BWC 1.8

698 81 64
                                    

Angin lembut di pagi hari membuat Sing mengulas senyuman tipisnya, mengeratkan genggamannya pada plastik di tangannya. Baru saja pemuda bertubuh tinggi itu meninggalkan restoran miliknya yang mulai menunjukkan kehidupan.

Banyak pelanggan baru yang datang. Sing cukup puas dengan perkembangan restorannya sekarang. Saat ingin kembali ke apartemen, Sing teringat dengan Jayyan yang mengatakan ingin mencoba menu baru di restorannya. Pemuda bertubuh tinggi itu memilih membungkuskan beberapa masakan China dan membawanya pulang.

Dengan jantungnya yang berdebar tanpa alasan, Sing mengulum senyumnya. Topi yang tersemat di kepalanya tidak membuat pemandangan indah Kota di pagi hari terhalang.

Sing menggosok kedua telapak tangannya begitu memasuki lift dan mulai naik. Sejujurnya Sing sedikit tidak sabar untuk bertemu Jayyan. Karena sedari pagi Sing belum bertemu Jayyan, karena ia harus berangkat pagi melihat perkembangan restoran.

Pintu lift akhirnya terbuka, Sing melangkah lebar untuk keluar. Hatinya tidak bisa berhenti untuk berbunga-bunga, membayangkan wajah manis Jayyan yang akan menyambutnya saat ia sampai.

Tak lama langkah lebar itu terhenti, tergantikan dengan alisnya yang mengerut mendengar tawa dari unit milik Jayyan. Mata tajam itu berkedip pelan, Sing tidak mungkin salah dengar kan? tidak hanya suara Jayyan yang ia dengar. Ada laki-laki lain di dalam.

Melanjutkan langkahnya yang tertunda, Sing mengetuk pintu unit Jayyan beberapa kali. Tak lama suara grasak-grusuk terdengar dan pintu terbuka, menampilkan seorang laki-laki dengan kausnya yang kusut entah karena apa.

"Halo?" suara laki-laki di depannya itu terdengar canggung.

"Siapa Leo?" pekikan Jayyan terdengar dari dalam. Laki-laki itu menoleh sejenak, kembali menatap Sing dengan pandangan bertanya setelahnya.

"Entahlah, aku tidak mengenalnya." Laki-laki bernama Leo itu berteriak lagi, membalas pertanyaan yang Jayyan lontarkan.

"Kau siapa?" nada kasar itu dapat Sing dengar, Leo menatapnya dengan tatapan datar.

Suara langkah kaki terdengar, Sing dapat melihat Jayyan yang melangkah dengan Meng digendongannya. Senyum pemuda mungil itu merekah begitu menyadari bahwa Sing yang mengetuk pintunya.

Jayyan berdiri, menggeser Leo yang berada di ambang pintu. Bibirnya melengkung lucu, "halo Sing." Sapaannya terdengar riang, membuat Sing menarik sudut bibirnya tipis, melupakan Leo ada di sana.

Mengangkat plastik di tangannya, Sing berucap, "aku membawakan makanan untukmu." Sing tersenyum lebih lebar lagi begitu Jayyan berseru senang.

"Kamu baik sekali!" Jayyan berseru lagi, menerima plastik yang Sing sodorkan padanya setelah meletakkan Meng di lantai. Kucing itu mendengus lagi, jika ada makanan dirinya dilupakan.

Sebelum Sing menjawab lagi, Leo segera menyela. Merangkul lengan Jayyan dengan manja, tidak lupa dengan bibirnya yang merengut. "Jayyan punya teman laki-laki ya selain aku?" Leo merengek.

Menepuk tangannya, pemuda mungil itu lupa mengenalkan Sing dan Leo. Jayyan bergeser, "nah Sing, perkenalkan ini Leo, temanku sejak awal aku ke Korea." Sing tersenyum menatap wajah Jayyan yang bersemangat mengenalkan teman anehnya padanya.

Jayyan berganti menatap Leo, tidak lupa memberikan cubitan kecil di perutnya, membuat Leo mengaduh. "Nah Leo, ini adalah Sing, dia tetangga baruku. Dia sangat baik, jadi berhenti menjadi anak nakal, mengerti?" Leo hanya mencebik kesal mendengarnya.

Pemuda mungil itu bertepuk tangan dengan riang. "Fakta yang paling menyenangkan adalah? Kalian sama-sama dari Hongkong! Yey!" Jayyan melompat kecil dengan senyuman lebarnya yang sama sekali tidak pernah memudar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Miao!Where stories live. Discover now