#20 Jadilah Pacarku

28 6 0
                                    

Cia menutupi kepala dengan kupluk hoodie sambil berjalan mengendap-endap. Di dalam rumah sudah tidak terlihat Chayra atau Bundanya. Ia mendengar sayup-sayup percakapan di dalam kamar Chayra.
Posisinya benar-benar aman sekarang.

Gadis itu berjalan mengambil buah apel di dalam kulkas dan pisau berencana memakannya di kamar.

“Baru pulang?” Chayra berdiri di samping kulkas.

“Hm. Baru pulang,” jawab Cia santai.
Chayra yang melihat pelipis gadis itu pun menekannya sedikit kuat membuat Cia hampir berteriak.

“Lo kira nggak sakit, hah?!”

“Oh, kirain nggak. Ngelakuinnya aja keliatan seneng.” Cetus Chayra membuat Cia menggeram kesal.

“Kamu tahu ini?” Chayra mengangkat kotak hitam di tangannya.

Cia menatap kotak itu kemudian mengangguk. “Itu kotak. Warnanya hitam.”

“Kamu yang tukar ini kan? Mana yang asli?”

“Apa sih Kak, guegatau apa-apa. Jangan tambah pusing deh.” Cia memijit kepalanya mencoba tak menatap Chayra. “Lagian buat apa gue otak atik barang lo?”

Kakaknya itu hanya diam. Ia memberikan syal buatan Bundanya. “Dari Bunda.”

Dengan ekspresi datar Cia menerima benda itu. “Pasti lo yang minta kan?” tebaknya tanpa dijawab oleh Chayra.

“Udah, gue mau tidur. Capek. ”Ia berjalan meninggalkan Chayra kemudian berlari menuju kamarnya.

Chayra sendiri hanya menghela nafas. Sudah bisa dipastikan Cia yang menyembunyikan kotak itu.

...

“Sebetulnya Ibu setuju saja, Chayra santriwati yang berprestasi disini, berakhlakul karimah dan menjadi contoh baik bagi adik-adiknya,” Bu Nyai berpendapat saat Gus Rafka bertanya apakah bisa merencanakan pertunangan dengan Chayra.

Senang? Tentu saja. Gus Rafka menunduk sambil tersenyum sendiri.

“Hanya saja, sebagai Gus di pondok pesantren ini, harusnya dengan yang sekufu.” Opini Nyai Najmi.

Kepala Gus Rafka sontak terangkat, “Ibu bisa pikirkan lagi. Saya hanya ingin memperistri Chayra seorang.”

“Tidak harus Ning, tidak harus santriwati, asal ilmu agamanya baik, maka nikahilah.” Kyai mengucapkan keputusannya. Pikirnya, Rafa sudah menjadi lelaki dewasa yang pasti bisa bertanggungjawab dengan kehidupannya.

Mata lelaki itu berbinar menatap Ayah dan Ibunya. Berkata demikian, artinya pertunangannya dengan Chayra direstui.

“Alhamdulillah!”

“Tapi Ibu mau kamu carilah nasab perempuan itu dan nikahi dia dengan identitasnya yang asli.”

Tinta hitam menari di atas kertas, tangan lentik itu bergerak menuliskan kalimat. Pikirnya dengan menulis semua kenangan di tempat ini, Aina tidak akan melupakan masa-masa yang berkesan itu di hari tuanya. Ia ingin selalu mengingat semua. Sudah beberapa hari berlalu, dan detik ini Aina ingin menyelesaikan semuanya. Menyimpan rahasia yang akan selalu bersembunyi pada dirinya. Sampai batas akhir kemampuannya.

“Assalamualaikum Ning Shinta!” setelah pintu diketuk tiga kali, Aina masuk ke dalam rumah Ning Shinta.

Ada Gus Rafka juga disana.Mata mereka bertemu sebentar sebelum Aina menundukkan kepala.

“Saya sengaja mengumpulkan kalian disini.” Ning Shinta berucap memulai percakapan.

Gus Rafka menatap Kakaknya dan Aina bergantian. Dalam beberapa detik ia menangkap maksud Ning Shinta.

EFEMERAL [ 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ]Where stories live. Discover now