22. Sayang Mas

4.8K 334 67
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSudah dua hari Aiza di ICU, setelah semua hasil tes menunjukan kondisi yang membaik, hari ini Aiza akan dipindahkan ke ruang rawat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Sudah dua hari Aiza di ICU, setelah semua hasil tes menunjukan kondisi yang membaik, hari ini Aiza akan dipindahkan ke ruang rawat. Sulaiman sudah menyiapkan semuanya, meminta ruang rawat yang nyaman, walaupun tidak sekelas vip tapi cukup untuk keluarga mereka jika berkunjung.

Sulaiman berjalan di pinggir brankar, menggenggam tangan Aiza sampai di dalam kamar. Perawat kembali menjelaskan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

"Hari ini boleh bersih-bersih ya, kalo Bapaknya butuh bantuan, bisa panggil perawat." Ucap seorang suster sambil memberikan wadah berisi air hangat dan handuk bersih. Sulaiman mengambilnya dan mengatakan akan melakukannya sendiri.

Setelah pintu tertutup, Sulaiman membuka hijab Aiza dan mulai mengelap wajahnya dengan pelan.

"Mas."
"Iya."
"Ibrahim mana? Kok ga jenguk Ai?"
"Mungkin besok, sekarang udah sore."
"Tapi Ai udah dua hari di ICU, masa ga ke sini sama sekali?"

Sulaiman menghentikan gerakannya sebentar, lalu kembali mencelupkan handuknya ke air. Benar juga, dua hari lalu Ibrahim menolak untuk pulang, tapi kemarin dan hari ini, ibu datang sendiri tanpa Ibrahim dan mengatakan Ibrahim tidak mau ikut.

"Mungkin besok, sayang. Nanti Mas telepon ya, suruh ke sini." Ucap Sulaiman diangguki Aiza.

Sulaiman mengangkat sedikit baju Aiza lalu memejamkan matanya sejenak melihat bekas luka Aiza yang belum sepenuhnya kering. Aiza langsung menurunkan bajunya membuat Sulaiman menoleh.

"Ga usah." Ucap Aiza pelan.
"Kenapa?"

Aiza menggeleng lalu memalingkan wajahnya, "Mas jijik ya?"

"Engga, kenapa harus jijik?" Sulaiman kembali membuka baju Aiza dan mengelap perut atas dan tubuh bagian atas.

"Mas sedih, bukan jijik. Mas ga bisa bayangkan gimana sakitnya kamu waktu itu. Maaf, Mas ga bisa temukan kamu." Sulaiman lalu menunduk dengan mata yang berkaca. "Maaf, Ai. Mas gagal jadi suami yang baik."

Sulaiman kembali mengancingkan baju Aiza dan memasangkan hijabnya dengan pelan, membenarkan posisi bantal agar Aiza lebih nyaman.

"Mas." Panggil Aiza mengulurkan tangannya, Sulaiman menerima ukuran tangan Aiza lalu duduk di sisi ranjang.

"Dia.. dia sentuh Aiza Mas hiks.." Ucap Aiza lalu menangis. Sulaiman memajukan tubuhnya dan memeluk Aiza.

"Maaf sayang. Maaf."
"Dia pegang pegang Aiza, Mas. Dia hiks.. Mas hiks.. maaf. Aiza ga bisa jaga diri hiks.."

Sulaiman menggeleng pelan, "kamu ga salah. Jangan minta maaf."
"Maaf hiks.. Mas boleh cerai-"

Sulaiman langsung mencium bibir Aiza dan menghentikan ucapannya. Aiza terus menangis sambil memegang lengan Sulaiman. Setelah beberapa detik, Sulaimam menjauh.

"Mas udah tersiksa kehilangan kamu sebulan kemarin, kamu mau siksa Mas lebih dari ini dengan minta cerai?"
"Bukan gitu hiks.."
"Kalo gitu jangan pernah ngomong kaya barusan. Kejadian kemarin sepenuhnya salah penjahat itu. Kamu ga salah Ai. Dan mungkin sebagian salah Mas karena lalai jaga kamu. Jangan pernah minta sesuatu yang ga akan pernah Mas kabulkan."

Sweet NothingOn viuen les histories. Descobreix ara