1. Kekacauan

45 6 3
                                    

Started Publish: Senin, 1 April 2024.

Up awal bab di awal bulan 🌚
Katakan halo~

Up awal bab di awal bulan 🌚Katakan halo~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Di tengah malam buta menginjak dini hari, waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dan tidur lelap dalam kehangatan selimut, mansion besar keluarga Rattanakosin berada di ambang kehancuran.

Dinginnya udara telah berubah menjadi panas dari api yang membara, melalap jengkal demi jengkal setiap bangunan kokoh itu. Membakar dinding berbahan kayu berkualitas tinggi, mengantarkan sensasi terpanggang, dan asap segera membumbung ke langit.

Suara derap langkah kaki terdengar di sepenjuru tempat, seolah-olah berkejaran satu sama lain, diiring rintihan dan jeritan tertahan. Panah-panah tajam yang telah dilesatkan menancap, entah di tanah, dinding, atap, atau tubuh manusia menjadi korban.

Kegelapan malam menjadi terang benderang oleh cahaya merah dan kabut asap, menciptakan kengerian di antara orang-orang yang ingin menyelamatkan diri.

"Hampir semua bangunan telah terbakar, untungnya paviliun ini berada cukup jauh."

Dari semua tempat yang dipenuhi kericuhan, hiruk-pikuk, dan rintihan menemui kematian. Di dalam sebuah ruangan remang-remang, suara seseorang terdengar, lembut tapi sarat akan rasa mendesak.

Dua siluet berdiri berhadapan setelah menutup pintu rapat, sama-sama mengatur napas yang memburu. Mengisolasi diri dari kekacauan di luar, tak banyak suara bisa masuk, cukup tenang dan gelap.

Di dalam ruangan, pencahayaan berasal dari pancaran lilin di sisi dinding, juga cahaya dari kobaran api di luar yang berhasil menerobos masuk lewat tirai jendela dan ventilasi.

"Paman benar-benar berniat membunuh kita semua malam ini, sangat kejam. Setelah bertemu Ayah nanti, aku akan menceritakan semua yang terjadi malam ini." Seseorang lainnya balas bergumam, antara gelisah dan kesal di keremangan suasana.

Dilihat lebih teliti, dua sosok itu memiliki rupa seiras, seperti bayangan cermin yang berdiri sejajar, kecuali pakaian sebagai pembeda.

Salah satunya mengenakan gaun tidur sutra putih gading dan syal merah muda, di kepala terikat bandana kain berwarna hijau. Sedangkan, satu lainnya dalam balutan gaun broken white berlapis vest hijau sebagai penghangat, serta syal dan bandana merah muda.

Selain pakaian, perbedaan juga ada pada warna kulit, gadis berompi hijau di sisi kiri memiliki kulit lebih pucat, pipi agak tirus, sorot mata sayu, dan banjir keringat di wajah. Sementara itu, gadis di sebelah kanan lebih wajar. Kulit putih bukannya pucat, memerah karena kepanasan. Napas terdengar memburu, serta keringat berkilau keluar di sejumlah pori-pori.

Mereka putri kembar Tuan dan Nyonya kediaman Rattanakosin.

Kannika Rattanakosin dan Khattiya Rattanakosin.

Noble Lady Time Travels To The Future Where stories live. Discover now