Sulaiman menyusut air mata Aiza. "Kamu terima Mas apa adanya, dengan semua kekurangan dan masa lalu Mas yang kurang baik. Lalu apa salahnya kalo Mas lakukan hal yang sama buat kamu? Kamu sempurna, Ai. Jangan pernah berpikir aneh-aneh ya? Mas cinta sama kamu." Lanjut Sulaiman lalu mengecup pipi Aiza.

Aiza malah semakin menangis mendengarnya. Sulaiman kembali memeluk Aiza dan mengusap kepalanya pelan.

"Mas cinta kamu, Aiza."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
----✦----

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Sulaiman masih menjaga Aiza sendirian, dia menyerahkan urusan pekerjaannya kepada Tio dan timnya. Siang ini, setelah sholat dzuhur dan menyuapi Aiza. Sulaiman berniat untuk keluar sebentar membeli kopi. Saat keluar ruang rawat, dia melihat ibu dan Ibrahim di koridor.

"Kok ga masuk? Kenapa diam di sini?" Tanya Sulaiman setelah menyalami ibunya.
"Anak kamu ga mau masuk. Takut katanya." Ibu menunjuk Ibrahim yang cemberut.

Sulaiman berjongkok, melepaskan tas kecil di punggung Ibrahim.

"Takut kenapa? Katanya kangen sama Ibu Ai? Ibu Ai tunggu Ibrahim lho dari kemarin." Sulaiman mengajak Ibrahim untuk berjalan ke ruang rawat. Tapi, Ibrahim melepaskan tangan Sulaiman.

"Kenapa hm? Ibrahim takut apa?"

"Ayah huhuhu." Ibrahim langsung menangis, Sulaiman langsung menggendong dan menenangkannya.
"Kenapa nangis? Ibrahim takut di rumah sakit?"
"Iblahim takut Ibu huhuhu."
"Takut kenapa? Ibu ga gigit."

Ibrahim memukul bahu Sulaiman. Sulaiman tersenyum menyusut wajah Ibrahim. "Kenapa hm?"

"Kalo Ibu pelgi lagi gimana hiks... Iblahim takut Ibu pelgi kalena Iblahim nakal hiks.. Iblahim udah bilang benci Ibu hiks.."

Sulaiman menghela napas, "Ibu ga akan pergi lagi. Makanya Ibrahim masuk dulu, minta maaf sama Ibu ya. Waktu itu kan udah Ayah kasih tau. Kalo Ibu pulang, Ibrahim harus minta maaf sama bilang kalo Ibrahim sayang sama Ibu."
"Kalo Ibu malah gimana huhuhu."
"Ibu ga marah, Ibu kan baik. Ayo masuk dulu."
"Sebental hiks.."

Sulaiman menurunkan Ibrahim, membiarkannya menyusut wajah sendiri lalu Ibrahim menggandeng Sulaiman dan neneknya untuk masuk.

"Ibu benelan ga malah kan?" Tanya Ibrahim sekali lagi,
"Engga. Ayo."

Mereka bertiga masuk. Aiza yang baru saja memejamkan mata langsung menoleh.

"Ibrahim." Panggil Aiza tersenyum dan mengulurkan tangannya.

Ibrahim malah bersembunyi di balik tubuh Sulaiman. Aiza melihat ke arah Sulaiman.

"Kenapa?" Tanyanya tanpa suara.

"Hey, lihat dulu Ibunya, katanya kangen." Sulaiman menarik Ibrahim pelan.

Ibrahim dengan pelan melangkah ke depan sambil menunduk.

"Ibrahim kenapa?" Tanya Aiza.
"Ibu.."
"Iya? Kenapa sayang?"
"Ibu maaf hiks.. Iblahim ga benci Ibu hiks.. maaf Ibu, jangan pelgi lagi hiks.."

Aiza terharu, mengulurkan tangannya dan meraih tangan kecil Ibrahim. Sulaiman menggendong Ibrahim dan membiarkannya duduk di sisi ranjang.

"Iyaa Ibu tau kok. Maaf ya udah pergi lama." Ucap Aiza sambil menyusut air mata Ibrahim.
"Iblahim sayang Ibu Ai huhuhu."
"Ibu Ai juga sayang Ibrahim."

Ibrahim langsung memeluk Aiza membuat Aiza meringis.

"Pelan-pelan peluknya, Ibu masih sakit." Sulaiman langsung menurunkan Ibrahim.
"Maaf Ibu." Cicit Ibrahim.
"Gapapa, Ibu juga kangen peluk Ibrahim, nanti kalo Ibu udah sembuh kita pelukan seharian ya?" Ucap Aiza sedikit terkekeh.

Sweet NothingWhere stories live. Discover now