"Tapi pinggang Rindu rasanya sakit, Paman. Mungkin Rindu akan kesusahan untuk duduk." adu Rindu dengan wajah sedih.

Seno mengusap wajahnya dengan kasar. Menghadapi Rindu yang seperti ini ternyata sangat menguras tenaganya. Kenapa pula gadis itu tiba-tiba bersikap seperti ini. Membuat dirinya kesal saja.

"Ya sudah, Paman yang akan memijat kamu. Tapi hanya sebentar karena pekerjaan Paman masih banyak." kata Seno setelah menghela napas gusar.

Walau Rindu menyadari jika Seno melakukannya dengan setengah hati, gadis itu tetap merasa senang. Itu artinya Seno memiliki sisi kepedulian karena masih mau menuruti permintaannya.

Dengan senyum cerah yang diam-diam menghiasi bibirnya, Rindu lantas mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan posisi tertelungkup. Kedua tangannya dia gunakan sebagai bantalan dagunya.

Terdengar deheman kecil yang berasal dari Seno ketika melihat keponakan istrinya telah siap dengan posisinya. Mencoba mengenyahkan pikiran buruknya, Seno lantas mendudukkan dirinya di sisi sofa yang masih tersisa. Tepatnya di samping tubuh Rindu.

Greb

Tubuh Rindu tiba-tiba tersentak saat merasakan tangan besar Seno menyentuh area pinggangnya. Rasanya seperti baru saja tersengat aliran listrik bertegangan tinggi.

Gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara aneh yang ingin keluar dari bibirnya. Apalagi saat tangan Seno mulai bergerak naik turun di sekitar pinggang sampai ke pinggulnya.

Akhhh..

Dan suara yang sejak tadi mati-matian Rindu tahan akhirnya keluar. Membuat dia dan Seno yang sejak tadi diam seketika terkejut.

Rindu buru-buru membekap bibirnya karena kelepasan mendesah. Sedangkan Seno tiba-tiba saja diam membeku. Tangannya masih bertengger di pinggul Rindu.

"A-Apa pijatan Paman terlalu sakit?" pertanyaan bodoh itu lolos dari bibir Seno.

Seno mengumpat dalam hati karena bertanya seperti itu. Sebagai orang dewasa tentu dia tahu dengan jelas suara apa yang keluar dari bibir Rindu tadi. Namun sekali lagi Seno beranggapan jika keponakan istrinya itu terlalu polos untuk mengetahuinya.

Rindu yang mendengar pertanyaan dari Seno awalnya merasa malu. Namun setelah dipikir kembali, bukankah ini yang Rindu mau? Seno menganggapnya gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Sehingga nantinya pria itu tidak akan mencurigai gelagatnya.

"Tidak, Paman. Tapi setiap tangan Paman menekan pinggang Rindu, rasanya begitu aneh." kata Rindu dengan suara yang dibuat sepolos mungkin.

Seno sepenuhnya sadar dengan apa yang Rindu maksud. Namun bukannya menghentikan obrolan ini, pria itu justru kembali melontarkan pertanyaan lagi. Membuat Rindu diam-diam merasa girang karena sepertinya Seno mulai terpancing.

"Aneh? Seperti apa?" tanya Seno yang kini sudah kembali menggerakkan telapak tangannya di sekitar pinggang Rindu.

Rindu menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara laknat itu agar tidak keluar lagi. Wajahnya kini sudah memanas dengan semburat merah menghiasi kedua pipinya. Tatapannya juga mulai berubah redup seiring dengan napasnya yang kembang kempis.

"Ri-Rindu tidak tahu pasti, Paman. Tapi-hmphh.. rasanya Rindu ingin kembali merasakannya lagi dan lagi." balas Rindu yang beberapa detik lalu sempat berhenti berbicara karena suara laknat itu terus mendesaknya.

Seno yang mendengar jawaban dari Rindu tanpa sadar menjilat bibirnya. Tenggorokannya terasa kering hingga membuatnya susah menelan ludahnya sendiri.

