XV [Unexpected]

12 3 0
                                    

An: Hikssss maap ya baru up. Saranku kalau udah lupa bisa baca bab sebelumnya juga ya

Happy reading<3

*

Hari biasa yang bosan (menurut Juan) atau setidaknya sudah tiga hari setelah Juan kembali ke dunianya.

Juan rasa ia sudah di fase parah, merindukan gadisnya itu.

"Ify, kemarin sedikit....berantakan" Juan bicara pada diri sendiri, menghela napas.

Kemarin adalah malam bulan purnama, dan emosi Juan sangat tidak stabil hingga ia menyebabkan kerusakan di dalam kamarnya.

Bibinya memakluminya, lebih baik daripada Juan mengamuk di luar rumah.

Tapi berkat Juan, Lydia dan putrinya itu tidak bisa tidur semalam.

Juan baru akan memejamkan matanya setelah 8 jam tidak tidur ketika seseorang berteriak.

"IDREN!" Itu suara bibinya.

Juan buru-buru keluar. "Ada apa bibi?"

"Idren...diculik," ucap Lydia sebelum ia berlari keluar.

*

Juan kira, situasi hari ini tidak bisa lebih buruk lagi.

Beberapa rumah terbakar, kaca-kaca jendela pecah, orang-orang berlarian ketakutan. Langit gelap, seolah hujan akan turun.

Benar-benar kacau.

"Permisi pak, apa yang terjadi?" tanyanya pada salah satu orang yang berlari.

"Seorang penyihir datang dan membunuh anakku....anakku satu-satunya!"

Juan menatap orang itu tidak percaya.

Juan berlarian, beberapa kali menabrak orang-orang lain yang juga sedang panik. Ia berusaha mencari Lydia dan Idren di tengah situasi seperti ini.

Tak sadar, Juan sudah berada lumayan jauh dari rumahnya. Ia sampai ke tengah kota.

Juan melihat ke atas. Seseorang memandanginya dari atas menara jam.

Menara jam kuno yang sudah berpuluh tahun itu adalah puncak tertinggi dari semua rumah-rumah dan bangunan di Plum Paradise ini.

Anehnya, Juan merasa orang itu sedang tersenyum padanya sebelum akhirnya menghilang.

Siapa?

"Juan!" Itu suara Lydia.

"Bibi! Sudah temukan Idren?"

Lydia menggeleng, napasnya terengah-engah.

"Bibi punya petunjuk. Lihatlah ini," ucap Lydia dan menyodorkan Juan sebuah gulungan kertas.

Juan membuka gulungan kertas itu. Gambar seorang laki-laki dengan jubah hitam. Wajahnya dingin. Seorang kriminal.

"Zean. Ia kabur dari penjara beberapa bulan lalu, dan ada yang melihatnya tadi malam...dia bisa saja menjadi dalang di balik kekacauan hari ini"

Juan memiringkan kepala. Ini orang yang tadi ia rasa sedang tersenyum padanya.

"Ia seorang penyihir level tertinggi. Bibi cukup yakin ia yang menculik Idren. Para penjaga sudah mengawal seluruh Plum Paradise. Sebaiknya untuk sekarang, kita ikut menjaga perbatasan."

"Apa tidak ada informasi lain mengenai dia? Tempat tinggal atau markasnya?"

"Sayang sekali, tidak ada."

"Bibi juga mendapat kabar kalau hampir semua rumah yang ditinggali ras werewolf dipenuhi gas beracun, dan gas itu memakan ratusan korban jiwa," ujar Lydia.

"Aneh...untunglah rumah kita tidak."

Juan dan Lydia menuju perbatasan Plum Paradise dan kota lain. Saat ini, mereka sudah berada jauh sekali dari rumah mereka yang berada di dekat hutan.

Mereka bertemu para penjaga di perbatasan Plum Paradise dan beberapa adalah penyihir level tertinggi. Ada juga orang-orang dari kota sebelah yang bantu mengamankan para penduduk.

Banyak yang membawa orang-orang yang terkena efek gas beracun.

Juan memandang sekeliling. Masih siang tapi langit sudah gelap, angin berhembus kencang, akan terjadi badai sebentar lagi.

Lydia sedang berbicara dengan salah satu temannya di tim penyelidik, Lexa.

