23. Teh Talua

105 38 2
                                    

Menyenangkan, ya ...

Menyenangkan sekali piknik sore ini. Di bawah pohon sakura yang sedang dalam mode meranggas, Felix dan Ela duduk bersama.

"Gimana kalau pacar aku nanti marah gara-gara aku jalan berdua sama kamu?" Ela menggigit bibir.

Ela adalah teman yang menyenangkan, kecuali saat ia lupa pacarnya sudah meninggal. Felix menghela napas. "Izin, lah," tanggap lelaki itu. "Aku juga nggak mau dikira rebut cewek orang."

"Oh, iya. Benar juga." Gadis yang kali ini membiarkan rambutnya tergerai itu membuka ponsel. Air mukanya berubah. "Felix, pacarku kan sudah meninggal ...."

Setidaknya, sekarang Ela sudah tidak di fase histeris ketika teringat hal itu. Felix tersenyum teduh. "Benar. Dan kamu boleh terus menyimpannya di kepala, kok. Tapi, jangan lupa berdamai dengan kenyataan, ya?"

Seharusnya, kalimat terakhir itu Felix tujukan untuk dirinya sendiri.

"Omong-omong, aku bikin teh talua, nih. Basically kayak STMJ tea version, tapi nggak pakai madu dan pakai susu kental manis, sih." Lelaki berkulit sawo matang itu mengeluarkan termos kecil dari tasnya. "Mau coba?"

Minuman itu sudah Felix taburi bubuk perasaan. Tidak sebagus yang ada di Dapur Ajaib maupun Kafe Rahasia, jelas, tapi ia termasuk grade A di supermarket. Seharusnya bisa bekerja dengan baik untuk menenangkan hati.

Ela mengangguk. "Senangnya punya teman jago masak." Dia tersenyum lebar.

Mirip sekali dengan apa yang pernah Liz ucapkan. Hati Felix rasanya seperti diremas kencang.

Tema: lanjutkan cerita dari kalimat terakhir di cerita hari ke-5.

Tea Time Stories - Daily Writing Challenge NPC 2024Where stories live. Discover now