13 Februari 2024

456 129 110
                                    

|| Day 13 | E-Jazzy ||

Tema:
Buatlah cerita dengan tema, "Dinosaurus."

|| 644 Words ||

|| Indigenous - Cerita Lepas ||

|| Indigenous - Cerita Lepas ||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T-Rex itu overrated. Tiap kali ditanyai apa jenis dinosaurus yang mereka ketahui, orang-orang akan langsung menjawab, "T-Rex!"

Nih, ya—kukasih bukti.

"Safir!" Kutendang kursi di depanku, membuat sang ketua kelas berbalik jengkel.

"Harus banget pakai nendang kursi, Magen?"

"Iya, nanti aku minta maaf, tapi jawab dulu." Kuacungkan satu jariku. "Sebutkan satu jenis dinosaurus. Enggak usah pakai mikir—cepat!"

"Triceratops," ujarnya seketika, seolah-olah ini ujian nasional dan bukannya pertanyaan random dari teman sekelasnya. "Archaeopteryx, Thalassomedon, Velociraptor, Amygdalodon, Gastonia, Pterodactyl—"

Aku menyetopnya. Kesalahan besar aku bertanya ke anak paling teladan seprovinsi. Aku cuma minta satu, dia nyaris membuat almanak tentang dinosaurus. Dia bahkan menyebutkan nama-nama yang tidak kuketahui keberadaannya sebelum ini. Jelas sekali orang macam Safir tidak akan menyebut nama pasaran seperti Tyrannosaurus rex. Yang kemudian membuatku tersadar ....

"Kau enggak menyebutkan nama-nama yang berakhiran rus sama sekali, ya," tudingku, membuat Safir membuang muka seolah sudah kupergoki berbuat kriminal. Kutowel-towel kepala belakangnya. "Ini cuma obrolan sambil lalu, enggak usah dianggap serius, Fir. Menyebutkan nama paling langka atau dinosaurus yang belum ditemukan sekali pun enggak bakal bikin kamu dapat nilai tambahan."

Safir tidak mengacuhkanku lagi. Sepertinya dia mengambek. Padahal ketua kelas kami ini tergolong punya kesabaran dan kelapangan dada seluas stadion sepak bola. Sayangnya, khusus untukku dan Nila, luas stadion itu menciut jadi lapangan futsal.

Hmm, tadi aku sedang membicarakan apa, ya?

Oh, dinosaurus! Selalin T-Rex yang sudah pasaran!

"Nil!" Aku menggebrak meja. Teman sebangkuku yang sedang terlelap karena ini jam kosong seketika terbangun seolah kena setrum. "Sebutin satu jenis dinosaurus! Enggak usah mikir—cepat!"

Nila loading sebentar.

Ketika dia akan membuka mulutnya, aku mendahuluinya, "Awas kalau kau menyebut Barney & Friends."

Nila mendengkus. Matanya masih memejam mengantuk. Lalu, sembari membuka matanya malas, dia menjawab, "Thesaurus."

"Itu kamus."

"Taurus."

"Itu gugus bintang."

"Uranus."

"Planet." Sebelum dia bicara lagi, aku memotong. "Kalau kamu menyebut alveolus, kakus, usus, tadarus—mending enggak usah jawab. Enggak semua yang berakhiran us bikin kosakata itu jadi nama dinosaurus."

"Ayo kita ribut aja, Magen."

Kulambai-lambaikan tanganku, memberinya tanda dia boleh balik tidur, tetapi mata Nila tampaknya sudah merajuk dan telanjur melek. Aku mencondongkan badan dan menjentik telinga Abu sampai anak itu menoleh jengkel.

"Bu, sebutkan satu nama dinosaurus—"

"Ora urus," jawabnya sengit.

Nila mengerjap. "Nama dinosaurus apa itu?"

Abu ikut mengerjap. "Yang barusan kusebut sungguhan nama dinosaurus?"

Salah semua! Tidak ada yang waras di kelasku!

Begitu jam istirahat tiba, aku berderap ke kelas lain, lalu mencari Zamrud. Gurunya baru saja keluar, jadi aku meminta salah satu anak kelas itu untuk memanggilkan Zamrud yang masih di dalam.

"Apa, Magen?"—Gara-gara Nila, semua orang memanggilku Magen belakangan ini.

"Sebutkan nama dinosaurus—cepat! Jangan pakai mikir!"

Dia pakai mikir. Meski agak lamban, akhirnya Zamrud menjawab, "Brontosaurus? Tyrannosaurus Rex—"

"Aha!" Jari telunjukku nyaris menusuk hidungnya. Zamrud sendiri langsung terlompat mundur, kaget sekaligus waswas, seakan-akan aku habis menuduhnya memakan ternak warga. "Akhinya! Makasih, Zam!"

Tuh, 'kan? T-Rex itu itu overrated. Ada banyak sekali nama dinosaurus. Megalosaurus, Micropachycephalosaurus, Noasaurus, dan banyak lagi. Kenapa orang-orang selalu menyebutkan T-Rex yang paling pasaran? Apakah sesuatu yang tirani, kasar, dan pemakan daging memang lebih gampang diingat? Sampai-sampai ia jadi logo film terkenal—

"Magen." Zamrud menginterupsi narasiku, padahal rant-ku belum selesai. "Kamu jauh-jauh ke kelasku buat tanya itu doang? Apa kamu ini ... tadi lagi melamun dan kepikiran hal random tentang dinosaurus? Terus, karena enggak bisa dapat respons yang pas dari Nila atau Safir, kamu datang ke sini mencari respons yang benar?"

Aku menyengir sambil menggertak-gertakkan gigi. "Enggak, kok. Tadi itu buat ... penelitian."

"Penelitian apa? Di sekolah kita enggak ada penlitian macam itu, tuh."

"Tugas," kataku lagi. "Biologi."

"Kamu kelas IPS."

"Biologi kelasmu," kataku. Zamrud mengangkat kedua alisnya mendengarku, jadi aku meneruskan bualanku. "Iyap! Biologi kelasmu! Kemungkinan minggu ini—cepat, sana, belajar tentang dinosaurus!"

Zamrud terbirit-birit masuk kelasnya dan mulai mencatat ke buku catatannya, mungkin untuk mengingatkan dirinya membeli almanak dinosaurus sepulang sekolah. Kepolosan dan keimutan cowok itu selalu bikin takjub.

Sebutkan nama karakter Indigenous (selain entitas) yang bukan nama warna! Cepat! Jangan pakai mikir!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebutkan nama karakter Indigenous (selain entitas) yang bukan nama warna! Cepat! Jangan pakai mikir!

Next>>> 14 Februari 2024

'-')/ Pencet bintang di bawah ini takkan bikin jari Anda hilang

OracularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang