"Sayang," racau Sapphire pendek-pendek. Lalu dia tertawa karena Raven menggelitikinya. "Sayang, geli!!" Sapphire berusaha menjauhkan Raven darinya.

Raven berhenti dan menjauh dari Sapphire. Mereka saling berpandangan dengan napas memburu kasar. Wajah mereka sama-sama memerah, Raven berusaha tidak tergoda pada Sapphire yang berbaring pasrah dengan pakaian terbuka.

Bibir Sapphire bengkak dengan air saliva berceceran di areanya. Raven menunduk dan mengincar perut Sapphire. Menaikkan pakaian gadis itu dan menggelitik di beberapa bagian.

"Sayang ...," Sapphire kembali tertawa. Melengkungkan badannya dan memeluk leher Raven. "Kira pergi sekarang!" ucapnya.

"Ampun nggak?" tekan Raven galak.

"Ampun! Geli ...," Sapphire kembali tertawa lebar.

Raven berhenti mempermainkan Sapphire. Mengecup mesra perut rata gadis itu, melata ke atas. Sungguh, godaan yang tidak main-main.

Gadis itu santai saja saat bibir Raven mencapai dadanya. Bahkan membiarkan lelaki itu menggulung pakaiannya hingga leher.

Sapphire tersenyum, memainkan rambut Raven bagian belakang. Mereka saling beradu pandang, Raven sedang bertarung dengan pikirannya.

Dalam sekali entakan, dia bisa menelanjangi gadis itu. Tapi, dia berusaha tidak kalah dengan nafsu. Jika itu terjadi, hidup Raven sepenuhnya dibawah kendali Sapphire.

"Sayang," bisik Sapphire berat. Raven tahu, gadis itu pun menginginkan hal yang sama.

Dia tidak menolak saat Raven mengecup bibirnya. Sapphire memejamkan mata. Membalas ciuman Raven tidak kalah cepat.

Raven hendak berhenti, tetapi Sapphire tidak mau melepaskan kedua lengannya dari lehernya. Tubuh Sapphire yang ringan, alhasil berpindah ke pangkuan Raven.

"Kamu merasa nggak nyaman di sini?" bisik Raven serak.

"Heum," jawab Sapphire menganggukkan kepalanya.

"Mau lanjut?" tanya Raven sambil memasukkan kedua tangannya dibalik celana Sapphire. Meremas lembut dan menekan sehingga bagian bawah mereka saling menempel. Sapphire merasakan berkedut di bagian bawahnya.

"Mau,"

Raven menggeram. Sapphire tidak bisa diajak bercanda. Dia akan langsung serius dan pasrah.

Menghela napas panjang, Raven membiarkan posisi mereka tetap sama, memangku Sapphire. Menyeruakkan wajahnya pada ceruk leher Sapphire sambil menunggu dirinya tenang.

Setiap kali Sapphire bergerak untuk mencari posisi yang nyaman. Raven menahan pinggulnya. Gerakan itu jelas menyiksa Raven.

"Nanti jangan minta nginap lagi," kata Raven setelah dia mulai tenang.

"Kenapa?" tanya Sapphire mengerutkan dahi.

"Kalau bablas lebih dari ini. Sekarang aja kamu nggak nyaman."

Sapphire mengerucutkan bibirnya. Dia sudah pernah mengatakan pada Raven tentang ini. "Aku suka,"

Raven meringis, "Kamu nggak nyaman doang. Aku kesakitan."

"Masa?"

"Heum, jangan gerak-gerak."

Sapphire sengaja menggerakkan pinggulnya. Raven mengumpat dan menahan napas. Sapphire menertawakannya, memeluk Raven sambil mencium dahinya.

Raven menjatuhkan Sapphire dari pangkuannya. Segera pergi ke kamar kecil dan meloloskan bagian bawahnya yang sesak.

***

REDFLAG Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon