Semula, Xiao Zhan tidak masalah dengan posisi keduanya yg terlihat intim. Tapi, mengingat jika di dapur kini bukan hanya ada dia sendiri, Xiao Zhan segera menjauh dari pria itu. Terbiasa hidup diapartemen hanya berdua membuat hubungan keduanya semakin dekat dan harmonis, sehingga momen-momen seperti ini pasti akan sering terjadi. Tapi, ia kini berada di kediaman Lan, dan tempat ini juga diisi oleh beberapa orang selain mereka. Memikirkan jika adegan tadi dilihat oleh bibi Yu membuat Xiao Zhan yg berkulit tipis merasa sangat malu.

Melihat daun telinga sang istri yg memerah, pria itu terkekeh, ia menoleh pada bibi Yu yg keberadaannya kini bagai udara hampa, ada tapi tidak terasa. Wang Yibo menyuruh bibi Yu meninggalkan keduanya.

"Bibi Yu tidak ada. Sejak aku masuk aku tidak menemukan keberadaannya."

"Hah?" Xiao Zhan dengan cepat mengangkat wajahnya, lalu mencari-cari keberadaan wanita itu.

"Tidak ada yg melihatnya. Kau tidak perlu merasa malu."

"Aku, aku tidak." Kini wajahnya yg merona. Astaga, menggemaskan sekali pemandangan orang didepannya ini.

"Laoshi, jangan datang mengganguku dulu. Aku perlu segera menyiapkannya untuk sarapan." Xiao Zhan meminta pria itu pergi.

"Berarti nanti aku boleh mengganggumu lagi-"

"Bukan begitu. Laoshi, sana pergi." Xiao Zhan terpaksa mendorongnya pergi dari area dapur.

.
.
.

"Kepala sekolah baru saja menghubungiku, dia bilang pemilik akun yg menyebarkan video itu sudah ditemukan. Xiao Zhan, apa kau ingin datang ke sekolah untuk mengetahui siapa orangnya?"

Xiao Zhan melirik Wang Yibo disampingnya. Sebenarnya ia tidak ingin peduli dengan hal itu lagi, ia juga merasa enggan untuk datang kesekolah lagi, mengingat cibiran dan hinaan yg mereka lontarkan padanya, itu sungguh membuat perasaannya sangat tidak nyaman.

"Kalo kau tidak ingin datang, maka jangan datang." Wang Yibo merasa tempat tersebut sedikit banyak meninggalkan sebuah trauma pada sang istri.

"Baiklah kalo begitu."

"Paman, itu mungkin sebuah rekaman video biasa. Tapi, efek yg diberikan untuk Xiao Zhan sangat luar biasa. Pelakunya pasti sengaja melakukannya untuk merusak nama baik istriku. Jadi, sanksi apa yg paman akan berikan padanya? Aku tahu pelakunya pasti masih dibawah umur, jadi, kalo kita melaporkannya kepada pihak berwajib, anak itu pasti hanya akan diberi pembinaan. Itu sepertinya sangat tidak adil untuk istriku yg malang ini." Wang Yibo berkata dramatis sambil menatap wajah sang istri dengan tatapan sendu.

Hayolah... Xiao Zhan ini bukan orang pendemdam, dia juga sudah tidak ingin membahas dan mengingatnya lagi, dan itu sangat berbanding terbalik dengan Wang Yibo.

Sebenarnya, Wang Yibo bisa saja menangani masalah ini dengan caranya sendiri, tapi, karena  masalah tersebut terjadi didalam wilayah teritorial pamannya, Wang Yibo hanya bisa puas dengan pengaturan sang paman, seorang kepala keluarga Lan yg sangat berbudi luhur ini.

Lan Qiren di buat sakit kepala dengan kalimat Wang Yibo. Keponakannya ini, pasti tidak akan puas jika ia hanya mengeluarkan sipelaku dari sekolah.

"Lalu, kau ingin aku menghukumnya seperti apa? Wang Yibo, kau jangan bertindak kelewatan." Lan Qiren memperingati.

"Paman, dibawah kekuasaanmu, aku mana berani melakukan itu. Paman, aku hanya merasa kasihan pada istriku. Apa paman tidak ingat? Gara-gara kejadian itu istriku tertekan dan itu membuat calon cucumu terkena imbasnya juga. Beruntung itu tidak terlalu parah, kalo yg terjadi justru lebih buruk bagaimana? Aku sungguh tidak berani membayangkannya," Wang Yibo makin membesar-besarkannya.

"Baiklah, aku akan memikirkannya dulu." Lan Qiren tampak berpikir dengan serius.

Xiao Zhan ingin berbicara menyampaikan pendapatnya, bagaimanapun, dia adalah orang yg terlibat dalam masalah ini. Selaku korban ia patut memberikan suaranya.

Tapi, baru saja ia ingin membuka mulutnya Wang Yibo sudah lebih dulu membungkamnya, pria itu memasukkan irisan kecil buah mangga ke mulutnya dan itu mencegahnya untuk bicara.

Xiao Zhan memelototi sipelaku yg kini memberinya senyum manis dan mengedipkan matanya dengan nakal.

Wang Yibo sadar apa yg akan dilakukan istrinya, jadi ia langsung mencegahnya melakukan itu. Istrinya itu terlalu baik, sangat, amat, kelewat baik. Ia ingat perbuatannya sendiri yg sudah sangat merugikan pemuda itu, untuk apa yg sudah dilakukannya, sebuah tamparan keras pun rasanya masih sangat tidak cukup untuk diterimanya. Tapi, bukannya justru menerima tamparan yg dibayangkannya, pemuda itu justru tidak sedikitpun menyalahkannya atas segala perbuatannya itu. Itu, sungguh membuatnya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan karakter istrinya ini.

Wang Yibo sangat beruntung, dan ia tidak ingin orang lain menerima keberuntungan yg sudah ia peroleh dari Xiao Zhan.

Wang Yibo perlu menegakkan keadilan untuk sang istri. Jika Xiao Zhan dengan mudah bisa memaafkan sipelaku, dan melupakan  perbuatannya, maka Wang Yibo tidak bisa, ia tidak bisa melepaskan sipelaku semudah itu. Minimal, ia harus tiga kali lipat merasakan apa yg sudah ditanggung oleh istrinya ini.



Tbc.
Sorry for typo.

MBA (Ongoing)Where stories live. Discover now