ch 2

29.2K 2K 114
                                    

Novel 'Key ours' menceritakan tentang seorang gadis cantik dan polos bernama Keyla Ananta De Orlando Yang di angkat oleh nyonya De Orlando. Kehidupan gadis itu sebelum di adopsi oleh keluarga De Orlando bisa di katakan tidak beruntung. Hidup luntang lantung tanpa ada tujuan pergi atau kembali. —Saat itu Keyla masih berumur sembilan tahun.

Kini gadis itu sangat bersyukur karena telah di adopsi oleh keluarga De Orlando, entah dengan cara apa dia membalas budi di masa depan.

Saat Keyla memasuki masa putih abu, kehidupan nya berubah total. Dia selalu di bully tanpa alasan yang jelas oleh sang Antagonis. Dan Keyla tidak berani untuk mengatakan kepada siapapun bahwa dia  selalu menjadi korban perundangan di sekolahnya.

Hingga kejadian saat Keyla terkunci di gudang, seperti kejadian biasa di cerita-cerita romansa. Sang protagonis utama pria —Bagaskara Pradipta Austin— datang menolongnya, dan akan melaporkan kejadian perundungan yang telah di alami oleh Keyla kepada kepala sekolah. Namun gadis itu menolak, dengan dalih tidak ingin merepotkan orang lain dan membiarkan para pembully itu bosan membully nya.

Tapi Bagaskara tetap kekeuh ingin melaporkan kejadian itu, hingga saat protagonis wanita menangis dan memohon-mohon, baru Bagaskara menyetujuinya. Tetapi dengan syarat biarkan Bagaskara menjaga gadis itu. Dan Keyla hanya mengangguk menyetujui.

Hingga selama beberapa bulan, perundungan itu tidak kunjung berhenti. Protagonis pria yang mulai jengah melihat pujaan hatinya selalu mendapatkan bullying, diam-diam membunuh para pembully itu tanpa sepengetahuan Keyla. Dari saat itu, kehidupan Keyla berjalan seperti biasanya. Sampai saat di mana gadis itu di culik oleh musuh keluarga De Orlando pada saat pulang dari sekolah.

Namun seorang figuran datang bernegosiasi jika dia rela menukarkan nyawanya dengan gadis itu. Keyla kembali dengan selamat, gadis itu hidup di penuhi cinta dan kebahagiaan. Sedangkan sang figuran ... Mati mengenaskan.

Dan saat ini Alvias menjadi seorang figuran tidak berguna itu.

"Bodoh, lebih bodoh dari ku dulu."

Bruugh.

Saat sedang asik melamun, Alvias di kejutkan dengan suara benda jatuh.

Alvias menoleh ke arah pintu, dapat ia lihat di sana ada seorang pria kekar berbaju hitam, sepertinya dia seorang bodyguard.

Pria itu berjalan dengan kaki gemetar ke arah Alvias.

"T–tuan muda, anda sudah bangun." Tanya pria itu bergetar. Mengucek matanya, barangkali dia salah lihat.

Alvias hanya menatap orang itu datar. "Pertanyaan bodoh." Batin Alvias.

"Sejak kapan anda sudah bangun, tuan muda? Tunggu sebentar, saya akan panggilkan dokter." Pria itu keluar dengan tergesa-gesa dari ruangan Alvias untuk memanggil Dokter.

"Padahal ada tombol." Menatap kepergian orang itu datar.

Setelah pria tadi keluar, Alvias melirik punggung tangannya yang di infus. menarik paksa selang infus itu hingga melukai punggung tangannya, darah mulai merembes keluar.

Alvias mencoba bangkit, dengan langkah pelan dan kaki gemetar, Alvias berjalan ke arah kamar mandi. Bertumpu pada tembok saat tubuhnya akan terjatuh.

Alvias melangkah ke depan wastafel. Matanya menatap datar pantulan wajahnya di cermin, "Masih sama."

Pupil mata Alvias bergetar ketika melihat matanya yang semula berwarna abu-abu berubah menjadi semerah darah. Sial! Sial! Sial!

Tangan kecilnya gemetar mencengkeram kuat sisi wastafel. Nafasnya memburu.

destroying the grooveWhere stories live. Discover now