𝐈 - 𝐈

152 28 7
                                    

Manor yang tadinya penuh kebahagiaan, dalam sekejap berubah menjadi penuh tangisan juga jeritan kesakitan dari mereka yang sedang disiksa.

Lantai yang tadinya putih bersih kini terkotori oleh mayat-mayat yang bersimbah darah. Seperti yang diharapkan, pesta pertunangan ini menjadi pesta yang tidak bisa terlupakan. Tapi sayangnya ini jauh dari harapan yang seharusnya, kejadian di pesta ini akan diingat sebagai kisah kelam.

Sepasang kekasih berpakaian jas dan gaun berlarian menyusuri hutan, berniat menghindari penyihir-penyihir bertudung hitam yang mengejar keduanya.

Keduanya tak henti-hentinya mengucapkan mantra guna menghambat penyihir-penyihir itu, tapi sayangnya penyihir bertudung itu bergerak sangat lincah dan bisa menangkis semua serangan yang dilontarkan.

Sepasang kekasih itu terus berlari dan berlari, hingga akhirnya mereka berhenti karena berada di sebuah tebing dengan lautan luas yang ganas di bawahnya.

“Tidak bisa berlari lagi huh?” Ejek salah satu penyihir bertudung.

Si perempuan menatap mata biru laki-laki yang berstatus kekasihnya. Mereka terus bertatapan sebelum akhirnya sang laki-laki mengangguk.

Mereka berdua menatap penyihir-penyihir bertudung di hadapan mereka, perlahan keduanya berjalan mundur ke pinggir tebing.

Keadaan mereka yang sudah kelelahan tidak memungkinkan untuk berapparate. Cincin yang biasanya mereka pakai pun tidak terpasang di jari mereka, digantikan dengan cincin pertunangan. Andai cincin yang selalu mereka pakai itu tidak dilepas, mereka pasti sudah berada di tempat yang aman sekarang.

Perempuan bersurai silver itu menjentikkan jarinya, memunculkan kupu-kupu berapi miliknya.

“Mimblewimble, gytrash-conjuring!” Seru perempuan itu dengan cepat dan lantang, penyihir-penyihir bertudung yang lengah pun tidak bisa menghindari mantra yang dilontarkan.

Sedetik setelahnya, sepasang kekasih itu terjun bebas ke lautan ganas di bawah. Sang laki-laki memeluk perempuannya dengan erat, posisi mereka sekarang ini laki-laki berada di bawah.

“Mari kita bertemu di kehidupan selanjutnya, love. Satu hal yang harus kau tau, aku sangat mencintaimu. Sekarang ataupun nanti, Aku akan selalu mencintaimu, Queencia Acelta Peverell.” Draco mencium kening kekasihnya dengan penuh cinta.

Mendengar kata-kata perpisahan dari kekasihnya membuat liquid bening yang sedaritadi dia tahan akhirnya menetes.

“Aku juga, Drake. Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu. Mari kita bertemu di kehidupan selanjutnya, my king. Sekarang atau pun nanti, aku akan selalu mencintaimu, Draco Lucius Malfoy.”

Bertepatan dengan itu, bunyi debuman terdengar kala tubuh keduanya menghantam lautan. Pelukan keduanya kian mengerat, sebelum kian melonggar karena pasokan udara mereka menipis. Keduanya saling bertatapan dengan senyum yang tercetak di bibir mereka, hingga akhirnya pandangan mereka mulai mengabur dan kesadaran mereka pun hilang.

Seorang anak perempuan terus bergerak gelisah sebelum akhirnya dia terbangun dari tidurnya. Keadaannya sekarang ini tidak terlihat baik-baik saja. Nafas yang memburu disertai bulir-bulir keringat mengucur di dahinya menjadi bukti.

Brakk...

Pintu kamar terbuka kasar, menampilkan seorang wanita dewasa berdiri di ambang pintu. Rasa khawatirnya kian membesar kala menatap ke arah ranjang, keadaan anaknya sekarang ini membuktikan bahwa putri satu-satunya itu sedang tidak baik-baik saja.

Dengan langkah tergesah-gesah, dia mendekati sang anak. Dibawanya anak itu ke dalam dekapannya. Tangannya tidak henti-hentinya mengusap punggung anaknya.

𝐒𝐄𝐌𝐏𝐈𝐓𝐄𝐑𝐍𝐀𝐋Where stories live. Discover now