5. Kandang

291 37 5
                                    

Di pojokan kamar terdapat setumpuk baju yang belum sempat Wanda cuci karena dia selalu pulang malam untuk latihan band. Dia merupakan salah satu anggota dari UKKMHP musik yang ada di fakultasnya.

Malam minggu besok ada undangan untuk mengisi salah satu acara HMP sebagai hiburan. Tentu saja Wanda dan anggota lain perlu berlatih untuk lagu yang akan ditampilkan.

Posisi sebagai gitaris menjadi posisi yang banyak diminati di organisasi itu, jadi kali ini Wanda beruntung bisa terpilih menjadi salah satu penampil untuk acaranya.

Wanda bangkit dari posisi tidurannya, bersiap untuk mencuci baju yang beberapa hari ini dia tinggalkan. Sebuah getaran lama dari dalam saku celana menginterupsi kegiatannya memungut baju dari balik pintu.

"Haloo," balas Wanda lelah setelah melihat nama orang yang menelponnya.

"Lo udah balik kosan?"

Wanda mengiyakan kalau dirinya sudah pulang dari kegiatan latihan dan sekarang berada di kos. Sedangkan Seno menceritakan kalau dirinya dan Juna sedang berada di kandang untuk melakukan pengamatan kegiatan praktikum.

"Iyaa, lampu depan kamar lo udah gue hidupin tadi."

Sudah menjadi kebiasaan mereka bertiga – Wanda, Seno, dan Juna – penghuni lantai bawah untuk bergantian menghidupkan lampu depan kamar dan lampu kamar mandi. Orang yang pulang lebih dulu, akan menjadi orang yang menyalakan lampu.

Kebetulan hari ini Wanda menjadi orang pertama yang pulang. Jadilah dia yang melakukan tugas itu. Dia tadi juga melihat kalau Juna dan Seno masih belum pulang, dan ternyata mereka masih ada kegiatan praktikum.

"Wan, minta tolong dong. Bawain bahan praktikum sama catatan gue sama Seno, ada di kamar gue."

Pinta Seno yang membuat Wanda bingung keheranan. "Ogah, balik kosan aja lo. Ribet," tolak Wanda karena dia tidak ingin merusak rencananya untuk mencuci baju dan lanjut istirahat.

"Kalau bisa, gue nggak akan minta tolong lo anterin itu barang, Wan."

Penjelasan Seno tentu saja semakin membuat Wanda bingung antara kasihan dan malas. "Kunci kamar lo di mana?"

Wanda bisa mendengar kalau Seno berseru senang karena laki-laki itu setuju untuk membantunya. Seno menjelaskan kalau ada kunci cadangan yang dia letakkan di balik sepatu putih yang dia letakkan di depan kamar.

Teman sekos Wanda itu juga menjelaskan kalau barang milik Juna sudah ada di kamar Seno jadi tidak perlu rebot membuka kamar Juna.

"Wanda, Juna boleh minta tolong nggak ya?" tanya seseorang dengan suara yang berbeda dari suara Seno, dia Juna.

"Apalaagiii?" Wanda tampak sudah lelah karena rencananya malam ini berubah dan terlalu banyak permintaan dari teman-temannya itu.

"Ambilin kaos di jemuran satu dong, baju ganti Juna kena tai sapi."

Permintaan Juna sedikit membuat Wanda stress, bagaimana bisa baju ganti kena kotoran sapi. Ada ada saja.

"Ada lagi nggak? Gue mau otw," ucapan Wanda seperti kalimat final yang bisa diartikan 'jangan ada permintaan lain lagi, gue capek'.

Karena itulah, Seno mengatakan kalau tidak ada barang titipan lagi. Jadi Wanda bisa langsung mengantarkan ke lokasi yang sudah Seno kirim.

"Eh Wanda, Juna nitip roti bakar boleh?"

"NGGAK ADA!!" tutup Wanda yang kemudian mengunci kamar Seno setelah mendapatkan semua barang termasuk baju ganti untuk Juna.


^_^


Jalan menuju kandang milik anak peternakan ini Wanda kira semulus jalan raya depan kampus. Ternyata seperti sungai kering yang tidak dialiri air, lubang di mana-mana. Untung saja motor beatnya ini masih memiliki lampu yang terang jadi dia bisa menghindari lubang-lubang itu.

