bab 12

18 2 0
                                    

Kringg.....

Bel istirahat berbunyi Sagara dan Bara langsung berjalan menuju kelas Naka dan Dion, mereka dengan sabar menunggu di depan kelas sampai guru yang sedang mengajar itu keluar.

Sedangkan Naka dan Dion yang duduk di bangku belakang hanya memainkan pulpen dan menggambar tidak jelas di bukunya sambil menahan rasa ngantuk, mereka sudah berusaha agar tidak tidur di kelas bagaimana pun juga mereka harus menghargai guru yang sedang memberikan ilmu pada mereka.

Apalagi materi yang dijelaskan guru itu bahkan sudah mereka kuasai sepenuhnya berkat mengikuti pelajaran tambahan dari guru terbaik yang didatangkan keluarga mereka dari luar negeri.

Naka dan Dion memiliki guru privat yang sama yang akan secara bergantian datang ke mansion mereka sesuai jadwal. Tak jarang juga mereka berdua belajar secara bersama di mansion salah satu dari mereka.

Saat guru itu keluar setelah memberika tugas, mereka langsung berdiri dan berjalan menghampiri Sagara dan Bara yang sudah menunggu mereka di depan kelas sambil berbincang membahas sesuatu, mereka sebenarnya sedikit penasaran dengan pembicaraan dua abang kelasnya itu karena terlihat sangat serius tapi bodoh amat lah itu bukan urusan mereka.

Sagara dan Bara langsung menghentikan percakapan mereka saat melihat guru dikelas itu keluar dan diikuti Naka dan Dion yang berjalan di belakangnya.

"Mau ke kantin?" Tanya Bara saat dua bocah itu sudah berdiri di hadapannya dan dibalas gelengan oleh mereka berdua.

"Ketempat biasa aja" Ucap Dion.

Naka, Dion, Sagara dan Bara mulai berjalan ke ruangan khusus yang disediakan untuk pemilik sekolah untuk beristirahat, ya masih ingatkan  Sagara merupakan anak dari pemilik sekolah swasta ini.

Saat pintu ruangan khusus itu terbuka, Naka dan Dion langsung berlari masuk dan merebahkan tubuhnya di karpet bulu ruangan itu mereka terlalu lelah dan malas untuk bergerak sekarang ini.

"Jangan tidur disitu, kotor" Ucap Sagara memperingati.

"Syut... Diem" Jawab Dion dengan mata terpejam, apa dua manusia itu tidak bisa diam tak tau kah mereka bahwa dia sedang lelah walau hanya untuk sekedar menghirup udara.

"Hoam"

Suara nguapan dari Naka membuat Dion membuka matanya dan langsung berdiri lalu berjalan menuju kamar yang berada di ruangan itu, dan mengambil dua bantal dan satu selimut lalu berjalan lagi menuju tempatnya dan Naka berbaring tadi dan memberikan bantal itu pada Naka,

Naka dan Dion sudah kembali keposisi awal mereka tapi sekarang sudah lengkap dengan bantal dan selimut, mereka langsung mencari posisi nyaman untuk tidur, Naka tidur telentang sedangkan Dion tidur menghadap Naka sambil memeluk Naka seperti bantal guling dari samping. Naka juga tidak mempermasalahkan itu karena itu adalah hal yang biasa apalagi kalau ada khutfi mereka selalu tidur bertiga dengan posisi saling memeluk.

Sedangkan Sagara dan Bara yang sekarang sudah duduk di sofa ruangan itu hanya bisa mengelengkan kepala melihat tingkah dua bocah kesayangan mereka itu, untung saja ruangan tempat mereka berada sekarang sudah dibersihkan oleh maid suruhan Sagara.

Bara yang melihat dua orang yang berbaring itu belum tertidur sepenuhnya langsung beeniat menjahili mereka " Ra lo tau gak dimana bocah dingin dan cuek jika di depan orang lain" Tanya Bara sedikit menggoda.

"Ntahlah, dua bocah yang selalu menolak didekati orang lain itu tidur seperti bayi" Sambung Sagara tanpa mengalihkan perhatiannya dari dua bocah yang sekarang tidur di bawah kakinya itu.

"Kalau yang lain tau tingkah mereka yang asli pasti seru" Sambung Bara namun tidak di tanggapi mereka sepertinya Dion juga sudah benar-benar tertidur pulas "bocah yang banyak di sukai para gadis itu ternyata tidak sedingin yang mereka lihat, nyatanya mereka adalah bocah nakal yang tidak bisa diam" Sambungnya.

"Kau benar" Sahut Sagara sambil menghidupkan sebatang nikotin yang diambilnya dari atas meja, Sagara mulai menikmati rasa nikmat dari nikotin itu sambil memejamkan matanya lalu menghembuskan asap itu ke udara.

"Berhentilah merokok di dekat mereka!! " Ucap Bara dengan nada memperingati.

Mendengar ucapan dari Bara yang merupakan sepupunya itu, membuatnya langsung mematikan nikotin yang baru sekali dihisapnya itu, "gue jadi rindu sama bocah nakal kita yang satu lagi itu"

Naka yang dari awal hanya menutup matanya dan mendengarkan percakapan dua abang kelasnya itu  langsung membuka matanya saat mendengar kalimat terakhir dari Sagara. Naka langsung mengambil ponselnya yang berada di samping bantal lalu mencari sesuatu disana namun setelah beberapa saat Naka mematikan ponselnya dan duduk menatap Sagara dan Bara.

"Kenapa?"

Naka tersenyum sambil menujukan deretan gigi putihnya sebelum menjawab pertanyaan Bara.

"Pinjam HP bentar"

"Buat apa? ".

"Nelpon" Jawabnya sambil mengarahkan tangannya kedepan Bara dan Sagara " Biaya panggilan keluar Negeri mahal" Sambungnya lagi membuat mereka memutar matanya malas.

"Apa keluarga Rahandika sudah jatuh miskin karena lo yang jadi pewarisnya" Sarkas Bara.

"Sekate kate kalau ngomong, kekayaan keluarga gue gak akan habis semudah itu" Jawabnya tak Terima.

"Walau gue boros sekalipun tujuh turunan jugak gak bakal habis harta keluarga gue, apalagi gue SATU SATUNYA pewaris semua kekayaan mereka" Sombongnya dengan menekan kata satu satunya.

"Lagian kalau ada yang geratis kenapa harus bayar, itu juga satu langkah untuk sukses"

"Kalau ada 10 oorang yang sifatnya sama macam lo, hancur Indonesia" Ucapnya sambil memberikan ponsel bermerek apel cacat keluaran terbaru itu pada Naka.

Naka lansung mencari nomor khutfi lalu menekan tombol pangilan. Namun sudah beberapa kali pangilan itu tidak dijawab membuatnya kesal  dan membalikan ponsel itu ke pemiliknya, kemudian kembali berbaring untuk melanjutkan acara tidur siangnya.

Setelahnya ruangan itu menjadi sunyi, Sagara dan Bara mengambil laptop mereka yang berada di ruangan itu setelah memastikan Naka benar-benar tertidur, lalu mulai sibuk dengan urusan masing-masing dengan laptop di pangkuan mereka.

BRAk...

Suara pintu dibuka dengan tidak santainya membuat Sagara dan Bara menatap tajam sang pelaku, untung saja dua bocah itu tidak terbangun, sedangkan sang pelaku hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena sedikit takut dengan tatapan dua orang itu.

"Santai bos biji matanya mau keluar itu, kan gak lucu kalau tiba-tiba copot" Ucap Satria sambil menunjukan deretan gigi rapinya.

" Diamlah!" Ucap Sagara dengan nada dingin dan diangguki patuh oleh Satria dan anggota Aodra yang mengikuti dibelakangnya.

Mereka berjalan masuk dan ruangan itu sekarang sudah hampir terisi penuh oleh para anggota Aodra, mereka semua hanya diam tanpa berbicara sepatah katapun sepatah kata pun karena takut mengganggu tidur nyenyak dua bocah yang ada di karpet bulu itu, apalagi mereka sudah sangat hapal kalau tidur Dion terganggu maka moodnya akan sangat buruk seharian.

mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing ada yang bermain ponsel, mengerjakan tugas dan banyak juga yaang mencari tempat nyaman untuk tidur. Tak beda jauh dengan Satria yang langsung berbaring disebelah kiri Naka sambil menopang dagunya dengan tangan.

EunolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang