Adik? Benarkah? Aku tak bisa menganggap serius orang berambut seperti Sasuke meskipun ia tampan.

Namun, kubalas dengan suara lantang, "Peraturan? Peraturan apa?"

"Orang Cyangolia dilarang menampakkan wujud aslinya dan menggunakan kekuatannya selain di planet asalnya." Lelaki itu mulai bergerak lebih dekat, lalu memegang pundakku.

"A- aku nggak bisa balik ke mode manusia," cicitku.

Tubuhnya yang lebih tinggi sekitar dua puluh senti dariku menunduk demi mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan ekspresi menggoda, membuatku refleks berjengit dan mengangkat kaki bersiap menendangnya. Ia dengan sigap menahan lututku yang sudah hampir mendarat di perutnya. Pergerakanku itu malah membuatnya menghempas tubuhku ke tembok. Kini tubuh kami makin melekat. Kini tak ada jarak di antara kita dan aku bisa merasakan tiap embusan napasnya mengarah ke wajahku serta detak jantung kami yang seolah beradu. Kini dia membelai rambutku, lalu menjambaknya, membuatku makin mendangak. Aku meringis, ekspresinya malah makin buas.

"Aku tahu cara mengembalikanmu." Embusan udara panas itu terus-terusan menerpa wajahku. Mataku membelalak dan bola mataku gemetaran. Aku pun meneguk ludah, lalu menutup mataku.

"Tapi tak akan kulakukan di sini." Ketika itu partikel-partikel tubuhku terasa berpencar-pencar, lalu sedetik kemudian menyatu lagi.

Aku pun membuka mata. Kami ... ada di kamarku. Dia berteleportasi ke kamarku.

Setelah menyapu pandangan ke sekitar, tatapan mataku kembali bersirobok dengan tatapan manik merah menyalanya yang masih tajam mengarah kepadaku. Sepasang mata itu seolah menyuruhku untuk balik menatapnya sehingga aku tak bisa mengalihkan pandangan. Semakin lama aku menatapnya, kesadaranku semakin terkikis.

Lalu kelebatan kejadian-kejadian beberapa hari terakhir muncul. Kemudian kami sampai ke kilas balik di planet asalku. Ada Bapak, Mama yang tengah mengandung, dan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu adalah si rambut Sasuke, yang konsisten dengan gaya rambutnya dari kecil hingga dewasa.

Si anak lelaki itu ditinggal bersama nenek dan kakeknya sementara kedua orang tuaku menaiki pesawat luar angkasa berbentuk kumbang raksasa. Pesawat luar angkasa tersebut berteleportasi hingga ke atmosfer bumi lalu diparkirkan di sebuah garasi besar bersama pesawat-pesawat luar angkasa lainnya-mirip parkiran indoor.

Orang tuaku kemudian menemui para pejabat antargalaksi yang telah berkumpul di sebuah ballroom. Mereka semua berpesta di sana. Berdansa, makan-makan, minum-minum.

Kilasan peristiwanya kembali dipercepat hingga berhenti saat terdengar suara tangisan bayi. Bayi tersebut lahir di sebuah rumah sakit pada umumnya. Ibunya menggendongnya dan ayahnya juga ada di sana. Kedua orang tuanya tampak bersuka cita. Rupa mereka persis seperti Mama dan Bapak versi lebih muda. Dan kali ini, rupa mereka sudah selayaknya orang Indonesia pada umumnya. Berarti bayi itu aku?

Kilasannya mulai dipercepat lagi, tetapi tidak secepat sebelumnya. Dari kilasan-kilasan tersebut aku mampu melihat pertumbuhan dan perkembanganku dari bayi hingga saat ini, di kamarku, dengan posisi yang persis kami lakukan di sini. Bedanya, rambutku kini telah kembali hitam. Kesadaranku kembali pulih, lalu saat aku membuka mata ....

-

Ketika bangun, mataku membelalak. Aku terdiam menatap langit-langit selama sekitar tiga menit. Kemudian aku mulai meraba tubuhku, lalu sekitarku. Aku memang di kamar. Aku meraih ponsel yang terletak di meja samping kasurku, menyalakannya, lalu melihat jam. Jam lima kurang, tepat beberapa menit sebelum alarmku berbunyi.

Ketika hendak memindahkan posisi kepalaku, aku baru merasakan nyeri kepala hebat yang hingga kutunggu beberapa detik tak hilang-hilang. Kemudian aku menyentuh dahiku. Panas. Aku demam. Ini pasti gara-gara aku hujan-hujanan mengejar Sean kemarin.

Ah, gawat! Harusnya hari ini jadwalku ikut lomba!

Aku kembali menghempaskan tubuhku ke kasur. Aku kembali mengingat-ingat mimpiku. Mimpi paling liar, gila, menakutkan, dan menjijikkan. Dengan kesadaran penuh, aku berteriak sekencang-kencangnya.

Mama yang mendengar lengkingan dari kamar anak gadisnya langsung membuka pintu kamarku lebar-lebar, lalu menyalakan lampu. Ia sudah rapi mengenakan seragam perawat lengkap dengan jaketnya, tinggal berangkat. Insting perawatnya langsung menghampiriku lalu menyentuh dahiku.

"Butuh surat dokter nggak?" tanyanya. Aku mengangguk.

Tampaknya aku harus memberi tahu Ali. Eh, dia masuk nggak ya? Dia 'kan hujan-hujanan bersamaku kemarin. Cuma Sean yang tidak kehujanan. Anak itu ngambek dan nggak mau berbagi payung.

Oh iya, aku harusnya bilang ke Shafira, sekretaris kami.

Aku akan masuk nanti jam satu hanya untuk ikut lomba, itu juga kalau kondisiku memungkinkan. Tapi pasti lah aku bakal hadir. Aku sudah mempersiapkannya semalam suntuk.

[]

Nih untuk defjnisi new weird:
New Weird menggabungkan unsur-unsur dari berbagai genre (fiksi ilmiah, fantasi, atau horor), tapi menghindari peleburan stereotip. Secara singkat, genre ini tidak mengikuti pakem yang biasa terdapat dalam fiksi ilmiah, fantasi, atau horor.

Aku gatau apa cerita ini udh masuk new weird apa cuma weird doang apa masih normal.


REAKSI IV - NPC Daily Writing Challenge 2024 || ENDWhere stories live. Discover now