Sorot mata Seno meredup seiring dengan tatapannya yang menjelajahi tubuh Rindu yang tertelungkup di depannya. Lalu pandangannya berhenti lama di bongkahan padat gadis itu dan turun menuju paha dan betisnya yang bersih.

Entah sadar atau tidak, tangan Seno berlama-lama memijat bagian pinggul Rindu. Membuat wajah gadis itu semakin memerah dengan bibir bawah yang dia gigit rapat.

"Emnh.. Paman.." lirih Rindu saat merasakan telapak tangan kasar milik Seno merambat menuju pahanya.

Kini bukan pijatan yang Rindu dapatkan. Melainkan sebuah elusan lembut yang sukses membuat tubuhnya bergetar hebat. Rindu seperti merasakan aliran darahnya naik seiring dengan elusan tangan Seno yang naik turun di atas pahanya.

"Bagian ini juga butuh dipijat." ujar Seno dengan suara parau. Sepertinya pria itu telah masuk ke dalam perangkap yang Rindu buat.

Di balik surai panjangnya yang dibiarkan terurai, Rindu tersenyum sinis karena merasa mudah sekali memancing Seno. Sepertinya jalan menuju balas dendamnya nanti akan terasa mudah.

Sebut saja Rindu sudah gila karena membiarkan Seno menyentuh bagian tubuhnya. Karena yang ada di pikiran Rindu hanyalah bagaimana caranya dia bisa membalaskan dendamnya pada Hanum melalui pria itu. Segala cara akan dia lakukan, termasuk jika dia harus menyerahkan tubuhnya secara cuma-cuma pada Seno, pamannya.

Rindu kembali memejamkan matanya, merasakan elusan telapak tangan Seno yang kasar bergerak di atas paha putihnya. Ukuran celananya yang memang pendek semakin naik hingga hampir mencapai pangkal pahanya. Membuat mata Seno tak lepas menatap pemandangan indah tersebut.

Rindu sengaja bergerak seolah tidak nyaman dengan sentuhan yang Seno berikan. Membuat mata Seno bergerak liar ketika melihat pergerakan pinggul Rindu yang membuat bagian selatannya mengeras.

Sial

Seno mengumpat dalam hati karena dalam hati dia ingin sekali meremas bongkahan padat itu. Namun sekali lagi dia mencoba untuk mempertahankan kewarasannya agar tidak melakukan tindakan tersebut. Sehingga pria itu memilih untuk menyudahi *pijatannya* pada Rindu.

"Se-Sepertinya sudah cukup. Paman masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebaiknya kamu lekas kembali ke rumah. Hanum pasti mencarimu karena terlalu lama berada di sini." kata Seno dengan tergagap. Wajahnya terlihat memerah dengan rahang mengeras.

Rindu yang tak lagi merasakan sentuhan dari pamannya lantas menoleh. Dengan raut kebingungan yang dibuat-buat, dia kembali memperbaiki posisinya. Lalu menatap Seno dengan pandangan polos.

"Padahal pijatan Paman Seno terasa enak. Rindu masih ingin merasakannya lagi." ujar Rindu dengan bibir memberengut.

Glup

Seno seketika tersedak ludahnya mendengar perkataan polos Rindu. Sebenarnya gadis ini benar-benar tidak tahu atau bagaimana? Tapi..

"Lain kali Paman pijat lagi." jawab Seno asal yang membuat senyum Rindu terbit seketika.

Gadis itu lantas beranjak dari duduknya. Merapikan sebentar penampilannya yang cukup berantakan. Lalu..

Cup

"Terimakasih, Paman." seru Rindu langsung kabur setelah berhasil mengecup pipi Seno, yang sukses membuat pria setengah baya itu melotot karena ulah keponakan istrinya itu.



Tbc.
______

Gimana ya jadinya kalo punya ponakan macam Rindu??

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now