BAB 19

4.7K 594 32
                                    

Felix tak fokus mengerjakan dokumen yang ada didepannya, ia sibuk memainkan pena dan menatap kantung uang yang Evelyn berikan padanya pagi ini. Ia tak mengerti kenapa Evelyn tidak mau menerima bantuan darinya.

"Kenapa dia mengembalikannya?" gumamnya sembari bertopang dagu

"Mungkin saja dia menganggap kalau anda mengasihaninya, makanya dia tidak mau menerimanya" tanggap Lorenzo, ia sudah tahu kejadian yang sebenarnya karena Felix sudah menceritakan semua padanya

"Aku tidak mengasihaninya, kenapa dia bisa berfikir seperti itu?" tanyanya balik, menatap Lorenzo tak mengerti

Lorenzo menghela nafas Panjang, ia tak habis fikir kalau Felix tidak peka "Siapapun yang menerima bantuan saat kesusahan akan berfikir seperti itu. Seharusnya anda jujur saja padanya tentang perasaan anda supaya dia tidak salah paham" ucap Lorenzo memberi nasihat, ia geram dengan sikap Felix selama ini yang tak mau berterus terang tentang perasaannya pada Evelyn

Tak lama setelah mendapat saran dari Lorenzo, Felix meraih kantung uang itu dan berjalan keluar untuk menemui Evelyn, ia ingin mengembalikannya.

"Tuan, anda mau kemana? Pekerjaan anda belum selesai!" tanya Lorenzo pada Felix yang akan keluar ruangan

Felix tak menanggapi, ia tetap berjalan keluar ruangan, menyisakan Lorenzo yang menggeleng-gelengkan kepalanya, walaupun sudah lama ia menjadi tangan kanannya, Lorenzo tetap tak mengerti dengan jalan pikiran tuannya itu.

***

"Evelyn, kapan kau kembali?" tanya theo, mereka tak sengaja bertemu di dapur saat theo sedang mengantar sayuran

"Aku baru kembali kemarin malam" jawabnya

"Bagaimana keadaan adikmu? Apa dia sudah sembuh?" tanya theo basa-basi

"Dia sudah sembuh, kemarin aku baru saja mengantarnya kerumah" jawabnya tersenyum tipis

"Syukurlah kalau begitu. Kebetulan kita bertemu disini, sebenarnya ada yang ingin ku sampaikan padamu" ucap Theo dengan sedikit canggung, ia mengalihkan atensinya dari Evelyn

"Apa itu?" tanya Evelyn penasaran

Theo tak langsung menjawab, ia mengajak Evelyn berbicara di tempat lain. Theo mengajak Evelyn ke luar, ke tempat yang terlihat sepi.

Theo meraih jemari Evelyn dan menatap dengan sorot yang dalam pada gadis di depannya itu, hal itu sontak membuat Evelyn merasa tak nyaman "Sebenarnya selama ini aku menyukai saat menghabiskan waktu bersamamu" theo menjeda kalimatnya "Aku mencintaimu, Evelyn" ungkap theo kemudian,

Evelyn melebarkan matanya, ia menatap orang didepannya itu dengan raut wajah terkejut seolah tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Ia sekarang tau alasan Luna bersikap acuh padanya, itu karena Luna sudah tau kalau theo menyimpan perasaan padanya.

Evelyn menarik kembali tangannya "Maaf, tapi aku tidak bisa menerima perasaanmu, aku tidak punya niat untuk menjalin hubungan dengan siapapun disini" ungkap Evelyn menundukkan pandangan

Theo memasang raut wajah kecewa, sesaat kemudian ia berujar "Kalau begitu, bagaimana kalau kau memberiku kesempatan?" tanyanya meminta harapan

Evelyn menghela nafas pendek "Kau orang yang baik, selama ini aku menyukaimu hanya sebagai teman, maafkan aku. Tapi aku tetap tidak bisa" tolaknya secara baik-baik

Tanpa keduanya sadari, sedari tadi Felix mendengar pembicaraan antara Theo dan Evelyn dibalik tiang bangunan yang ada didekat mereka berdua mengobrol.

Awalnya ia ingin mencari Evelyn untuk memberikan uangnya kembali, namun ia mengurungkan niatnya dan melangkah pergi menuju ruang kerjanya dengan perasaan yang buruk.

***

Keesokan harinya pagi-pagi sekali theo sengaja menunggu Evelyn dilorong menuju kamarnya. Sudah cukup lama ia berdiri di bawah tangga untuk menemui Evelyn sebelum gadis itu mulai bekerja.