Wanda telah sampai ketika dia bisa melihat gapura yang bertulisakan nama fakultas dan kampus miliknya. Awalnya dia ragu karena bagian depannya seperti rumah kosong yang minim penerangan.

Laki-laki itu memilih berhenti di gerbang dan mengirimkan pesan agar Seno atau Juna menghampirinya. Namun sampai lima menit keduanya tidak juga muncul, bahkan teleponnya pun tidak diangkat.

"Gue masuk ajalah, serem juga lama-lama di sini," ucapnya pelan seraya mengendarai motor beatnya masuk ke dalam hingga ke sebelah gedung yang lumayan terang.

Wanda mematikan motor dan kembali menghubungi Seno dan Juna agar segera mengambil barang titipannya. Jika sampai sepuluh menit mereka berdua tidak kunjung datang, dia akan meninggalkan barangnya di sini lalu pulang.

Samar-samar laki-laki yang malam ini mengenakan jaket berwarna hitam itu – bisa mendengar suara sapi yang bersahutan. Dia sedikit merinding dibuatnya, rasanya ingin segera meninggalkan tempat ini.

"Wandaa," panggil Juna yang membuat Wanda berjingkat kaget karena kedatangannya. Hampir saja laki-laki itu melayangkan tinjuan kalau bukan Juna yang menghampirinya.

"Lama bangeet elaah." Wanda menyodorkan sebuah kantong kresek berisi kebutuhan praktikum dan sebuah totebag berisi pakaian ganti untuk Juna dan Seno.

Walaupun Seno tidak memintanya untuk dibawakan, tapi Wanda berinisiatif sendiri siapa tahu temannya itu membutuhkan.

"Buseet, lo gendong sapi?" tanya Wanda yang bergeser menjauh setelah melihat Juna menggendong seekor hewan di tangannya.

"Anak kambing. Mau gendong juga?" Juna menyodorkan anak kambing itu ke arah Wanda, namun laki-laki itu langsung menghindar dengan cepat, "tadi sore udah Juna mandiin. Lucu bangeet kan."

Wanda bergindik ngeri melihat Juna yang mengelus gemas kambing itu. Bisa-bisanya Juna bilang kalau Kambing itu menggemaskan.

Jelas-jelas kambing itu hewan berisik, bau, dan menakutkan. Wanda tidak menyukainya.

"Eh itu roti bakarnya ambil sekalian," ucap Wanda yang masih berdiri agak jauh dari Juna.

"Huweee, makasih banyak ya Wanda. Juna tadi cuma bercanda, eh kok dibeliin beneran," senyum Juna dengan mudah meraih satu kantong kresek berisi roti bakar dari motor Wanda.

"Itu kambingnya bisa dibalikin dulu nggak sih," takut Wanda yang masih harap-harap cemas kalau kambing itu melompat ke arahnya.

Bukannya mengindahkan perkataan Wanda, Juna malah asik kembali mengelus bulu putih anak kambing tersebut.

"Lo pake kacamata?" tanya Seno yang tiba-tiba muncul dari balik gedung. Laki-laki itu mengambil alih barang yang di bawa Seno untuk dia bawa.

"Kalo malem aja sih, agak burem kalo nggak pake," jelas Wanda seraya membenahi posisi kacamatan frame hitamnya itu.

Juna yang penasaran ikut mendekat untuk mengecek kacamata milik Wanda, namun segera Wanda cegah karena ada kambing di gendongannya.

"Nggak usah deket-deket, lo bawa kambing," tolak Wanda yang semakin menjauh dari motor miliknya.

"Eh iyaa, Juna baru sadar ternyata Wanda pake kacamata."

Seno mengambil alih kambing di gendongan Juna, dan menukarnya dengan barang bawaan di tangannya, "kambingnya suka naik motor lhooo, Wan."

Kambing yang semula di gendongan, Seno letakkan seakan akan duduk di jok motor Wanda. Tak lupa dengan senyum cerahnya, Seno hampir tertawa lepas ketika melihat wajah tertekan dari Wanda.

"Jangan gitu Senooo, ntar kena tai kambing," teriak Wanda yang membuat Juna ikut tertawa kencang melihat kepanikan dari Wanda. "TUHH KAN, KENA TAI!!"

"Oleh oleh itu. Lumayan chocochips."

"MATALO!!"

Next Door!Where stories live. Discover now