Part 24: Shade

610 148 138
                                    

Hello semuaa!! Selamat membaca yaa, karena besok aku up lagi mohon kerjasamanya lagi yaa 100 vote 100 komen, okay? Thank you. ❤️

____

Azura membeku, membaca dokumen itu saksama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Azura membeku, membaca dokumen itu saksama. Matanya melebar saat ia menyerap setiap kata tertera di atas kertas, kemudian dia menoleh ke arah Arkha dan Ana, yang masih mengatup bibir rapat-rapat.

Kenyataannya Azu tampak kecewa, memperdaya Ana telak napasnya hampir hilang.

"Mama?" Suara lirih itu memecahkan kesunyian, Ana melirik di mana suara berasal.

Shea, dia mengerjap, amatannya memancarkan takut lantaran merasakan tensi yang ada.

"Tell the truth, Ana," hardik Arkha menohok. "I bet you."

Lelaki itu pergi keluar, disusul Azu yang tak sedikitpun buka mulut dan pergi begitu Arkha mendapati air matanya jatuh penuh kilah. Arkha tidak bisa apa-apa.

Jantung Ana berdebar kencang saat Shea mulai kebingungan. Tilikan polosnya menusuk Ana, menyadarkan dirinya akan keputusan sulit yang harus dihadapi. "Shea..." Dia berjalan mendekati ranjang, meraih tangan Shea dengan halus. Rambut hitam tampak kusut itu ia usap perlahan.

"Mama mau ngomong sebentar, boleh?"

Shea mengangguk. "Tapi Shea janji jangan marah sama Mama." Ana meminta, karena jujur ia tak akan mampu menghadapinya. "Janji?"

"Janji." Shea memberikan kelingkingnya serya tersenyum kecil.

Ana menarik napas dalam-dalam, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. Namun, dia justru makin sesak dan air mata jatuh bagai mengalir.

"Mama, kenapa? Kok Mama nangis?" Shea mengelapnya, sejenak menumbuhkan kegelisahan tak tertampung.

"Shea, sebelumnya Mama minta maaf sama Shea. Ada kesalahan yang Mama buat. Seharusnya Mama gak pernah bohongin Shea."

Shea serius mendengarkan, wajahnya mulai menekuk pertanda bingung.

"Papa Bayu bukan Papa Shea, tapi uncle Arkha," parau Ana bersama bibir bergetar. "Mulai sekarang Shea panggil uncle Arkha Papa, ya?"

Beberapa detik Shea diam, menjalankan otaknya guna mencerna perkataan Ana. Namun, dia tidak mampu untuk itu. "Shea gak ngerti ... Shea bingung..." gumamnya diiringi air mata yang mengarungi pupilnya. "Kepala Shea sakit, Ma..."

Ana kalut, tak bersaya menahan isak tangis begitu ia meraih kedua tangan mungil itu. "Hey, sayang ... Mama salah dan Mama minta maaf, itu semua untuk kebaikan Shea. Shea gak perlu khawatir, yang penting sekarang ada Papa Shea yang bakal sayangin Shea."

ARCHETYPEWhere stories live. Discover now