"Selama ini kami diam, karena kami ingin melihat ... Apa mereka akan menyesal karena telah menyakitimu dan membuang mu seperti barang tidak berguna. Sama seperti mereka membuang Elvias. Kakak mu." Lanjut pemuda itu di dalam hati.

Sebenarnya, apa yang terjadi dengan masa lalu itu hingga membuat satu keluarga ... hancur. Dan membuat anak tidak berdosa yang harus menanggung akibatnya.

"Bullshit! Mereka hidup dengan tenang, menghirup udara dengan bebas. Tetapi mereka tidak memikirkan satu anak yang mati-matian menyakinkan dirinya untuk tidak berakhir di tangan sendiri! Akibat ulah mereka. Anak ini .. harus hidup di bayang-bayangi rasa ketakutan yang besar! Trauma yang setiap saat selalu muncul! Mental rusak yang kapan saja bisa merenggut kewarasannya—

—Dan mereka ... Yang membuat anak ini berada di ambang mati lebih baik daripada harus bertahan. Malah hidup di luar sana dengan bahagia tanpa rasa bersalah. Bukannya itu tidak adil!?" Suara Shi mulai bergetar, butir-butir air bening luruh berjatuhan dari kedua netra semerah darahnya yang sejak tadi bersaput halimun.

Rezvan mengusap sudut mata Shi, namun lengannya segara di tepis dengan kasar oleh Shi.

TIDAK! Shi tidak boleh lepas kendali. Balas dendam ini, harus segera berakhir saat ini juga.

Shi mengusap kasar lelehan air mata dari pipinya, menggunakan punggung tangan. Berjalan keluar meninggalkan kedua pasangan ayah dan anak itu yang masih berdiri mematung.

Saat tepat berada di depan pintu, Shi menghentikan langkahnya karena mendengar seruan Carlos.

"Saya tidak mengizinkan mu untuk mengotori tangan putra saya!"

"Tuan, tangan ini memang sudah kotor. Tangan ini sudah berkali-kali berusaha untuk membunuh pemiliknya." Shi berkata tanpa membalikkan tubuhnya, Alter ego itu mencengkram erat handel pintu hingga urat-urat di tangannya yang putih halus terlihat jelas.

***

Shi sedang berada di sebuah gedung, dengan mengenakan pakaian serba hitam. Di sekelilingnya pun, banyak orang-orang yang berpakaian sama seperti dirinya. Di tangan mereka, masing-masing memiliki senapan.

Seorang pria merengkuh pinggang ramping Alvias—Shi, dengan manja. "Are you ready, darling?"

Shi menatap pria itu sinis, lengannya menyikut perut si dominan hingga kepala si dominan sedikit membungkuk, dan lengannya memegangi perutnya sendiri. Shi menyikut perutnya tidak main-main sakit nya.

"Menggelikan! Jangan lakukan itu brengsek! Aku bukan Alvias."

Pria itu mengangkat wajahnya, lalu tertawa. "Aku tau .. Mohon kerjasamanya Shi." Menepuk pundak Shi sebanyak tiga kali.

Pria itu Jhonatan Radea Immanuell. Antagonis utama dari cerita Novel 'Key Ours'. Musuh keluarga De Orlando. Orang yang menculik protagonis utama wanita, dan pembunuh figuran yang tubuhnya saat ini di tempati oleh Alvias.

Bagaimana bisa Shi bertemu dengan Jhonatan? Mari kita Flashback.

Flashback!

Saat itu Shi sedang berada di taman rumah sakit, masih dengan mengenakan pakaian rumah sakit dan tanpa alas kaki.

Shi duduk di bawah pohon, Alter ego itu berkali-kali memanggil nama Alvias dari alam bawah sadarnya. Akan tetapi tidak ada jawaban, membuat Shi khawatir.

'Bub, aku mohon .. jawab aku. Kamu baik-baik saja 'kan di sana? Maaf, aku memaksa keluar tanpa seizin dari mu. Padahal aku sudah berjanji tidak akan keluar jika bukan kamu sendiri yang mengizinkan. Bubub pasti kesakitan, maaf atas kelancangan Shi, bub.'

Perasaannya bimbang pada saat itu. Jika dia tidak memaksa keluar, kemungkinan Alvias bisa mati. Dan Shi tidak akan membiarkan hal itu terjadi, untuk yang ke dua kali nya.

Shi memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan. Suara isakkan kecil mulai terdengar.

'Bub, Shi akan ... membunuh mereka. Itu janji Shi. Saat Bubub sudah bangun nanti, jangan .. membenci Shi, ya? Hic...'

Shi mengangkat sedikit wajahnya dan hanya memperlihatkan mata saja, terlihat kedua mata itu memerah.

Pupil Shi bergerak liar, kedua mata semerah darah sang Alter ego menatap tajam suatu objek, seseorang yang berjalan mendekati nya.

Orang itu berdiri di hadapan Shi, dan mengulurkan tangannya. Shi hanya menatap uluran tangan itu tanpa minat.

"Ikut lah dengan ku. Aku bisa membantumu untuk menghabisi mereka."

"Aku mempunyai banyak informasi tentang mereka. Termasuk putra ke tiga nya yang di buang karena permintaan seorang gadis kecil."

Orang itu terkekeh kecil, saat Shi menarik kerah jas yang di kenakan oleh nya.

"Kau! Apa mau mu!?"

"Oh? Calm down, dude. Di sini aku benar-benar hanya ingin membantu mu. Tidak ada maksud lain. Percayalah."

Kedua mata Shi memicing tajam, "Bagaimana bisa aku memercayai mu?"

"Perawat itu, dia ada pada ku. Aku menggali informasi dari nya, dia hanya di suruh oleh seorang gadis. Dan untuk racun itu, kau pasti tau siapa dalangnya." Balas orang itu santai.

Shi melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju orang itu, memijat pelipisnya pelan. Masalah ini benar-benar membuat nya pusing.

"Kau tau .. aku bukan Alvias?" Tanya Shi

Orang itu terdiam sejenak. "Ya, aku tau semua tentang Alvias. Namamu Shi bukan? Kepribadian Alvias yang lain."

"Seberapa jauh kau mengetahui nya?" Shi terlihat gusar, jangan bilang orang ini tau jika Alvias asli sudah meninggal dan jiwa nya di gantikan oleh jiwa lain.

"Aku bisa menjawabnya .. tapi jika kau bersedia untuk bekerjasama." Orang itu memberikan senyuman yang membuat Shi jengkel. Bukan ini jawaban yang dia inginkan!

Shi menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Haruskah?

Shi mendongak, menatap langsung pada kedua mata orang itu. "Baik, aku akan ikut bersamamu. Jika semua ini sudah berakhir. Beritahu aku apapun yang kau ketahui." Ucap Shi tegas.

"Tentu! Perkenalkan, namaku Jhonatan Radea Immanuell. Kau bisa menggunakan ku sesuka hati mu, Shi."

***

Ngerti ga? Parah si klo ga ngerti ヽ(・ˇ∀ˇ・ゞ)

destroying the grooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang