Part 24: Shade

648 153 138
                                    

"Mama kok jahat?"

Ana tertegun, menelan ludahnya kasar tepat menyaksikan air mata Shea turun ke pipi. "Kenapa Mama bilangnya Papa Bayu itu Papanya Shea? Mama juga bohong kalau Papa sebenarnya gak pernah pergi? Mama memang gak mau sama Papa Shea yang beneran?"

"Mama bukan sendirian, tapi Mama mau Shea gak punya Papa selamanya makanya Mama bohongin Shea?!"

Ana diam, bibirnya seperti terdapat perekat, memikirkan betapa sulitnya menjelaskan situasi ini pada putrinya. "Shea..."

"Mama jahat!" Shea tiba-tiba memekik, tangisnya pecah dengan kerasnya. Dada Ana sesak, Shea membalikkan badan membelakanginya begitu saja.

Arkha mendengar suara teriakan Shea berinisiatif masuk, pemandangan pertama adalah Ana yang masih sama kacaunya dan tangisan Shea yang mengisi ruangan.

Ana bisa merasakan napasnya tersangkut saat melihat Arkha mendekati Shea dengan langkah berat. Dengan hati-hati, ia beranjak dari sisi ranjang dan memilih duduk di sofa, memberi ruang bagi Arkha untuk mendekati putri mereka.

"Shea..." Panggil Arkha sehalus mungkin, tetapi Shea tetap bersembunyi di balik bantal, menangis kencang.

"Talk to me, please..." parau Arkha dan Shea masih bungkam.

Setelah beberapa menit yang terasa lama, Shea akhirnya menunjukkan wajah sembabnya. Mata itu memancarkan rasa sakit saat ia bersirobok.

"Uncle ... kenapa Uncle gak tau kalau Uncle itu Papa Shea?" tanya Shea terpecah-pecah.

Arkha membasahi bibir, menarik napas panjang sebelum menjawab, "Sulit dijelaskan. Bila dijelaskan Shea bakal sedih, breaking your small heart, and I don't want to let you."

"Ada satu pembelajaran yang harus Shea tau, bahwa tidak hanya anak kecil yang bisa melakukan kesalahan, tapi orang dewasa pun bisa. Orang tua juga tidak sempurna, dan kami membuat kesalahan. Kita semua perlu belajar dari kesalahan agar tidak mengulanginya di masa depan."

Air mata Shea dihapus hati-hati oleh Arkha, ia mengecup kedua kelopak itu penuh cinta.

"Papa minta maaf, Shea," lanjut Arkha dengan suara teramat dilingkupi penyesalan. Dan untuk kali pertama, dia menyebut dirinya 'Papa', terkutip penghargaan baru di hati terdalam.

Selepas itu, Arkha merengkuh Shea sejuta kasih, membayangkan banyaknya momen tertinggal hingga tubuh Shea sudah sebasar sekarang. Andai Arkha tahu keberadaannya, dia akan memberikan dunia sejak kali pertama, tanpa terlewat.

"Shea gak mau ngomong sama Mama," bisik Shea, membuat hati Ana terasa seperti hancur berkeping-keping.

"Ya, Papa paham," sindir Arkha juga.

"Besok Shea bisa pulang. Shea akan tinggal di rumah Papa," kata Arkha, mencoba menawarkan sedikit kepastian pada putrinya.

"Sama Mama?" tanya Shea.

"Mungkin tidak bersama Mama. Papa yang akan menjaga Shea."

Akan tetapi, wajah Shea langsung mencerminkan ketidaksetujuan. "Nanti Mama sama siapa?" katanya dengan suara rapuh. "Shea mau sama Mama juga..."

ARCHETYPEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin