I. A Denial, Bag. 13.

8 2 2
                                    


- Nada Penari -

Begitu letih di mata
Memprihatinkan, kala nuansa bercengkrama lara
Padamlah murka
Satu surya t'lah sungkan diteman biru angkasa

Tiba angkuh bercerita seisi kotak lagu tua
Pendarkan kusam noda dalam bening kaca
Bibirnya merekah, lembab dibasuh kata hitam mutiara
Pipinya memerah, lembut diterjang liar kawanan fana

Berkumpul ia dalam bingkai poster aliran tari-menari
Menelusuri arti pada tiap nada yang menyusun irama
Meski keringat 'kan habis terkuras selagi kasih menanti
Takkan goyah, pada semua janji indah bertumbuh cinta

Akan datang jenuh pada tegap kaki
Juga merambah getar ke seujung jari
Entah kapan sampai lelah menghampiri
Yang jelas lebih baik dari menunggu mati

Tidak, ini bukan anganku
Takkan pernah menjadi teladan
Takkan pernah menjadi sepadan

Aku hanya menantinya jatuh terbaring lesu
Menggiring semua hiruk-pikuk sejauh mungkin
Agar mimpi indah leluasa bebas mengisi waktu
Dari subuh yang kerap menaja kabut nan dingin

**************************************

Kusambung Yang Patah Dengan DarahNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