"Berdasarkan informasi, sudah ada 313 korban jiwa, puluhan orang pingsan yang terus bertambah, dan tiga orang hilang dalam insiden ini..."

"Tiga?"

"Benar. Salah satunya adalah anakmu, Idren."

Lydia berpikir keras, apa motif dari menculik Idren? Anaknya itu tidak terlalu hebat dalam sihir, ia juga masih berada di level menengah.

"Kau tahu, Lydia? Anakmu dapat membaca pikiran orang lain. Dan itu hal yang langka. Hanya beberapa orang di negeri ini yang bisa melakukannya"

"Aku tahu. Tunggu dulu, bukankah hanya ada tiga orang di Plum Paradise yang kita tahu bisa membaca pikiran orang lain?"

"Ya benar. Dan ketiganya adalah... Idren Jassky, Slovia Dlocks, dan Zev Nath. Dua perempuan, satu laki-laki"

"Apa menurutmu mereka juga diculik?"

"Aku belum tahu, tapi-"

"YA! MEREKA DICULIK!" Seseorang berseru. Orang itu berlari ke arah Lydia dan Lexa.

"Vincent? Darimana saja kau?" tanya Lexa.

"Aku...men...cari....Huh. Sebentar" Ia bernapas terengah-engah. "Aku sedang mencari Zev, adikku yang juga diculik. Dan aku dengar dari orang-orang bahwa Slovia juga sama..."

"Berarti benar. Tiga orang dengan kemampuan khusus itu diculik."

"Astaga. Apa yang akan terjadi pada mereka?"

"Permisi, aku punya dugaan," ujar Juan tiba-tiba.

"Ada apa?"

"Tidak mungkin ketiga orang itu diculik dengan mudah, karena mereka bertiga adalah penyihir yang cukup kuat, jadi, sudah pasti orang yang menculik mereka harusnya seseorang yang lebih kuat dari mereka." Juan berhenti sebentar, lalu melanjutkan.

"Penyihir itu...Zean. Aku melihatnya muncul tadi. Hanya dia penyihir level tertinggi yang patut dicurigai sekarang, karena para penyihir yang selevel dengan dia sedang membuat penawar dari gas beracun sekarang"

"Kami punya semua informasi tentang kriminal itu, sayang sekali tidak ada yang tahu tempat tinggalnya atau markas, hanya ada keterangan letak markas lamanya," ujar Lexa. "Kau ingin melihatnya? Dokumennya ada di kantor kami. Hanya setengah kilometer dari sini."

Juan mengangguk. "Baiklah"

Sementara mereka berbincang, mulai hujan gerimis. Titik-titik air mulai jatuh ke tanah. Mereka bergegas ke kantor tim penyelidik untuk berteduh.

Saat masuk, mata Juan menangkap banyak sekali koran kejadian kriminal belakangan ini. Banyak bingkai yang dipajang di dinding-dinding, mulai dari penghargaan, sampai tokoh buronan berbahaya.

Di ruang tunggu, Juan duduk dan memandang keluar, ke jendela. Ada beberapa kertas di tangannya, biodata Zean -meski biodata itu tidak lengkap- dan semua pelanggaran yang pernah dilakukannya beberapa tahun lalu.

Tertulis bahwa Zean pernah menjadi dalang dari pembunuhan keluarga walikota empat tahun lalu. Ia pernah memasang peledak di stasiun kereta, beruntungnya peledak itu tidak jadi meledak.

Juan membaca paragraf selanjutnya. Kebakaran hutan enam tahun lalu, hanya untuk pembuatan markasnya.

Zean benar-benar merugikan banyak orang.

Selain penyihir yang hebat, Zean ternyata adalah seorang ilmuan. Para penjaga yang menangkapnya menemukan laboratorium rahasia, yaitu markasnya sendiri.

Juan jadi bertanya-tanya apa motif Zean di balik semuanya ini. Apakah demi uang? Atau kekuasaan? Juan jadi frustasi sendiri.

Juan larut dalam pikirannya hingga terdengar suara hentakkan kaki dari luar ruangan. Semua memandang ke arah pintu. Siapa itu?

*

TO BE CONTINUED

My C.AI (Boy) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang