Bab 6: Jarak antara kita

Start from the beginning
                                    

Erwin tersenyum.

"Terima kasih."

Kemudian dia naik ke sofa. Busa mengempis karena berat tubuhnya. Selimut hangat membalutnya.

(Y/n) membuat dirinya senyaman mungkin dalam pelukan yang diberikan oleh Erwin.

Kenyamanan ini membuat (y/n) ingin menangis. Dia merasa telah mengkhianati kebaikan yang erwin berikan padanya. Dia kebingungan memilih antara cita-cita yang telah dia pupuk lama atau cinta yang baru saja dia rasakan.

Lengannya basah. Erwin terpejam, mengusao punggung (y/n) yang bergetar karena isak tangis.

"Aku minta maaf. " suara (y/n) tersendat.

"Kau tidak perlu minta maaf. Tidak ada yang salah dengan keputusanmu. Aku tidak akan marah jika keputusan itu memang yang paling kau inginkan. "

Bahkan, disituasi seperti ini Erwin tidak mementingkan perasaannya sendiri. Jika itu orang lain, pasti dirinya sudah dimaki-maki karena dianggap tidak tahu terima kasih setelah banyak ditolong.

(Y/n) mengangguk.

"Demamu turun dengan sangat cepat, Erwin-san. "

"Aku sudah bilang. Kau sudah membuatku sembuh. "

"Benarkah?"

"Hm. "

"Sungguh, mengejutkan. "

"Aku juga terkejut. "

"Bagaimana kita bertemu dan berakhir seperti ini? "

"Tidak ada yang bisa menebak takdir. "

"Takdir kita untuk bertemu. Apakah nanti kita bisa bertemu lagi? "

"Pasti. "

"Jika, tidak? "

"Sstt, aku tidak mau mendengar pertanyaan itu. Demamku akan tinggi lagi. "

"Kau cuman takut minum obat. Bukan demamnya. "

(Y/n) tertawa geli. Dia mendongak dan erwin melihatnya.

"Kau terlihat berbeda dari sini. "

Erwin membiarkan (y/n) menyentuh wajahnya. Dari mata, hidung, dan bibirnya.

"Sebuah gambar atau lukisan tidak akan pernah selesai dengan baik tanpa si pelukis jatuh cinta pada objek yang dia mau abadikan. Mungkin, abadi bagi manusia suatu hal yang mustahil. Tapi, manusia suka memberikan istilah abadi pada makhluk hidup yang umurnya panjang. Meskipun, mereka juga akan mati setelahnya."

"Terdengar puitis sekaligus menyeramkan. "

"Kehidupan memang menyeramkan. Jika kau hanya sendirian. Saat ini aku tidak melihat lagi keseraman itu. Sekarang hanya terasa seperti..."

Detak jantung yang mendominasi suara dan ciuman yang menutup kalimat (y/n).

*
*
*
Kartu menempel. Mesin berbunyi. Gerbong terbuka. (Y/n) masuk disusul Erwin yang ikut mengantarkannya distasiun shibuya.

Dipagi haripun, stasiun tetap ramai.

"Kau tidak perlu ikut sampai tap kartu, erwin-san. "

"Kata mengantar menurutku, berarti menemanimu sampai kau masuk ke kereta."

Mereka duduk dikursi, menunggu kereta yang jadwal datang lima belas menit lagi.

"Bagaimana denganmu? " (y/n) bertanya.

"Aku sudah jauh lebih baik. "

"Aku rasa belum. "

"Kenapa? "

a calm love. (ErwinxReader)✔️Where stories live. Discover now