1

169 23 4
                                    

Sebuah virus misterius mulai menyerang kota Astralyn. Virus tersebut hanya bisa menginfeksi para Axeltron, meski demikian, dikhawatirkan virus tersebut akan bermutasi sehingga dapat menyerang manusia biasa.

Exilium dapat menyebabkan humanoid yang terinfeksi kehilangan kendali atas pikiran dan tindakan mereka. Mereka yang terinfeksi virus tersebut disebut Exilacron. Para Exilacron kehilangan rasa belas kasihan terhadap manusia dan sesama humanoid. Mereka memiliki ambisi untuk menghancurkan musuh mereka, baik manusia maupun Axeltron.

Pencipta virus tersebut masih tidak diketahui namanya, para Axeltron pun menjadi garis depan untuk memerangi para Exilacron dan melindungi umat manusia. Sosok di balik layar yang menciptakan virus tersebut adalah Gilbert, dia menggunakan nama BN12 sebagai nama samaran. Tak ada siapapun yang dapat melacak siapa maupun keberadaan BN12.

Gilbert menatap puas di balik tudung hitam yang dikenakannya, manik hijau miliknya menatap puas puing-puing bangunan setelah kota Astralyn diserang oleh Exilacron. Gilbert melayang melewati bangunan roboh tersebut dan matanya menangkap tubuh Axeltron yang terkapar di antara puing bangunan. Ada satu tangan mekanik bergerak-gerak, Gilbert menyeringai dan menginjak besi tersebut hingga terbelah menjadi dua bagian dan kabel-kabel listrik memercik.

“Inilah akibat jika kalian percaya pada manusia,” Mata hijau miliknya menggelap, dengan kekuatan yang dimilikinya tangan porselen itu memunculkan sebuah cahaya merah, dan potongan tubuh Axeltron tersebut kembali menyatu tetapi dalam bentuk yang mengerikan. Setelah ia menghubungkan koneksi server milik Axeltron perempuan berambut pirang tersebut melalui jaringan Malevoltron untuk mentransfer virus dan mengubahnya menjadi Exilium: seorang wanita bertopeng dan bersayap kelelawar yang membawa tongkat di tangannya.

“Sekarang, aku memerintahkanmu untuk menghancurkan seluruh manusia di dunia ini dan membajak jaringan para Axeltron, menjadikan mereka sebagai sekutu. Kemudian, tidak akan ada manusia yang tersisa di dunia ini!” tawanya menggema dalam hujan asam yang turun deras.

Gilbert mendengar suara tangisan dan, karena penasaran, mendekati asal suara yang berasal dari puing-puing. Dia menyingkirkan reruntuhan bangunan dan terkejut melihat seorang anak perempuan menangis sambil memanggil-manggil keluarganya.

“Ibu… Ayah… Kakak… Di mana kalian?”

“Manusia?!” Mata hijaunya berubah warna menjadi merah. Gilbert membenci manusia, dengan kasar ia menarik tangan anak perempuan yang terluka tersebut dengan paksa. Anak perempuan itu menangis semakin keras, tapi Gilbert sengaja menulikan pendengarannya.

“Ka— Kamu siapa?” tanya anak perempuan itu dengan terbata-bata.

Gilbert membentak anak perempuan berambut hitam tersebut, “Kau! Anak manusia, kau adalah cikal bakal manusia yang tamak!” Gilbert tahu anak kecil itu tak bersalah, tetapi ia terlanjur membenci para manusia. Gilbert berencana untuk membawanya, tapi suara para Axeltron menghentikannya.

“Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan anak itu!”

Gilbert mendesis, lalu langsung melepaskan cengkraman tangannya dari gadis kecil itu dan menghilang dalam sekejap— berteleportasi kembali ke markasnya. Gilbert memilih mundur daripada mereka berhasil mengulik informasi pribadinya.

***

Tahun demi tahun berlalu, para ilmuwan terus berusaha menemukan cara menyembuhkan Humanoid yang terinfeksi virus Exilium. Seorang ilmuwan bernama Maeva berhasil menemukan cara sementara untuk menghambat penyebaran virus Exilium. Pemerintah menyiarkan konferensi pers melalui layar televisi raksasa, di mana Professor Maeva mengumumkan bahwa ia bersama suaminya, Profesor Adam, telah menemukan cara untuk menghentikan virus yang merusak para Humanoid.

“Selamat siang, dunia, kami para ilmuwan telah berhasil menemukan vaksin untuk mengatasi penyebaran virus Exilium,” kata Maeva sambil menatap kertas yang dipegangnya sebelum kembali berbicara di hadapan para media massa. “Namun, sangat disayangkan bahwa jumlahnya sangat terbatas karena vaksin tersebut menggunakan tiga jenis kristal: Seraphinite, Aetheria, dan Harmonia— yang jumlahnya semakin menipis setiap harinya.”

Adam menyambung, “Dari ketiga kristal tersebut, kristal yang paling langka adalah kristal Harmonia. Kristal Harmonia terbukti paling efektif untuk memusnahkan virus Exilium di tubuh para Exilacron. Sementara itu, dua kristal lainnya hanya mampu mengobati para Axeltron yang terinfeksi, namun belum berubah menjadi Exilacron, sehingga mereka masih dapat mengendalikan pikiran mereka.”

Gilbert menyaksikan melalui layar digital di markasnya sambil menyesap sekaleng minuman energi. Rahangnya mengeras, kedua profesor itu akan menghambat rencananya untuk memusnahkan umat manusia. Padahal banyak dari mereka yang dipaksa oleh pemerintah menjadi Axeltron— yang lebih memudahkannya untuk menghancurkan mereka. Gilbert mulai mencari informasi mengenai keberadaan kristal tersebut dengan membajak jaringan milik pemerintah. Ia berhasil menemukan lokasi toko yang menyediakan kristal untuk mengobati virus tersebut, hanya terletak di daerah yang agak terpencil, yakni di pesisir pantai Solara, sekitar 1000 kilometer dari pusat kota Astralyn.

Proses teleportasi hanya memungkinkan sampai ke pelabuhan dan pusat kota Solara, sehingga mereka masih harus menempuh perjalanan lima kilometer untuk mencapai toko tersebut. Gilbert bertopang dagu, menatap lokasi di peta dari data yang berhasil diretasnya— karena toko tersebut merupakan rahasia pemerintah. Mereka pikir mudah untuk mengelabui Gilbert? Gilbert menyeringai, ia akan lebih dulu sampai ke toko turun–temurun tersebut.

ExilacronWhere stories live. Discover now