BWC 1.4

470 72 19
                                    

Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, tapi ketukan pelan di pintu apartemen membuat Jayyan mau tak mau membuka matanya. Dengan langkah gontai Jayyan berjalan, mengucek matanya dan membuka pintu.

Matanya yang buram disuguhi Sing yang tengah berdiri sambil bersedekap dada. Jayyan mengernyit. "Kenapa kamu pagi-pagi kesini?"

"Lari pagi."

Ucapan singkat yang Sing lontarkan membuat Jayyan mendelik, tidak mau! Jayyan sangat anti dengan berkeringat di pagi hari! "Tidak mau!"

"Kamu bilang ingin diet?"

"Aku bilang diet, bukan lari pagi." Jayyan berusaha menutup pintu, tetapi Sing menahannya. Pemuda dengan tubuh tinggi itu menatapnya dengan bibir mengerut.

Jayyan merengek. "Ayolah, biarkan aku tertidur dengan Meng. Aku sangat lelah." Bibirnya melengkung ke bawah dan tatapannya memelas. Sing mengalah.

Sing memilih membatalkan lari paginya hari ini dan masuk ke rumah Jayyan tanpa izin. Aneh, padahal dirinya sangat tergila-gila dengan olahraga. Tapi untuk hari ini, mungkin ia bisa menikmati hari bersama Jayyan kan?

Sedangkan Jayyan dengan wajah bantalnya mengernyit aneh, menoleh menatap Sing yang meneliti setiap sudut rumahnya. "Kamu tidak lari pagi?"

Deheman singkat Sing berikan. "Jika kamu tidak, aku juga tidak."

"Apa maksudnya itu?" Jayyan menggumam.

Memilih menutup pintunya kembali, Jayyan menyusul Sing yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Sing menatap Jayyan. "Kamu maniak kucing."

Memeletkan lidahnya mengejek, Jayyan menjawab. "Memang."

Seolah-olah lupa sesuatu, Jayyan berdiri memasuki kamarnya. Dan keluar bersama Meng yang terlelap di gendongannya. Pemuda pendek itu mengoceh. "Dasar malas! Jika aku bangun kamu juga harus bangun"

Kucing itu mengeong malas, namun setelah melihat Sing yang tengah menatap ke arah pemiliknya- kucing itu mengeong garang.

Jayyan menepuk perut besar Meng. "Hei! Dasar kucing tidak sopan!" Kucing itu mengeong keras dan melompat dari gendongan Jayyan.

Setelah menapak di lantai, Meng menatap Jayyan tidak percaya. Mungkin jika Meng bisa berbahasa manusia. Kucing itu akan mengatakan 'kamu menyakitiku gara-gara orang baru itu? Hatiku sakit!'

Tidak memperdulikan kucingnya, Jayyan duduk di sofa. Pemuda pendek itu menguap beberapa kali. Matanya menatap Sing yang sedari tadi hanya menatapnya.

"Kenapa?"

Sing menggeleng. "Kenapa kamu sangat malas?"

Jayyan menegakkan tubuhnya. Pemuda dengan pipi bulat itu berbisik. "Itu namanya sifat asli manusia! Justru yang aneh itu kamu, kenapa bangun pagi di hari libur."

"Ayo temani aku berbelanja." Sing mengecek arlojinya, lalu kembali menatap Jayyan yang berpura-pura tidak mendengar permintaannya.

"Jayyan?"

Menghembuskan nafasnya kasar, dengan malas Jayyan berdiri. "Baiklah baiklah, aku akan mengantarkanmu, tapi belikan aku es cream ya?" Jayyan memelas.

Sing menatapnya aneh. "Ya, baiklah."

Pemuda pendek itu berseru senang, memasuki kamarnya, mencuci muka dan berganti baju. Setelahnya keduanya berjalan menuju ke supermarket.

Suasana pagi membuat Jayyan bergidik, mata bulatnya melirik ke kanan dan ke kiri. Kenapa mereka membuang waktu di hari libur? Harusnya mereka tidur dan mengeluarkan suara keras sekarang.

Miao!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang