I. A Denial, Bag. 12.

8 2 2
                                    

- Rintik Berantai -

Apa kau lihat rintik gerimis itu?
Yang selalu turun hanya saat kau tak mampu
Bersemai layak perang mengacu dentum peluru
Dirundung gugur semangat perwira satu-per-satu

Tak jua selesai semut berlarian pulang
Resahnya dihalau baris ayam mencari kandang
Kian burung menghentikan kicau selepas terbang
Lewati sunyi tempat sampah yang serupa sarang

Kemarilah.. tanganmu berdarah
Waktunya menyamar sayat goresan
Biar deras hujan menghapus merah
Sehingga bersih tatkala menyeru Tuhan

Lihatlah.. mereka biasa saja
Tidak peduli dengan segala pedih-perih
Sukar terhadap simpati suka dan duka
Berteduh di bawah basa-basi nan rapih

Apa kau tinjau warna pelangi itu?
Yang senantiasa menepis lelah dipajang indah
Berantaikan hikayat asa dari tiap penjuru kalbu
Ditulis lugas dalam tatanan rumit sebuah naskah

Takkan menetap lama bangkai yang bau membusuk
Merahap tangguh di hingar pelik sudut keramaian
Kemudian pada banyaknya deretan kepala menunduk
Lahir kebohongan sendu bercitra seni tak ternilaikan

Kembalilah.. aku sudah selesai
Kutunjukkan padamu segelintir pahit kenyataan
Serta ironi yang selalu kau damba 'kan segera usai
Jangan lagi terlena kata bualan mulut rupawan

Pikirkanlah.. aku adalah tulus
Kuperlihatkan mereka yang tak cukup mengenalmu
Padahal sandiwaraku begitu kabur dari jalan mulus
Maka sungguh jelas, bahwa tiada yang menginginkanmu

**************************************

Kusambung Yang Patah Dengan DarahWhere stories live. Discover now