two

289 19 2
                                    

Tepat setelah acara pernikahan selesai menit itu juga pak biyan menghembuskan nafas terakhirnya.

Katanya cinta pertama anak perempuan itu adalah 'Ayah' dan Salsa akui itu memang benar. Ketika kita kehilangan ayah itu bukan hanya kehilangan seseorang tetapi juga kehilangan sosok yang paling berpengaruh dalam hidupnya, kehilangan orang yang selama ini diharapkan menjadi tempat pulang, jadi tempat  untuk mendapatkan lagi semangat hidup, tempat untuk mengadu, tempat untuk meminta dukungan dan segala macem.

Tiba-tiba semuanya hilang.

Tangaisan Salsa semakin pecah mengingat ia telah ditinggal kan dua sosok paling berharga dalam hidupnya.

"Labib..." Panggil pak biyan, menepuk belakang pundak putra nya.

Setelah acara pemakaman dari sore hingga di lanjut Yasin an dan Tepat pukul 9 malam acara itu selesai.

Para saudara dari kedua belah pihak datang termasuk Nina- istrinya faiz dan uminya labib. Sebenarnya ia sangat ingin menyaksikan pernikahan putranya namun waktu perjalanan yang cukup lama membuatnya hanya bisa menonton lewat video yang suaminya kirim dan saat perjalanan pulang wanita itu mendapatkan berita yang membuatnya semakin buru-buru ingin pulang.

Kini kedua pria berdiri di atas balkon kamar tamu.

"Tidak menemui istrimu?"

Labib membuang nafas kasar "bi, apa Salsa bakal menerima saya?"

"Kenapa tidak? Kau cinta pertama nya" jawab pak biyan dengan sedikit godaan.

"Ck! Saya tidak bercanda"

"Ouh benar putra ku memang tidak bisa diajak bercanda. Tapi ucapan abi mu ini benar bukan?" Godanya kembali.

"Segala sok-sok an ngehindar padahal setiap malemnya minta sama Allah biar dijodohin" ucapnya lagi sambil tertawa kecil.

"Itu namanya jalur langit!"

Pak biyan mengangguk "Setelah mendapatkannya, mau kamu anggur-in, hm?"

Telinga pria itu semakin merah, ia juga sedikit kesal pada abi nya yang selalu menggoda nya seperti itu! Labib membalikkan badan dan berjalan keluar dari kamar.

"mau kemana?"

"Menemui istriku" 






ෆෆෆෆ





Sudah 3 menit pria itu berdiri di depan kamar milik istrinya dengan tangan yang selalu ingin mengetuk pintu tapi tidak jadi.

"Bib, kenapa gk masuk?" Suara lembut itu masuk kedalam telinga nya.

"Umi"

Nina-uminya berdiri dihadapannya dengan membawa makanan dan segelas air putih.

"Kenapa gk masuk?"

"Em.. itu-"

"Putramu terlalu pengecut sayang~" lagi-lagi suara itu datang membuat Labib mendengus kesal.

Nina melihat suaminya yang berjalan ke arahnya.

"Salsa belum makan?" Tanyanya pada sang istri.

"Belum ini aku mau-"

"Biar putramu saja yang memberikannya" ucapnya sambil memindahkan nampan yang berisi makanan dari tangan istrinya ke tangan putranya.

Dia LabibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang