Akhir Dari Cerita Ini

55 9 0
                                    

Sudah begitu banyak tahun yang dilewati tetapi kehidupan Derren dan Asya begitu damai, Asya masih tertidur di dada bidang milik suaminya dengan nyaman sedangkan Derren yang setengah sadar mengelus-elus kepala sang istri. Tetapi tak lama kemudian terdengar sebuah keributan dari bawah.

" Sayang kayaknya itu suara Vara sama Audrey deh. " Ucap Asya sambil mengubah posisinya menjadi duduk.
" Yaudah kamu diam aja disini dulu, aku yang kebawah buat ngecek. " Ucap Derren sambil memberikan kecupan didahi sang istri yang masih mengumpulkan nyawa.

Derren menuruni tangga, semakin dia menuruni anak tangga semakin terdengar keras suara itu. Saat Derren sudah berada dibawah dia melihat Audrey dan Vara yang bertengkar sedangkan Ranendra yang sibuk memisahkan mereka dan ada Audra disana asik memakan coklat.

" Hei kalian kenapa ribut banget sih? " Tanya Derren sambil mendekat kearah dua orang yang tadi sedang debat menjadi diam.
" Itu si Vara ngotot banget mau ngajak pergi renang Audra renang padahal dia aja baru sembuh. " Ucap Audrey sambil cemberut.
" Tapi kan aku cuman mau ngajarin Audra cara berenang. " Ucap Vara mencari pembenaran.

" Jadi cuman karena masalah sepele itu kalian bertengkar pagi ini, Audrey Laurence dan Vara Naraya? " Ucap Asya sambil menghampiri adik dan anaknya itu.
" Bener kata tantemu kamu baru sembuh dia khawatir kalau kamu sakit lagi dan kamu Audrey kalau Vara merasa dia kuat biarkan saja. Gini-gini diributin ganggu orang tidur tau. "

" Tante Asya, mereka sebenarnya sengaja ribut karena kak Vara kasian ngeliat aku selama libur sekolah cuman di rumah aja. " Ucap Audra yang berusia 9 tahun itu.
" Padahal tinggal bilang aja kalau bosen yaudah ayo siap-siap, oiya makasih ya Audra udah ngasih tau tante. " Ucap Asya kemudian kembali keatas.

Mereka berangkat menggunakan 2 mobil menuju ke mall. Selama diperjalanan Vara banyak bercerita tentang masa sekolahnya sampai lulud.

" Kamu nggak punya temen cowok ya? Kayaknya dari tadi kamu cuman nyebut nama cewek aja. " Ucap Derren kepada putrinya itu.
" Sebenarnya ada tapi nggak tau kenapa semua pada takut sama aku. "

" Iyalah pada takut kan kamu sudah sabuk hitam di karate. Mereka takut nanti kalau salah ngomong kamu buat mereka masuk rumah sakit. " Ucap Asya sambil tertawa.
" Kayaknya sih soalnya aku sempet nggak sengaja buat anak guru babak belur karena dia ganggu anak kelas yang cewek. "

" Kamu lain kali jangan gitu ya. " Ucap Derren menasehati anaknya.
" Iya, aku nggak bakal ngulangin lagi deh tapi kalau mereka yang duluan gimana? "
" Nah itu nggak boleh tapi kalau dia ngelakuin yang aneh-aneh, sampai dia koma juga nggak apa. " Ucap Derren yang membuat mereka bertiga tertawa.

Mereka pun sampai di mall, disana mereka berbelanja terlebih dahulu. Usai berbelanja mereka pergi ke lantai atas untuk bermain. Asya, Derren dan Ranendra hanya duduk sambil melihat interaksi seorang anak kecil bersama 2 orang yang menolak sadar kalau mereka sudah bukan anak-anak.

" Wah ada permainan bola basket, Kak Vara coba maini itu. " Ucap Aura menarik tangan Vara.
" Tante, bagaimana kalau tante dan bunda duel? Kalau kalah bakal ada hukumannya, ayo paman sama ayah juga harus coba. " Ucap Vara yang langsung disetujui.

Mereka pun melakukan duel dan yang menang adalah Derren dan Asya.

" Padahal kemarin tante bilang jago main basket tapi main kayak gitu doang kok kalah? "
" Namanya juga faktor umur. "
" Tapi kan tante lebih tua dari tante. "
" Udah jangan dilanjutin ntar berkelahi lagi jadinya. " Ucap Ranendra sambil menggendong Audra.

" Kalau gitu kita pergi makan saja. " Ucap Derren.
" Paman boleh nggak main ke taman nanti? " Tanya Audra dengan wajah memohon.
" Boleh dong, permintaan tuan putri harus dituruti iyakan ayah? " Ucap Vara yang dibalas anggukan oleh Derren.

" Yaudah ayo berangkat sekarang. " Ucap Vara sambil mengambil Aura dari Ranendra.
" Kalau sama Audra kayak malaikat pas sama aku kayak iblis. " Cibir Audrey yang kesal.
" Tapi gitu-gitu kamu sayang juga kan? Pas Vara sakit kamu udah kayak orang kehilangan semangat hidup aja. " Ucap Asya yang membuat Audrey tersipu malu.

