, hilang seketika. Sebagian wajahnya telah hancur.

"K–kak Al, hent–tikan itu, Aland bisa ma–mati!" Keyla berkata dengan sesegukan, suaranya terdengar lirih.

Atensi si Alter ego teralihkan, Shi melepaskan cengkraman tangannya pada rambut Aland. Pemuda itu bangkit, dan langkahnya dia bawa ke hadapan Keyla.

Tangan Shi naik, mengelus lembut setiap inci wajah Keyla. Kedua mata semerah darah miliknya, menatap penuh arti pada gadis di hadapannya.

Keyla di buat kebingungan dengan sikap Alvias—Shi—yang berubah-ubah. Namun gadis itu tidak memperdulikan hal itu, dia ingin bebas. Tempat ini membuatnya ingin muntah.

Keyla menatap memelas pada Shi, bibirnya dia pout, dan mata coklatnya mulai berkaca-kaca.

"Hic kak, lepasin Key. Tangan Key sakit, hic .. Key nggak suka disini. Badan Key udah gatel gatel."

Shi tersenyum hingga kedua matanya menyipit. Keyla yang mendapatkan respon positif, berpikir mungkin Shi akan membebaskannya. Namun dugaan nya salah, Shi tertawa terbahak-bahak. Mencengkeram kuat pipi gadis itu hingga meninggalkan ruam merah.

"Tante, lelucon apa yang sedang anda bicarakan? Anda mencari lawan yang salah."

Menatap dingin Atma di hadapannya yang menegang, dan sudah berkeringat dingin.

destroying the grooveWhere stories live. Discover now