26 : harmony

2 1 0
                                    

Buatlah cerita yang mengandung 3 kata ini: Biru, Harmonika, Jendela. Minimal 500 kata. Kata harus ditulis secara berurutan dari Biru-Harmonika-Jendela.

[]


Tak seperti biasanya, sepulang sekolah ini langit tampak cerah, warna biru menghampar sepanjang mata memandang, bahkan awan pun seolah segan menutupi sang mentari yang tampaknya hatinya sedang cerah. Hari ini kami berniat untuk latihan lomba musikalisasi puisi untuk yang terakhir sebelum tampil besok.

Meski sejak kemarin ada saja hambatan tiap kali latihan mulai dari personil tak lengkap hingga alat musiknya yang tak ada, aku tetap optimis bisa mendapat setidaknya juara harapan tiga.

"Nay, lu nggak mau ikutan juga?" ucapku sembari menyetel gitar. Aku setengah serius. Nayla sudah mengikuti lomba membaca puisi dan membela-belakan dirinya masuk jam satu siang demi ikut lomba. Namun, dia juga cukup pandai bermain gitar dan suara lantangnya bagus ketika bernyanyi, apalagi soal lagu-lagu zaman dulu, lagu band, atau lagu rock.

Alih-alih menjawab, ia malah bertanya dengan suara sengaunya, "Kajonnya udah ada?" Hingga saat ini dia belum pulang meski sedang meriang, mau lihat kami latihan katanya.

"Udah, pinjem punya ruang musik jadinya," jawabku. Dia ber-oh pelan.

"Gaby jadinya main apa?" Ia bertanya lagi.

"Harmonika, Nay," jawab Gaby.

Sejak awal rencananya Gaby bermain biola. Namun, baru saja kemarin salah satu senarnya putus. Dia bilang biola tersebut memang sudah lama tak dimainkan, bekasnya les biola dulu dan tak pernah tersentuh lagi. Jadi, tadi kami membongkar-bongkar ruang musik untuk mencari alat musik lain yang bisa Gaby mainkan karena biola yang kami miliki tampaknya tak memungkinkan juga. Itulah privilege ketua band, kau bisa memanfaatkan seisi ruang musik dengan leluasa. Hari ini pun latihan dibatalkan karena mayoritas dari kami akan mengikuti lomba musikalisasi puisi. Oleh karena itu, kami makin leluasa memakai ruang musik untuk latihan seperti sekarang ini.

"Oh, lo bisa main harmonika?"

"Bisa, Nay, dikit-dikit. Gue dulu sebelum main biola 'kan diajarin main harmonika dulu sama kakek," jelasnya.

"Oh, berarti lu dari kecil sering belajar alat musik?"

"Iya, harmonika, piano, biola, uh ... gitar sebentar doang pas SMP, ukulele juga sih," jawab gadis itu.

"Oh iya, kenapa nggak main ukulele aja? Bukannya lu sering main ukulele kalo tugas seni budaya," ucap Nayla.

"Nggak mau ah, kayak anak punk. Lagian 'kan udah ada gitar, nanti kalah suaranya." Nayla tertawa kecil mendengar respons Gaby.

"Ayo mulai," ucapku.

"Semangat, Sean!" goda Nayla sambil menyengir. Yang digoda hanya merengut.

Sean tampaknya masih sedikit marah dengan kami gara-gara peristiwa kemarin. Apalagi aku memaksanya untik menggantikan Deana bermain keyboard. Hari ini dia agak bersikap dingin padaku meski masih mau menjawab singkat-singkat pertanyaanku.

Gitar akustik telah ada di genggamanku sementara tangan satunya memegang pick gitar. "Satu, dua, tiga," komandoku.

Kupetik gitar akustik, dua orang vokalis kami telah mulai mengalunkan puisi Aku karya Chairil Anwar dengan nada lagu Ayat-Ayat Cinta. Perpaduan warna suara Shafira yang cenderung lembut dengan suara Nathan yang lebih maskulin jelas sebuah perpaduan yang serasi.

Ketika lagunya mulai mencapai klimaks, intensitas suara alat-alat musik kami seolah beradu menciptakan harmoni yang secara mengejutkan bagus. Kurasa Gaby lebih bagus ketika main harmonika ketimbang saat bermain biola. Meski dia bilang hanya pernah memainkannya saat kecil, nyatanya ia mampu mengontrolnya hingga suara yang dihasilkan tak terlalu bising.

Perpaduan vokal dan permainan alat-alat musik kami selayaknya musisi jalanan. Bukan alunan melodi yang megah seperti orkestra tapi cukup menggugah untuk dinikmati.

Meski perlu beberapa kali percobaan hingga penampilan kami benar-benar tanpa kesalahan, aku cukup puas mengingat sudah banyak rintangan kami lalui sejak beberapa hari ini dan kami tak punya waktu latihan lagi.

Ketika kami mampu menyelesaikan penampilan kami tanpa kesalahan, Nayla pun mulai bertepuk tangan dan bersorak, disusul kami semua yang sama-sama lega.

Kami tak memakan waktu terlalu lama untuk latihan kali ini. Hanya sekitar dua jam. Karena latihan dirasa sudah cukup dan dari jendela ruang musik langit sudah tampak menggelap, kami pun menyudahi latihan kali ini dan berharap yang terbaik untuk esok hari.

[]

Aku lagi berusaha menyambungkan ceritaku yang selama ini labil nyambung atau enggaknya.

Senin, 26 Februari 2024

REAKSI IV - NPC Daily Writing Challenge 2024 || ENDWhere stories live. Discover now