" Aku ngeliat kayak ngeliat Asya dan Audrey versi yang jarak umurnya jauh. " Ucap Ranendra.
" Vara sama Audra beda 10 tahun ya? Nggak kerasa banget kalau Vara lagi bentar masuk kuliah. " Ucap Derren sambil memandangi putrinya.

Setelah sampai ditaman mereka berempat hanya diam dibangku taman sambil melihat Audra bermain dengan Vara. Saat asik bermain tiba-tiba Vara menghampiri mereka berempat.

" Aku udah ketemu hukuman yang pas, yang kalah beli balon di kakek seberang ssana yang deket lampu merah. " Ucap Vara sambil menunjuk kakek-kakek yang sedang duduk sambil membawa balon.
" Sengaja banget ya? Aku kan nggak bisa nyebrang mana si Ranendra lagi ke toilet. " Ucap Audrey dengan wajah kesalnya.

" Yaudah jangan ribut lagi dong, biar bunda aja yang pergi beli balonnya. " Ucap Asya.
" Balonnya yang warna pink sama biru ya bunda. " Ucap Vara yang dibalas anggukan oleh Asya.
" Kalau gitu aku mau nemenin Audra lagi deh. " Ucap Vara meninggalkan Audrey dan Derren.

" Kak Asya kemana? " Tanya Ranendra.
" Dia lagi beli balon gantiin si Audrey dari hukuman Vara. " Ucap Derren.
" Oiya ini aku beli minuman. " Ucapnya sambil menyerahkan kantong plastik yang penuh minuman.

Setelah menunggu begitu lama tiba-tiba terjadi kericuhan dipinggir jalan itu. Semua langsung berkumpul disana. Ada salah satu orang yang berlari sambil mengatakan suatu.

" Ada kecelakaan disana, korbannya wanita rambutnya lumayan panjang dan bawa balon orangnya tadi. "

Derren seketika langsung berdiri meninggalkan Audrey dan Ranendra disana, Vara yang melihat ayahnya pergi begitu saja langsung menghampiri Audrey.

" Ada apa? Ayah pergi kemana itu? " Tanya Vara.
" Nggak tau juga, mending kita diam disini aja biar Audra nggak ikut-ikutan ngeliat. " Ucap Audrey.

Derren secepat mungkin menuju ketempat kecelakaan itu, saat sampai disana Derren melihat genangan darah . Derren sudah begitu lemas tapi saat dia mendekat kearah korban yang mau dimasukkan ke ambulans dia semakin kaget.

" Ciri-ciri yang orang itu seperti Asya tapi kenapa yang masuk ambulans beda ya? " Derren masih bertanya-tanya dalam pikirannya sampai ada seseorang yang menepuk pundaknya.

" Kamu ngapain disini? " Ucap Asya sambil melihat Derren keheranan.
" Syukurlah kamu nggak kenapa-napa. " Ucap Derren sambil memeluk Asya.
" Emangnya ada apa? Gara-gara kecelakaan itu ya? "

" Aku kira kamu yang ditabrak ternyata orang lain. " Ucap Derren mempererat pelukannya.
" Maaf ya bikin kamu khawatir, sekarang kita balik aja ya. " Ucap Asya yang langsung disetujui Derren.

" Tara ini balonnya. " Ucap Asya memberikannya kepada Vara.
" Makasih bunda. " Ucap Vara.
" Kita mending pulang aja deh, udah malam. Ini juga di Audra udah ngantuk. " Ucap Audrey.

Mereka pun pulang kerumah milik Asya dan Derren. Sampai dirumah Vara langsung membersihkan dirinya dan segera tidur tapi dia menghampiri kedua orangtuanya terlebih dahulu.

" Ada apa sayang? Nggak bisa tidur? " Tanya Asya kenapa putrinya.
" Bukan. Aku hanya mau bilang terimakasih masih mau hidup menjadi orangtua aku. " Ucapnya yang membuat Asya heran.
" Gara-gara kecelakaan itu ya? "

" Nggak juga sih cuman pengen bilang itu aja. Yaudah aku mau tidur selamat malam. " Ucap Vara meninggalkan kamar itu.
" Lucu banget anak kita, kayak kamu tingkahnya. " Ucap Asya sambil memandang Derren yang sedang menggunakan pelembab.

" Udah tau kok sekarang kita tidur aja. " Ucap Derren sambil membaringkan badannya sambil memeluk Asya.
" Selamat malam dan selamat tidur. " Ucap Asya dan kemudian tertidur lelap beberapa menit kemudian.

" Terimakasih masih bertahan sama aku sampai sekarang. Selamat tidur malaikat ku. " Ucap Derren sambil mengecup dahi Asya dan dia mulai menutup matanya untuk tidur.
_______________________________________

Seperti itulah kisah dari Asya Amara dan Derren Navarendra yang berakhir dengan bahagia.

Terimakasih sudah membaca dan ngedukung cerita ini sampai sekarang.

Semoga kalian tetep ngedukung aku dicerita yang lainnya.

Bye byee, sampai jumpa dicerita lain yang aku buat (≡^∇^≡)

Hanya Kamu Didalam HatikuWhere stories live. Discover now