Akhirnya orang yang ia tunggu terlihat juga "Evelyn" tanpa aba-aba theo meraih tangan Evelyn saat gadis itu hendak berjalan melewatinya

"Theo?" ujarnya, memasang raut wajah terkejut karena theo tiba-tiba muncul. Evelyn celingukan dengan raut wajah waspada, ia tak ingin Luna mengetahui dirinya bersama theo

"Kenapa kau berada disini? Bukankah sudah ku bilang kalau aku tidak bisa menerima perasaanmu" tegas Evelyn

"Aku menemuimu bukan karena itu"

"Lalu?" tanyanya heran

"Aku dipecat. Mulai besok aku tidak bisa bekerja disini lagi. Aku kesini untuk berpamitan dengan mu" ungkapnya dengan sorot mata sendu

Dahi Evelyn berkerut "Kau dipecat? bagaimana bisa? apa kau sudah membuat kesalahan?" ia menghujani theo dengan berbagai pertanyaan

Theo mengelengkan kepalanya pelan "Aku juga tidak tau, kepala rumah tangga tiba-tiba memberhentikanku tanpa kejelasan, katanya ini atas perintah tuan duke" ungkapnya

"Tuan duke? aku harus bicara padanya" gumamnya, ia kemudian meninggalkan theo untuk segera menemui Felix

"Tunggu! kau mau kemana?" tanya theo heran, tak mendapat tanggapan dari Evelyn

Gadis itu menyusuri lorong mansion dengan tergesa-gesa menuju ruang kerja Felix. Sampai didepan ruang kerjanya, Evelyn menggedor pintu itu sampai seseorang membukanya dari dalam, orang itu adalah Lorenzo.

"Saya ingin berbicara dengan tuan duke" pinta Evelyn sopan

"Tapi, tuan duke sedang sibuk sekarang" ujar lorenzo

"Biarkan saja dia masuk!" ucap Felix yang mendengar suara Evelyn dari dalam

Lorenzo menoleh pada Felix sesaat "Ba-baiklah"

Setelah mendapat persetujuan dari Felix, Evelyn masuk sedangkan Lorenzo menunggu di luar setelah Felix mengusirnya.

"Kenapa kau tiba-tiba mencariku?" tanya Felix seraya tersenyum tipis

"Kenapa kau memecat Theo?" tanyanya tanpa basa-basi, hal itu sontak membuat raut wajah Felix berubah masam

"Siapa?" tanyanya acuh "Oh, maksudmu tukang kebun itu? Memangnya kenapa kalau aku memecatnya? apa kau begitu menyukainya sampai tak rela jika dia dipecat" tanya Felix curiga, pria itu menatap lurus kearah Evelyn

Evelyn mengangkat salah satu alisnya, tak mengerti dengan pernyataan Felix "Menyukai? Kami hanya berteman" ungkapnya jujur

"Lalu, kenapa kau ingin menahannya?" tanyanya, kesal lantaran Evelyn terlalu membela pria lain didepannya

"Ibunya sakit-sakitan dan dia juga punya banyak adik di kampung halamannya. Kalau kau memecatnya bagaimana dia menghidupi mereka?" Evelyn menjelaskan alasan dia membela theo

"Memangnya aku peduli?" Felix melipat kedua tangannya di dada

"Kalau dia memang tidak bisa bekerja di sini, tolong setidaknya kirimkan dia ke keluarga lain supaya dia masih bisa tetap bekerja. Theo masih perlu membiayai keluarganya" pinta Evelyn penuh harap, ia menatap Felix dengan sendu

Felix tak segera menjawab, ia masih menatap gadis di depannya itu dengan raut wajah kesal.

"Baiklah, aku akan mengirimnya untuk bekerja di keluarga bangsawan lain apa kau puas?" ujarnya dengan sedikit terpaksa, kalau bukan karena Evelyn tidak mungkin Felix mau melakukannya

Setelah Evelyn meninggalkan ruang kerjanya, Felix menggenggam pena yang dipegangnya kuat-kuat, kemudian ia melemparnya asal-asalan, disaat yang bersamaan Lorenzo yang baru masuk tersentak kaget karena tiba-tiba Felix melempar pena yang hampir mengenai kepalanya. Disisi lain Lorenzo mengelus dada setelah pena yang Felix lempar tak mengenainya.

Ex-Fiance's ObsessionWhere stories live. Discover now