[3] » opposite life 𐙚

429 74 17
                                    

» ✿ «

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

» ✿ «


Oke. Setelah dipikir berulang kali, hidup Ravasha di dunia novel ini tidak buruk-buruk juga. Ehm, maksudnya — ya, kalau dibandingkan dengan kehidupan aslinya yang melarat, sebatang kara, dan punya catatan hutang di mana-mana,

... bukankah sekarang ini hidup yang dia genggam begitu sempurna?

Tak ada tekanan. Anak bungsu. Miliki seseorang yang setiap waktu boleh ia panggil Papa. Tinggal di rumah megah bak istana.

Dan yang paling terpenting,

saat ini Ravasha sudah resmi jadi orang kaya-raya.

Wahahaha!

Ravasha cekikikan, menutup mulut dengan satu telapak tangan agar tak ada yang sadar bahwa ia tengah tertawa macam orang gila. Maniknya memeta makanan mewah di atas meja dengan agak tak menyangka.

Lucu, padahal baru beberapa minggu yang lalu dia mesti menahan lapar sampai tubuh kurusnya gemetaran, sekarang semua yang ia inginkan kapan pun tersedia dalam sekedip mata. Jujur saja, dia masih asing. Masih merasa bahwa segalanya mungkin saja mimpi yang terpolarisasi begitu nyata. Tapi, persetan lah. Kesempatan ini tak akan dia biarkan sia-sia.

Soal ending dari karakternya? Hm, setelah sadar seminggu yang lalu, Ravasha sudah berpikir keras supaya akhir hidupnya dalam novel ini ditulis berbeda.

Ya! Ravasha lantas berhasil menemukan kunci yang memenjara garis takdirnya.

Seperti tikus kecil yang harus menghindari perangkap jika ingin selamat — satu-satunya cara supaya nasibnya tak berakhir menyedihkan — adalah tentu dengan menghindari sumber utama penyebab kematiannya!

Dan ... apa sumber itu? Tidak, tidak, lebih tepatnya — siapa.

Bukan Tanisa, pastinya. Melainkan enam makhluk menyeramkan yang detik ini sedang memperhatikan dia lewat raut wajah tak terdefinisikan. Ravasha bergidik samar. Lumayan merinding di bawah enam pasang mata yang tajam menguliti eksistensinya terang-terangan. Tujuh hari ini, tak ada hal paling melelahkan selain dari mencoba tak berurusan dengan para protagonis — yang sialnya tinggal seatap dan berstatus sebagai abangnya. Enam manusia yang menjadi alasan mengapa detak jantung pemilik asli dalam novel akan terhenti secara menyedihkan. Dan jika lengah, mereka bisa berubah jadi ranjau berbahaya yang akan melenyapkan dia dalam sekali pijakan.

Maka jangankan dekat-dekat, tak sengaja bertatapan pun Ravasha langsung deg-degan — dalam konotasi takut mereka bakal macam-macam atau nyawanya mungkin terancam. Rasa-rasanya, orang-orang ini dapat kapan saja maju — menggeritkan taring, lalu tiba-tiba datang menerkam.

Jadi sudah bulat keputusan Ravasha! Pokoknya, akan dia jauhi enam protagonis berengsek ini mati-matian. Toh, yang ia tau selama ini, karakternya sebagai adik bungsu memang tak pernah para abang sialannya pedulikan. Ravasha asli jelas-jelas sampah terasingkan. Karena itu, rencana untuk menghindari mereka pasti akan berjalan lancar tanpa hambatan.

become protagonist's obsessionWhere stories live. Discover now